- CUPLIKAN KETIGA -

235 32 9
                                    

—CUPLIKAN KETIGA—

Galuh pulang ke rumahnya, dengan wajah yang sembab bukan main. Semangatnya hilang begitu saja. Ia menjatuhkan dirinya di tempat tidur, dengan ponsel yang masih ada digenggaman tangannya. Denting pada ponselnya kemudian mengalihkannya. Ia memiringkan kepalanya di atas bantal, dan mengangkat layar ponselnya. Ia mendapat pesan baru dari LINE. Dengan gerakan seadanya, ia mendekatkan layar ponselnya dan membaca pesan dari pacarnya itu.

Iya, Galuh mempunyai pacar. Rania namanya. Perempuan yang ia temui saat ia mendapatkan kesempatan belajar di sebuah institut di Bandung.

Rania: Kasih tau aku ya, kalau udah bisa dihubungin.

Rania: Jangan lupa makan :).

Kadang, Galuh merasa kalau Rania adalah versi Kanna tanpa sisi argumennya. Keduanya sama-sama sabar dan pengertian. Membaca pesan itu, Galuh merasa tenang sedikit. Namun, perasaannya masih kacau.

Kalau ia bisa serapuh ini, bagaimana dengan Kanna? Sadewa? Atau Samara? Apakah mereka akan merasakan yang sama? Apakah mereka sudah tahu?

Galuh kemudian membuka kunci ponselnya. Ia kemudian membuka aplikasi Instagram, bodohnya, ia tidak berpikiran kalau teknologi sudah semakin pesat dan sangat maju di tahun delapan belas ini. Benar-benar bodoh.

Dengan cepat ia mengetikkan nama lengkap Sadewa di kolom pencarian. Namun nihil. Dan kebodohan keduanya, mana mungkin seorang Sadewa mau menghabiskan waktunya untuk bermain Instagram? Karena, kalau masa remaja mereka di saat ini, sudah pasti Sadewa adalah orang yang enggan untuk menyentuh aplikasi berwarna gradasi ungu kuning tersebut.

Ia kemudian beralih mengetik nama lengkap Kanna.

Sebelumnya, ia benar-benar putus kontak. Mereka semua, memutuskan untuk tidak menghubungi satu sama lain. Dan tidak pernah, mencari satu sama lain di dunia maya seperti ini. Tidak pernah sekali pun.

Sebuah profil dengan nama Kanna Adriana keluar, lengkap dengan profilnya yang tidak di private, muncul lah deretan foto dengan wajah yang sangat—sangat ia kenal.

Tanpa berpikir satu-dua kali, Galuh mengirimi akun milik Kanna itu sebuah pesan.

Galuh: Kanna ini gue

Galuh: Galuh

Galuh: Maaf gue ngehubungin lo

Galuh: Sumpah maaf

Galuh: Gue butuh ketemu lo bgt kan.

"Samara nggak ikut?" Bintang dari balik stir pengemudi, mengulang ucapan Kanna yang sebelumnya, berkata demikian, namun sebagai pernyataan bukan pertanyaan.

Kanna yang berada di sampingnya, memasang sabuk pengaman dan mengangguk. "Masa harus gue ulang sih? Dia bilang udah ada janji duluan."

"Lagi main sama siapa sih dia?" tanya Bintang lagi sembari mengarahkan mobilnya menuju rumah Galuh. "Bisa marah nih si Galuh."

Perempuan di sampingnya mengedikkan bahunya. "Yah, susah lah. Udah gede juga Samara. Lagi pula, seorang Samara temennya banyak banget kali."

Bintang menyetujui perempuan di sampingnya itu. "Lo udah makan?"

"Kenapa? Mau mampir di tempat gelato deket rumah Galuh ya?" tanya Kanna dengan bola matanya yang berbinar menatap Bintang.

Meski hanya terlihat di ujung sudut matanya, lelaki dengan kemeja kotak-kotaknya itu sudah bisa membayangkan wajah Kanna tersebut. "Bukan buat lo, buat gue."

At The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang