12. Mesin Pembunuh

109 11 3
                                    

“Mari, kita akhiri perkenalan kita sampai disini saja, Dirut Nam. Apapun yang kau lakukan, aku tidak ingin tahu. Apapun yang terjadi padamu, aku juga tidak ingin dengar. Selamat tinggal.”

Itu adalah yang pertama kalinya.
Kang So Bong, dia pernah berniat untuk pergi dariku.

“Mungkin kau benar, aku tidak bisa dimengerti sama sekali. Jangan mencoba melakukannya. Karna akupun tidak akan bisa mengerti diriku sendiri. Aku suka tinggal disini. Aku merasa lebih aman saat disini. Jadi....jangan cari aku lagi.”

Itu untuk yang kedua.
Kang So Bong, dia benar-benar tidak suka tinggal disisiku.

“Berikan kalung ini pada seseorang yang berharga bagimu. Katakan padanya bahwa kalung ini seolah adalah hatimu yang kau berikan padanya. Aku jamin, orang itu tidak akan melarikan diri darimu.”

Dan untuk pertama kalinya, aku di bodohi. Demi untuk membuatnya tidak pergi lagi, aku mengikuti yang di katakan penjual kalung itu. Aku dengan bangga membawanya bersamaku untuk kuberikan pada Kang So Bong hari itu. Aku akan membuatnya tetap tinggal.
Namun tetap saja...

“Dirut Nam, mari kita akhiri saja semuanya. Kita jangan lagi bertemu. Biarkan aku tetap bekerja dengan Dr.Oh untuk mengawasi Dirut Nam yang asli. Kau jangan datang kesana jika hanya ingin menemuiku. Dan juga....kembalilah menjadi puteranya. Kau bukan lagi robot kacungku, bukan juga milikku. Aku tidak pernah menciptakanmu ataupun menginginkanmu. Maka itu....kembalilah pada Dr.Oh dan jadilah robot kacungnya lagi.”

Kang So Bong, dia memang tidak pernah berniat tinggal disisiku sejak awal. Kalimat perpisahan yang ketiga kalinya itu, akhirnya untuk pertama kalinya ku terima. Ku pikir, itulah perpisahan yang sesungguhnya. Aku akan kembali normal menjadi Nam Shin buatan ibuku dulu sebelum mengenalnya. Demi mewujudkan itu, aku bahkan bersedia di pasangkan dalam mode manual. Namun aku menyadari sesuatu, mode manual ini bukan karna aku ingin kembali seperti dulu, tapi karna aku butuh bantuan untuk melupakan Kang So Bong.

“Apa sekarang kau sedang memerintahku? Kau lupa, aku bukan lagi kacungmu.”

“Ini bukan perintah, tapi nasihat.”

“Aku rasa kita tidak cukup dekat untuk saling memberikan nasihat.”

Kupikir, aku sudah berhasil melupakannya.

“Kau masih saja tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin ku dengar selain itu.”

“Memangnya apa?”

“Lupakan saja.”

Yah, aku harus melupakannya.
Tapi...

“Dirut Nam?” 

Kang So Bong, kenapa kau memanggilku lagi?

“Dirut Nam?”

Diamlah, Kang So Bong-ssi.

“Dirut Nam....Bogoshipo.”

Kupikir, aku sudah lupa. Namun langkahku hari itu, justru membawaku kembali padanya. Kang So Bong, apa yang harus kuperbuat padamu?

“Aku....harus menjauhkanmu dari orang itu. Apakah ini yang namanya cemburu?”
Inikah yang seharusnya kulakukan? Cemburu?

“Ya! Neo wae geurae?” Tanya Kang So Bong heran. Nam Shin III tak mampu mencari jawabannya. Ia sendiri pun baru sadar yang di ucapkannya tadi.

“Cemburu?” Sedangkan Si Manusia Nam Shin mencebik meremehkan. Ia menatap jijik dan dendam pada Nam Shin kloningannya. “Lepaskan dia.” Perintahnya tegas. Namun Nam Shin III, bukannya mematuhi, ia justru makin mempererat cengkraman tangannya di pergelangan Kang So Bong lantas menariknya untuk bersembunyi di balik tubuh tegapnya. Membuat Nam Shin manusia makin memanas penuh amarah.

Are You Human Too? (New Version)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora