#2.Jhanvi

29 2 0
                                    

POOJA melangkahkan kaki ke Bungalaw pribadi milik kedua orang tuanya. Chennai, dikota inilah sekarang gadis itu berada. Kota yang terkenal dengan kota yang aman dan nyaman di sebelah selatan India. Dikota ini terdapat pantai yang mempunyai garis pantai paling panjang di dunia, yaitu Pantai Marina. Jarak yang mereka tempuh dari New Delhi ke Chennai, dengan kendaraan darat yaitu 1 hari 13 jam.

Kesedihan yang mendalam masih menyelimuti hati Pooja, kedua bibirnya tak berhenti melafadzkan do'a untuk Papa dan Maa yang sangat dia sayangi.

"Maafkan kami nak, karena kami sudah membawamu pada situasi seperti saat ini. Kami ingin kau selamat. Ikutilah Arjun, dia yang akan menjagamu. Dia satu-satunya orang yang Papa percayai, untuk menjagamu saat ini."

Air mata Pooja-pun tumpah, gadis itu tidak bisa berkata-kata setelah mendengar alasan yang keluar dari mulut orang yang dicintainya itu. Kemaren bagaikan hari perpisahan bagi ketiga insan tersebut, Pooja, Papa dan Maa, entah kapan mereka akan bisa bertemu kembali.

"Keadaannya sudah sangat genting, Papa tidak bisa menghindar lagi. Semua tuduhan sudah diarahkan kepada Papa dan Maa-mu. Kami akan di hukum atas perbuatan yang tidak pernah kami lakukan. Papa harap kamu bisa lebih kuat. Jaga dirimu baik-baik." Kerongkongan Sang Papa tercekat. Wajah gagahnya berubah muram.

"Untungnya dulu Papa pernah membeli Bungalaw sederhana di chennai, kamu bisa tinggal disana. Maa juga menyimpan sejumlah uang dan perhiasan kamu juga bisa mempergunakannya sebaik-baiknya." Kali ini Maa yang bersuara, menyambung kalimat Papa yang terpotong.

Wanita paruh baya itu menyerahkan sejumlah perhiasan yang terbungkus dalam kain.

"Kenapa Papa dan Maa baru bercerita sekarang?." Ucap Pooja tersedu.

"Kami tidak punya pilihan. Kami juga tidak ingin kamu menjadi sangat syok sayang, Awalnya Papa ingin terus berusaha dengan berbagai cara yang sekiranya bisa di tempuh untuk selamat dari tuduhan- tuduhan ini. Kami sangat optimis waktu itu. Namun, ternyata dewa berkata lain." Maa memeluk tubuh Pooja erat. Air mata wanita paruh baya itu beruraian.

Membayangkan sang Putri yang akan hidup sendiri tanpa mereka. Rasanya dia ingin mati saja. Sungguh dia tidak bisa jauh dari Pooja. Pooja membalas pelukan Maa dengan lebih erat.

Tuduhan keji sudah dilayangkan kepada kedua orang tuanya. Kasus korupsi, perdagangan manusia dan pembunuhan. Padahal Papa adalah seorang Komisaris Polisi yang berusaha jujur dan menegakkan kebenaran.

Berbagai ancaman dan teror sudah menjadi makanan sehari-harinya semenjak di dunia kepolisian. Adapun Maa memang sangat aktif di organisasi sosial dan perempuan yang dia dirikan bersama teman-temannya.

Tentu banyak musuh yang tidak senang dengan mereka berdua. sedapat mungkin mereka akan disingkirkan. Bahkan beberapa inspektur-pun berkhianat pada Papa.

Pooja sendiri sedihnya bertambah dalam karena mendapati dirinya yang begitu lemah tak berdaya untuk membantu kedua orang tuanya. Dan bahkan mungkin saat ini dia menjadi satu-satunya kelemahan bagi mereka berdua. Menyadari hal itu Pooja semakin terpuruk dan larut dalam kesedihan.

"Pooh, aku akan sangat merindukan mu." Radha memeluknya dengan erat. Baginya Pooja lebih dari sekedar seorang sepupu. Butiran beningpun lolos dari kedua sudut mata gadis itu.

"Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja. Jaga dirimu. Jangan terlalu banyak bicara, karena kau akan membuat orang disekitarmu menjadi tuli." Pooja berusaha untuk bercanda. Akan tetapi bukan suara tawa yang menghiasi wajah mereka melainkan isak tangis.

"Aku juga akan sangat merindukanmu." Tambah Pooja disela tangisnya.

Dan akhirnya Pooja pergi meningalkan mereka semua dengan semua kenangan yang pernah ada dirumah tempat dia dibesarkan. Untuk menghindari wartawan mereka berangkat pada dini hari.

Pooja dan ArjunWhere stories live. Discover now