10. Bacl< 2

263 14 2
                                    







"Gimana keadaan adik saya dok?" tanya Radith pada seorang pria berjas putih yang baru saja keluar dari rungan tempat mika berada. Saat mendengar kabar adiknya masuk rumah sakit, ia langsung meninggalkan pertemuan dengan rekan bisnisnya.

Di umur yang baru 22 tahun ini, Radith telah menjadi seorang arsitektur mudah yang sangat disegani karena potensinya. Namun ia rela meninggalkan semua itu jika harus berhubungan dengan keselamatan adiknya. "Sungguh benar-benar kakak idaman" batin author

"Adik anda baik-baik saja. Hanya ada sedikit masalah di bagian kepalanya dan itu tidak terlalu serius" jelas Dokter yang bertuliskan Andreas di name tag nya.

"Apa saya bisa masuk dok?" tanya radith

"Tentu. Tapi pasien masih belum sadarkan diri. Mungkin dua atau tiga jam lagi" jelas Dokter Andreas lagi lalu pergi meninggalkan dua pria yang sedari tadi tak bergeming dari tempatnya.

Rasyid mendorong pintu bercatkan putih itu dan di ikuti dengan seorang pria di belakannya. Di tutup kembali pintu itu oleh pria tersebut.

Sangat jelas terlihat di hadapanya, impus yang berada di punggung tangan mungil milik mika dengan selang oksigen yang ada di hidungnya. Entah mimpi apa radith semalam hingga dapat melihat kondisi adiknya yang terbaring lemas di atas tempat tidur rumah sakit itu.

"Syid makasih udah bawa adik gue kesini" ucap radith mengingat bahwa seseorang yang sedari tadi ada di belakangnya itulah yang menyelamatkan adiknya. "Gue gak tau apa yang bakal terjadi ke dia kalau lo gak bawah dia kesini. Sekali lagi makasih" tambahnya dengan senyum kecut di bibirnya. Rasyid hanya membalas perkataan radith dengan senyumnya dan menepuk-nepuk bahu kanan pria itu berharap dapat mengurangi kesedihan teman kecilnya itu.

"Udah malam. gue balik dulu ya? Assalamualaikum" ucap rasyid lalu berlalu meninggalkan ruangan itu setelah radith mengangguki perkataan dan membalas salamnya.










Dalam perjalanan pulang, Rasyid terus saja memikirkan kejadian tadi siang. Ia tak menyangka akan bertemu gadis itu dengan cara seperti tadi. Juga ada sesuatu yang menjanggal di pikiranya tentang seseorang yang mungkin saja terlibat dalam kecelakaan yang menimpa mika.

Hinggga tiba di pekarangan rumahnya, ia memarkirkan mobil putih itu lalu bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Di tengoknya jam yang berada di atas nakas samping kanan ranjangnya. Waktu menunjukan pukul 10.05 pm. Sudah larut ia segera menutup matanya untuk tidur dan melupakan apa yang sedari tadi mengganjal pikirannya.

Usai sholat subuh, Rasyid memutuskan untuk kembali memeriksa kopernya. Berharap semuanya sudah berada di dalam sana dan tidak ada yang tertinggal. Rasyid sengaja mengambil penerbangan pagi karena mengingat dirinya yang harus kembali belajar dan mengajar. Saat pagi ia menjalankan kehidupannya sebagai seorang mahasiswa jurusan psikologi tingkat akhir sedangkan selesai dari kampus ia langsung pergi ke pondok abangnya untuk mengajar disana.






* * *

"Bang mika haus" ucap gadis itu dengan hp nya yang masih setia di genggamannya. Kondisi gadis itu mulai membaik sejak dua hari kemarin namun ia belum diperbolehkan untuk lembali pulang. Mendengar permintaan Mika, Rasyid segera menuangkan air ke dalam gelas dan menyodorkan itu ke adiknya.

"Makasih" ucap mika dan di angguki rasyid.

"Abang gak pulang? Istirahat gitu? Wajah abang udah jelek banget karena tidur gak cukup" tanya mika meski pandangannya tetap fokus ke layar hp nya membaca sebuah novel di dalam sana.

"Nggak" jawab radith singkat padat dan jelas.

"Kenapa? Apa karena abang takut gak ada yang jagain aku disini? Kalau soal itu abang gak usah khawatir. Ica sama saka mau kesini kok jengukin aku" ucap gadis itu menatap ke arah kakaknya berusaha meyakinkan.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang