#2. Apa yang harus ku lakukan

24 3 0
                                    

POOJA mengemasi perlengkapan menulisnya. Saat ini gadis itu sedang berada dibagian atap kampus, tempat yang sepi menurutnya. Kampus ini memang terdiri dari empat lantai.

Baru saja hendak beranjak dari duduknya, Pooja menangkap bayangan seorang wanita. Pooja berhenti sejenak, memakai kembalu kacamatanya. Hei! apa yang akan dilakukan gadis itu? Oh tidak! apakah dia akan melompat? ah sial! gadis itu memburu langkahnya untuk kemudian berlari.

"Hei! Tum guddu hai (kamu gila ya),  apa yang akan kau lakukan?! kya tum pagal hai (apakah kamu sudah gila)?!." Tidak bisa mencegah dengan segera, Pooja merasa harus mengeluarkan suaranya. Gadis itu menoleh sesaat untuk kemudian terus melangkah. Oh god!

"Kenapa kau harus bertindak bodoh! apa kau sudah bosan hidup! ya ampun, bagaimana bisa hidupmu berakhir dari atas gedung ini!? aku bisa pastikan jika kau melompat, seluruh tulang belulangmu akan remuk." Sepertinya gadis itu tidak peduli. Dan Pooja berusaha untuk segera meraih tubuh gadis itu.

"Chooro mujhe! Chooro mujhe! biarkan aku mati! biarkan aku mati!." Ucapnya ketika Pooja sudah berhasil menarik pingang gadis itu. Pooja segera menghentakkan tarikan tubuhnya kebelakang, sehingga mereka-pun terjatuh. Tubuh gadis itu menindih tubuhnya. Pooja sedikit kesakitan.

"Kau berat sekali! Menyingkirlah!." Ucap Pooja. Gadis itupun bangkit diikuti oleh Pooja. Pooja membersihkan diri dari debu yang menempel.

"Kenapa kamu selamatkan aku?! harusnya kamu biarkan aku mati!." Ucap gadis itu putus asa, dia menjatuhkan tubuhnya kelantai. Gadis itupun tersedu.

"Aku tidak ingin hidup lagi!. Aku hanya akan menjadi aib keluargaku. Mereka pasti akan membunuhku!." Imbuhnya tanpa diminta.

"Kya hua (ada apa)? boloo! kau pikir semuanya akan selesai jika kau mati!." Dia pikir mati itu enak apa?. Dengan ragu, gadis itu menatap wajah Pooja.

"Apa kamu bisa dipercaya?!." Tanyanya.

"Percayalah! aku akan menjaga rahasiamu." Apa-apaan kau Pooja? Kenapa kau melangkah lebih jauh? Entah kenapa, Pooja hanya merasa ingin membantu gadis malang yang ingin mengakhiri hidupnya ini.

"Kya nam hai tumhara?." Pooja ikutan duduk dilantai tepat disamping gadis tersebut.

"Mein Chanda." Ucapnya singkat.

"Aur mein Poo-Jhanvi. Achaa hai (Baiklah) Chanda, jika kamu percaya padaku ceritakanlah. Jika tidak kau tidak harus bercerita dan jangan bertindak bodoh lagi!." Ucap Pooja. Gadis itu menoleh sebentar pada Chanda yang sedari tadi meremas tangannya.

"Jhanvi! mein Maa banne wali hain (saya akan menjadi seorang ibu)." Ucapan itu bagaikan petir ditelinga Pooja. Meskipun dia belum mengenal Chanda sebelumya, tetap saja gadis itu terkejut. Chanda memang mempunyai paras yang cukup cantik. Hidungnya mancung, wajahnya imut, bola matanya cantik dan bibirnya yang mungil mengemaskan. Pooja berusaha bersikap biasa saja.

"Tho (jadi), karena itu kamu ingin mengakhiri hidupmu sendiri?!."

"Haa." Jawab Chanda sambil mengelengkan kepalanya.

"Janthi hoon (tahukah kau) Janvhi!, aku melakukannya dengan Veer." Pandangan gadis itu lurus kedepan. Nada bicaranya sedikit berbeda, ketika kedua bibirnya menyebut nama Veer (baca: Vir).

"Veer?." Tanya Pooja. Maklum karena gadis itu masih baru dikampus ini jadi dia belum kenal dengan siapapun.

"Veer Pratap sing!." Tukas Chanda, menyebut nama lengkap pria itu.

"Veer adalah pria yang paling tampan di gank itu? masa kamu tidak tahu? kami punya hubungan diam-diam. Veer tidak ingin orang-orang tahu hubungan kami." Pooja tampak masih berfikir akan sosok Veer yang Chanda maksud.

Pooja dan ArjunWhere stories live. Discover now