5.# Tujuan Hidup

39 2 0
                                    

Seorang pria terduduk layu, sirat wajahnya penuh penyesalan dan rasa bersalah. Pria tersebut tak henti-hentinya merutuki dirinya yang sangat pengecut. Kata-kata tajam yang keluar dari kedua mulut si 'anak baru' selalu terngiang di telinganya.

"Maafkan aku Chanda, semua ini salahku. Maafkan lelaki pengecut ini. Aku tidak ingin menyakitimu, karena Ayah pasti akan membunuhmu jika dia tahu semua ini." Lirihnya. Wajahnya semakin tertunduk, tangan pria itu mengepal. Deburan ombak bak mewakili perasaanya yang terhempas dibatu karang. Hingga akhirnya dia-pun berteriak.

"Chandaaaaaaaa!!!." Ucapnya sesal dan kesal. Sesal karena sudah menyakiti wanita yang dia cintai dan kesal karena dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dian hanya bisa menangisi dirinya sendiri.

Yah, menyesali diri, hanya itu yang bisa Veer lakukan saat ini. Entah kenapa ada pria sepengecut dirinya. Baginya Chanda berbeda. Berbeda dari kebanyakan wanita yang pernah dia kenal. Chanda yang berhasil membuat debaran di hatinya. Membuat dia bahagia, antusias dan penuh semangat. Hidupnya yang terasa membosankan terasa lebih bergairah. Dari Chanda, Veer mengenal yang namanya cinta.

Veer merasa sangat bodoh ketika mendapati Chanda yang berniat untuk bunuh diri. Untung saja 'anak baru' itu berhasil menyelamatkan Chanda.

Veer merasa dirinya sangat buruk saat tahu untuk kedua kalinya nyawa Chanda terancam oleh kedua orang tuanya sendiri.

Yah, selama ini Veer mengikuti Chanda. Hatinya tak pernah berpaling dari gadis itu.

Sekarang hari-harinya mendadak suram hari-harinya kembali membosankan. Tidak ada gelak tawa bahkan suara berisik Chanda yang tidak pernah berhenti berceloteh. Harusnya dia menyadari sejak awal kesalahan yang telah dia perbuat pada gadis itu. Veer mengacak rambutnya sendiri bahkan kemudian menariknya frustasi.

"Apa kau belum bisa melupakan gadis itu?." Veer terkejut mendengar suara berat seseorang yang mendekatinya. Kenapa Ayah bisa tahu dia berada disini?. Pria itu menoleh kebelakang sebentar untuk kemudian berdiri.

"Apapun yang pernah kau lakukan dengan gadis itu, lupakan dia!." Ucapan pria itu bernada perintah. Sang Ayah membalikkan badannya dan berniat pergi.

"Jika aku menikahinya?." Ucapan Veer menghentikan langkah pria paruh baya itu.

"Kalian tidak akan pernah bersama, karena kau akan segera menikah dengan Sapna, anaknya Tuan Malhotra. Mereka lebih terhormat." Veer dalam gemingnya, tangan pria itu mengepal. Menatap kepergian Sang Ayah, hanya itu yang bisa Veer lakukan. Entah hidup macam apa yang dia lalui, hidup yang penuh aturan. Entah kenapa setiap berhadapan dengan pria yang dia pangil Ayah itu, lidahnya terasa kelu, keberaniannya menciut. Lagi-lagi Veer hanya bisa menyesali dirinya sendiri.

***

Arjun dan Vikram menyimpan senyum jahil mereka. Dua orang sahabat itu berhasil mengerjai Mukherjee dan Sonali sang istri. Akibat perbuatan keduanya, mereka menjadi babak belur. Sekarang sepasang suami istri itu kelihatan pasrah, sama-sama tak berdaya. Keduanya menyandarkan sebagian tubuh mereka di atas meja yang terletak diantara keduanya.

"Apa yang kau lakukan padaku, suamiku?! semuanya terasa sakit." Umpat Sonali dengan nada lemah.

"Pukulanmu tadi juga sangat keras." Jawab sang suami. Dalam situasi seperti itu mereka masih saja berdebat. Benar-benar payah.

"Hei Inspektur! sudah cukup semua ini, aku menyerah!. Aku akan melakukan apa saja yang kalian mau." Ucap wanita paruh baya tersebut akhirnya. Meskipun terdengar dengan nada terpaksa.

"Iya Inspektur Arjun, aku juga akan melakukan hal yang sama." Sang suami-pun ikut bersuara. Arjun dan Vikram saling melempar pandangan. Arjun memberikan semacam isyarat sedangkan Vikram segera beranjak dari duduknya untuk segera mengambil sabuah map.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 24, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pooja dan ArjunWhere stories live. Discover now