9- Menyimpan Rasa

347 22 0
                                    

Keesokan harinya. Kuliah malam.

Dua kelas malam ini, bangku Ery dan Kevin berjauhan. Sepanjang kuliah berlangsung, mereka tidak saling berbicara.

No speak, but attention each other.....

Ratih, teman dekat Ery pun bisa cukup mengerti dan tahu 'timing' untuk tidak terlalu berlebihan merespon 'kabar besar' bahwa Kevin datang ke rumah Ery dan mengajaknya pergi. Kalau paparazi tahu, gosip bisa menyebar luas kemana-mana.

Ery sudah memberi tahu Ratih kemarin sebelum dia pergi dengan pemuda beken itu.

"APAAAA?? Kevin ke rumahmu?" seru Ratih di ujung telpon kemarin pagi.

"Iya, dia keras kepala, kan?"

"Itu bukan keras kepala, itu pantang menyerah!!" tutur Ratih. "Mungkin dia beneran suka kamu!"

Ery tertawa masam. "Haha. Rat, dia bisa mengajak siapapun yang dia mau, bukan hanya aku. Teman dia banyak, teman perempuan dia juga banyak," jelas Ery.

"Tapi bukan dia yang mengejar..." pungkas Ratih diiringi tawa makna.

Ery menata hati serapi mungkin. Jangan sampai berjibaku untuk urusan cinta semu.

Tapi kita tidak pernah tahu dalamnya hati. Apalagi wanita. Hatinya sangat luas dan dalam, terisi oleh ruang-ruang yang sudah 'berlabel'. Salah satu ruang di hati Ery yang terkunci berlabel 'Ayah', di dalamnya berisi jeritan hati Ery menyerukan: "Aku sayang Ayah, aku rindu Ayah, tapi Ayah tidak bisa di sini!"

Salah satu ruang hati berikutnya berlabel 'Kevin Sanjaya Sukamuljo', berisi tentang: "Populer, kaya, keren, tengil, berpeluang playboy 98%, aku tidak boleh terjebak."

Dari kejauhan, Ery sesekali melihat Kevin yang sedang bersenda gurau dengan teman-temannya.

"Syukurlah, sepertinya dia lupa..." pikir Ery melihat Kevin bergegas ke luar kelas bersama teman-teman laki-laki yang lain setelah kuliah terakhir usai.

Sementara itu, Ery dan beberapa temannya masih menyempatkan diri berdiskusi dengan dosen mengenai materi kuliah barusan. Jam menunjukkan pukul 21.45.

Hingga 10 menit kemudian, Ery baru keluar kelas. Dia menilik arloji, jam sudah menginjak hampir pukul 10.

Tepat ketika dia keluar ruangan, ada seseorang berjaket jumper ungu tua dengan tudung kepala terpasang dan mengenakan masker menutupi wajah.

"Heyh!!!"

Ery sangat terkejut.

"Haha, sori.." ucapnya innocent.

"Kamu ngangetin aja sih!" protes Ery dengan mengusap dada.

"Udah selesai kursus tambahannya?" tanyanya ringan tapi terdengar meledek.

Ery menghela nafas dan mengabaikan pertanyaannya. "Aku kira kamu sudah pulang,"

"Jadi dari tadi udah perhatiin?" sekak Kevin.

Ery melirik sekilas lalu mengalihkan pandangan tanpa menjawab pertanyaan retoris dari pria itu.

"Jadi gini, aku mau jelasin dulu..." kata Ery mengawali penjelasan penolakan ajakan jetski.

"Oh ya kebetulan! Aku ngga perlu susah minta tolong," potong Kevin.

Ery termangu.

"Aku memang mau minta kamu njelasin ke aku tentang bab Akuntansi yang ini... buat quiz besok, kan. Kapan hari aku sudah fotokopi catatan berwarna kamu... lumayan akunya ada pencerahan..." jelasnya masih khas.

Ery salah kira! Dia mengira Kevin akan menagih tawarannya kemarin. Semoga saja dia benar-benar lupa.

Beberapa saat, mereka berdiskusi sedikit tentang materi Akuntansi di kursi memanjang di seberang ruang kelas.

Another Crazy Rich Asians (ACRA)Where stories live. Discover now