22. Akhiran dan Awalan; Part 2

50 2 1
                                    

“Kang So Bong....Apa kau....menyukaiku?” Satu pertanyaan itupun akhirnya terlontarkan. Nam Shin, menantikan jawabannya dengan harap-harap cemas. Selama itulah, pandangannya tak lepas menatap ke manik mata Kang So Bong.

“Hm.” Kang So Bong mengangguk. “Joahe, Dirut Nam.” Dan jawaban itu, makin merekahkan senyumnya. Tapi tanpa sadar juga, ada air mata yang menetes. Entah apa arti air mata itu? Ia bahagia, Kang So Bong akhirnya jujur akan perasaannya. Tapi ia juga sedih, karena sadar kejujurannya kali ini hanyalah kata lain dari salam perpisahannya.

“Aku menangis.” Ucapnya menyeka sendiri air matanya. Tapi kemudian, air mata yang lain menetes lagi. “Kenapa aku seperti ini?” Gumamnya seperti membodohi dirinya sendiri. “Aku seharusnya bahagia, tapi ada apa dengan air mata sialan ini?” Dan ia terus-terusan menyeka air matanya yang sia-sia. Melihat itu, Kang So Bong menjulurkan tangannya, membantunya menyeka air matanya. Ia mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di antara pipi Nam Shin.

“Andai aku bisa melakukannya juga.” Ucapnya lirih. “Karena saat inipun, aku juga ingin menangis bersamamu.”

“Wae? Kau juga bisa melakukannya.”

Kang So Bong menggeleng pelan. “Tapi aku tidak mau menangis sekarang. Jika yang satunya lemah, satu yang lainnya harus menjadi yang lebih kuat untuk menjaganya. Saat ini...aku akan menjagamu. Teruslah menangis, Dirut Nam. Aku akan meminjamkan tanganku untuk menyeka air matamu. Jangan khawatir.” Mendengar itu, Nam Shin tak lagi berusaha menahannya. Ia membiarkannya saja air mata itu dengan bebas. Lalu tubuhnya kini berpindah memeluk Kang So Bong, dan menangis makin menjadi.

“Mianhae, Kang So Bong. Mianhae.”

“Aku seharusnya menahanmu lebih cepat. Aku juga minta maaf, Dirut Nam. Karena sudah terlambat menahanmu.” Ucapnya sembari menepuk-nepuk pelan punggung Nam Shin untuk menenangkannya.

“Apa yang bisa kulakukan sekarang? Bagaimana aku akan melanjutkan hidupku setelah ini? Mianhae, Kang So Bong. Sesuatu yang buruk terjadi padamu karena aku. Jeongmal mianhae.” Kang So Bong tersenyum. Tangannya yang semula menepuk, kini mengusap lembut punggung Nam Shin yang masih erat memeluk tubuhnya.

“Jika aku akan meninggalkanmu seperti ini, aku bahagia. Karena memang inilah dirimu yang sebenarnya. Rapuh dan lembut. Untuk apa selama ini berpura-pura kuat jika hanya mendendam? Aku benar-benar bahagia kau kembali menjadi dirimu sendiri, Dirut Nam.” Ucap Kang So Bong, tenang dan meneduhkan. Nam Shin melepaskan pelukannya dan beralih menatap Kang So Bong. Wajahnya sembab, kedua matanya berkaca. Ia memandang nanar pada manik mata Kang So Bong.

“Berapa banyak sisa waktu kita?” Tanyanya.

“Lebih banyak dari yang kau pikirkan.” Jawabnya mengutas senyum. Nam Shin seakan mengerti. Ia tidak menanggapi, tapi hanya kembali memeluki Kang So Bong seolah tak ingin lepas. Dan tetap seperti itu sampai beberapa menit lamanya yang begitu berarti untuk berlalu begitu saja. Baginya kini, tiap detiknya adalah waktu perpisahan. Maka Nam Shin terus memanfaatkan setiap waktu yang berjalan seperti tidak ada lagi yang tersisa di detik berikutnya.

Malam di Namsan Tower semakin dingin. Kini, Nam Shin dan Kang So Bong berjalan bersamaan di bawahnya untuk kembali ke tempat mereka masing-masing. Tapi untuk sejenak, Nam Shin berhenti. Ia memandangi Menara Namsan untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan tempat itu. Melihat itu, Kang So Bong ikut berhenti. Memandangi pula objek yang sama. Tapi sebentar saja, karena kemudian ia lebih tertarik memandangi Nam Shin di sebelahnya.

“Saat kecil dulu, aku sering datang kesini dengan Ayahku. Hanya sekedar melihat lampu-lampu yang berkelap-kelip dan berubah-ubah warnanya. Aku menyukai hal seperti itu. Sayang sekali, malam ini begitu mencekam untuk membiarkan lampunya tetap menyala.” Nam Shin memulai ceritanya, sambil pandangannya tak lepas pada Menara. “Tidak pernah kubayangkan, orang yang selalu datang denganku ke tempat ini, adalah orang yang akhirnya pergi meninggalkanku. Ayahku...dan kau.” Nam Shin beralih menatap Kang So Bong di akhir kalimatnya. Sedetik setelahnya, lampu-lampu yang barusan di ceritakan olehnya, tiba-tiba menyala terang. Nam Shin tercengang beberapa saat lamanya sebelum akhirnya menyadari bahwa Kang So Bong lah yang melakukan itu. Ia tersenyum merekah, melihat ke sekitar yang mengingatkannya pada masa kecilnya. Berbagai lampu berbagai bentuk yang berkelap-kelip dengan indahnya.

Are You Human Too? (New Version)Where stories live. Discover now