Bersama

542 66 0
                                    

Sudah hampir satu jam perduskusian berlangsung di dalam apartemen itu. Akan tetapi, setiap kali menemukan jalan keluar, selalu saja terasa merugikan untuk seseorang di antara mereka. Hingga mereka pun hanya bisa termenung sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kasihan Sanha. Dia baru saja bertemu cinta pertamanya. Bagaimana bisa dia pergi secepat itu ...." Eunwoo bersuara dengan suara pelan setengah berbisik. Namun masih bisa terdengar karena ruangan itu sangat hening.

"Di tambah lagi dia masih sangat muda. Aku tidak tega melihat dia sakit hati." Moonbin ikut-ikutan menyahut dengan wajah yang tak kalah murung dari Eunwoo. Seakan-akan dia dan Eunwoo adalah ayah dan ibu Sanha.

"Yaa, memangnya kalian berdua ayah dan ibunya?!" MJ merasa jijik dengan tingkah Eunwoo dan Moonbin yang terlihat seperti pasutri. "Tenang saja. Walaupun Sanha masih muda, dia takkan mengeluh seperti kalian."

"Tapi ... Eunwoo-hyeong dan Moonbin-hyeong juga ada benarnya. Bahkan, bukan hanya Sanha yang akan menderita. Tapi gadis itu juga."

"Nee ... Rocky benar sekali. Dari awal kita juga salah. Karena membiarkan dia jatuh cinta dengan gadis itu. Bukankah suatu hari nanti Sanha akan meninggalkannya?"

Eunwoo semakin sedih mendengar perkataan Jinjin. Ia semakin merasa bersalah. Dari awal dia sudah tahu kalau Sanha jatuh cinta dengan Nabila. Tapi dia justru membiarkannya bahkan mendukungnya. Itu karena Eunwoo terlalu bahagia akan momen hadirnya cinta pertama adik kecilnya.

"Ini semua salahku. Aku sudah tahu dari awal, tapi aku malah mendukungnya."

"T-tunggu dulu. Mwoya ... ? Memangnya ... Sanha sudah kencan (pacaran) dengan gadis itu?" Seperti biasa, Jinjin selalu bereaksi paling lambat di antara mereka.

"Kau ini ... memangnya kenapa juga kita mengkhawatirkan Sanha dan gadis itu kalau mereka tidak menjalin hubungan?!" MJ mulai gemas dengan tingkah lambat Jinjin.

"J-jadi ... mereka sudah ... ???"

"NEE!" MJ, Eunwoo, Moonbin dan Rocky serentak menjawab. Mereka tahu betul apa yang akan ditanyakan Jinjin bahkan jika Jinjin tak menyebutkannya sekalipun. Tentu  saja Sanha dan Nabila berpacaran. Untuk apalagi ditanyakan?

"Kalian tahu darimana?"

"Tentu saja dari Sanha, b*doh!" MJ mulai kesal. "Karena kau begitu makanya Sanha tidak memberitahumu."

"Hnggg ...." Jinjin menunduk sedih. "Tapi ... perdiskusian ini takkan selesai tanpa ada Sanha di sini. Haruskah kita ke Indonesia lagi?"

***

Kriiingggg ... kriiingggg ....

Jam weker itu berdering dengan suara kencangnya. Hingga membangunkan seorang gadis yang tadinya terlelap dengan nyenyaknya.

Gadis itu segera mematikan jamnya. Dia segera duduk di sisi tempat tidurnya. Dengan kaki yang meraba-raba lantai mencari sendalnya.

Setelah menemukan sendal tersebut, dia segera berdiri sambil mengucek matanya yang tak mau terbuka. Rasa kantuk terus melekat di matanya. Hingga berjalan pun matanya masih setengah terpejam.

Dengan rambut urak-urakan, gadis itu menggaruk-garuk badannya. Entah kebiasaan atau memang gatal karena belum mandi, yang jelas gadis itu terus berjalan sampai ia melewati meja makan. Walau dengan mata setengah terpejam, ia tetap sadar bahwa ada pemandangan yang aneh di sana.

Itu ibu ... terus itu Syifa. Kok ... kayak ada Sanha juga, ya?

Gadis itu berhenti sejenak. Ia yang tadinya sudah berjalan melewati meja makan tersebut, kini kembali lagi mendekatinya.

Dengan mata yang masih berat ia melihat seseorang yang ia yakini mirip Sanha sedang tersenyum geli melihatnya. Seseorang itu tampak berusaha keras menahan tawanya.

"Nabila, mandi sana! Gak malu apa diliatin Sanha?!" Akhirnya Ningsih bersuara setelah melihat penampilan dekil putrinya.

Nabila pun terbelalak kaget. Matanya yang sebelumnya begitu berat untuk terbuka, lantas membulat seketika saat menyadari bahwa memang ada wujud Sanha di sana.

Nabila segera berlari menuju kamar mandi. Dia begitu merutuki dirinya sendiri saat ini. Sambil mengomel dengan batinnya.

Dasar b*goooo!!! Kok gue bisa lupa, sih kalo ada Sanha?! Arrghhh ....

Nabila pun memutuskan untuk segera membersihkan tubuh kotornya. Tak lupa juga dia menggosok gigi. Usai mandi dia pun segera berseragam rapi dan bersiap berangkat sekolah bersama Sanha. Yap. Sebelumnya sudah diputuskan kalau Nabila akan berangkat ke sekolah bersama Sanha setiap hari.

***

Pagi hari yang cerah itu diwarnai oleh hiruk-pikuk para siswa yang berlalu lalang di koridor sekolah. Ada yang cekikikan, ada yang menggosip, bahkan ada pula pasangan baru yang tengah dilanda kecanggungan. Padahal, sudah dari beberapa hari yang lalu mereka jadian. Namun, tetap saja tembok kecanggungan belum juga bisa dihancurkan di kala mereka sedang berjalan berduaan.

Dari kejauhan, terlihat pula sepasang muda-mudi sedang berdiri berhadapan di salah satu dinding kelas. Di sekitar tempat itu agak sepi. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang penting.

Pasangan baru yang tengah dilanda kecanggungan itu pun lantas bergegas menghampiri pasangan muda-mudi tersebut.

"Sinka, Ferdi, ngapain lo bedua?" tanya Nabila.

Sinka dan Ferdi terlihat gelagapan setelah Nabila menegur mereka.

"K-kita ... lagi—"

"Gak ngapa-ngapain, kok. Hehe ... btw kapan lo bedua bayar PJ?" Sinka memotong ucapan Ferdi dan langsung mengalihkan pembicaraan. Benar-benar mencurigakan.

Nabila hanya diam. Dia menatap Sinka dan Ferdi dengan intens. Berusaha untuk mengintip sesuatu yang tengah mereka sembunyikan.

"Sanha! B-bukannya lo bilang mau ngasih PJ? Kapan? Jangan bilang lo udah lupa lagi," timpal Ferdi turut mengalihkan pembicaraan.

"Lo bedua—"

"Bagaimana kalau ... istirahat nanti?" tawar Sanha yang tanpa sadar memotong kalimat Nabila. Hingga Nabila pun mendengus kesal.

"OK, deal!"

Setelah sepakat Ferdi dengan cepat meninggalkan Sanha dan juga Nabila. Diikuti oleh Sinka di belakangnya. Mereka terlihat melangkah buru-buru ke kelas.

"Sinka sama Ferdi kenapa, ya?" gumam Nabila penasaran.

"Jangan-jangan ... mereka ...."

"Mereka ... apa?"

Nabila dan Sanha saling tatap seolah berkomunikasi dengan batin. Mereka saling memicingkan mata. Setelahnya, mereka lantas mengangguk serempak dengan yakin. Lalu segera berbalik menyusul.






To be continued . . .


1 Year With My Cutie Boy || Sanha ✔️Where stories live. Discover now