30. Tetangga Idaman Hingga Jannah (END)

Start from the beginning
                                    

Cukup lama dengan posisi itu akhirnya sekarang Mika tumbang karena rasa kantuk yang mendatanginya.

**

Pesawat dari Kalimantan tujuan Gorontalo baru saja mendarat dengan mulus di bandar udara Djalaludin Tantu. Tidak lama setelah itu secara bergiliran penumpang mulai turun memasuki bandara. Diantara para penumpang itu ada Rasyid bersama Arlan yang tengah berjalan mendekati Jihad dan Dinar yang tengah menanti kedatangan mereka.

Setelah berbicara sebentar dan Dinar yang melepas kerinduan pada sang adik, mereka pun langsung menuju mobil lantas segera kembali ke rumah karena ada hidangan spesial telah menunggu.

"Beberapa hari yang lalu Mika nanyain kamu ke kakak" pernyataan itu sontak membuat Rasyid melihat Dinar dari pantulan cermin jok depan.

"Terus?" Tanyanya

"Sesuai permintaan Radith, jadi kakak bilangnya gak tau" Radith diam sebentar lalu mengangguk sembari melihat ke arah luar jendela

"Kakak gak nyangka kalau ternyata selama ini perempuan yang kamu sukai itu Mika. Tapi Syid, bagaimana seterusnya?"

"Entahlah kak. Aku juga gak tau gimana jelasin semuanya ke dia" Jawab Rasyid dengan pandangan kosong masih keluar jendela.

Pembicaraan keduanya pun berhenti sampai situ karena Dinar yang sudah tak tahu harus bertanya apalagi.

Sebenarnya Dinar merasa kasihan dengan adiknya itu yang tampak tak bersemangat sedari tadi. Tapi apa boleh buat? Ia hanya bisa pasrah akan keadaan yang ada.

Lebih dari satu jam dilewati, akhirnya mobil Jihad mulai memasuki pekarangan rumah mereka hingga terparkir indah.
Membuat Khodijah yang memang sedari tadi telah menanti di teras rumah segera berlari menuju tempat mobil terparkir. Sedangngkan Bu Zarah yang menemaninya hanya tersenyum sembari mengekori cucu cantik kecilnya itu.

"Assalamualaikum Bu" Ucap keempat orang itu yang baru saja turun dari mobil.

"Waalaikumussallam" Jawab Bu Zarah sembari membiarkan telapak tangannya diciumi oleh anak-anaknya.

Hingga tiba giliran Rasyid, Bu Zarah pun memeluknya dan menciumi kening putranya itu. Ia tersenyum namun dengan beberapa tetes air yang mengalir dari pelupuk matanya.

"Mama kok nangis?" Tanya Rasyid mengelap bekas air mata Bu Zarah

"Mama seneng kamu masih bisa pulang Syid. Mama bahagia sekali. Ini air mata haru" ujar Bu Zarah dengan senyum kekhawatiran

"Rasyid juga seneng bisa kembali kesini Ma. Ketemu sama mama, kak Jihad, kak Dinar, dan Khodijah yang manis"

"Aduh paman sakit" teriak Khodijah yang kedua pipi tembemnya baru saja dicubit oleh Rasyid lantas membuat orang disekitarnya tertawa melihat itu.

Suasana yang tadinya begitu mellow pun sekarang berubah menjadi pecah.

"Karena di Singapur gak ada tempe, kamu pasti kangen tempe sambal terasi buatan mama kan Syid? Ini habisin yaa?" Ujar Bu Zarah yang kini tengah memenuhi piring Rasyid dengan tempe makanan favoritnya.

"Iya Ma, tapi ini kebanyakan"

"Udah habisin aja dek biar mama seneng" Sahut Dinar membuat Rasyid tak dapat berkata- kata lagi. Ia pun mulai memakan makanannya dengan lahap lalu disusul mereka yang sedari tadi memperhatikannya.

Namun beberapa saat setelah itu tiba-tiba saja Rasyid terbatuk-batuk. Ia memegangi dadanya dengan kuat. Hingga hasil dari batuknya mengeluarkan lendir-lendir kental yang ia muntahkan dilantai.

Melihat itu Arlan refleks menghampiri Rasyid, berusaha menetralkan kondisinya. Sedangkan Dinar dan Bu Zarah kian panik namun Jihad dengan sigap menenangkan mereka bersamaan dengan Khodijah yang menangis melihat kondisi pamannya.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now