Epilog

453 19 2
                                    

Empat tahun kemudian

Seorang wanita berkhimar cokelat besar dengan beberapa tumpuk kertas yang dibawahnya kini tengah berjalan dengan terburu-buru.

Hal itu membuat tidak sedikit orang yang telah di tabraknya. Jika saja hari ini bukanlah hari yang penting bagi semua orang itu, mungkin ia sudah akan mendapatkan banyak sekali ceramah.

Setelah melewati beberapa koridor, akhirnya wanita itu yang tak lain dan tak bukan adaah Mika, kini telah berdiri tepat di depan pintu coklat yang bertuliskan "Ruang Sidang."

"Untung saja" batin Mika ketika melihat isi ruangan yang belum terisikan orang di dalamnya. Dilihatnya jam tangan miliknya yang menunjukan pukul Sembilan kurang dari lima menit lagi. Rupanya ia datang lebih cepat dibanding dugaannya tadi.

Pukul Sembilan lewat sembilan, sidang skripsi Mika baru dimulai. Dengan rasa gugup yang masih bisa dikendalikannya serta ketakutan akan berbagai pertanyaan yang tak terduga dari dosen penguji, ia pun mulai memaparkan presentasinya.

Setelah sejam lebih berada di dalam ruangan itu, akhirnya berbagai bunyi sorakan terpantul jelas ditelinga Mika. Wajahnya senang berseri karena masa yang telah mendebarkan baru saja selesai meski ada beberapa coretan di dalam skripsinya yang harus di revisi kembali.

"Terimakasih Pak, Bu.." ucap Mika tersenyum lalu keluar meninggalkan ruangan yang menurutnya sungguh horror. Ia berjalan menuju koridor utama sembari meletakkan hpnya disebelah kanan telinganya.

Cukup lama menunggu teleponnya dianggkat, ia pun memutuskan untuk berjalan beberapa meter lagi kedepan guna menghentikan satu saja transportasi umum yang lewat.

Sebuah angkot biru baru saja berhenti di hadapan Mika setelah lambaian tangannya barusan. Ia pun naik lalu mengambil duduk tepat di belakang supir.

Sepuluh menit di dalam angkot dihabiskan Mika dengan memikirkan alasan kenapa panggilannya tadi tidak diangkat oleh seseorang di seberang sana, padahal ia sudah sangat bersemangat untuk membagi kebahagiannya.

Dengan menyingkirkan berbagai pikiran buruk, Mika pun turun tepat di depan Bataliyon yang memang dari sananya bernuansakan hijau.

"Siap, Assalamualaikum Bu, Sendirian saja? Memangnya letda Al kemana? " ujar seorang tentara dengan pangkat pradanya yang tengah berdiri di depan posko menyapa Mika yang baru saja masuk melewati gerbang.

"Waalaikumussalam" balas Mika sembari tersenyum simpul "Letda Al ya? Saya juga kurang tau. Kalau begitu saya permisi ya, Assalamualaikum" tambahnya kemudian pergi menuju rumah dinas miliknya.

Sebenarnya itu bukan rumahnya. Tapi karena apa yang dimiliki suaminya juga termaksud haknya, maka bisa dibilang rumah itu juga miliknya.

Sesampainya ia dirumah dinas itu, ia pun langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang saking lelahnya menghadapi berbagai pertanyaan dari dosen penguji.

To: Letda Al

Kakak dimana?aku udah dirumah

Pesan itu pun terkirim. Satu menit, dua menit, bahkan sudah lebih dari lima menit menunggu, Mika tak kunjung mendapatkan balasan dari orang itu. Ia pun memutuskan untuk tidur dari pada menunggu apa yang membuatnya semakin lelah.




**




Baru saja mika menyelesaikan Sholat Isyanya, sebuah pesan masuk dari hpnya yang rupanya dari seseorang yang sedari tadi ia tunggu.

From: Letda Al

Aku udah di jalan pulang. Kamu udah sholat? Udah makan juga?

Melihat pesan itu Mika merasa bersyukur. Karena Alhamdulillah suaminya ternyata masih hidup. Meski begitu tak ada niat di benaknya untuk membalas pesan itu.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now