1- Big Star Boy

2K 63 0
                                    

Deru suara mobil Mustang menepi di parkiran kampus, sesosok manusia muncul dari dalamnya, seketika itu pula bumi seolah berhenti berputar bagi mereka yang melihat kedatangannya bak Keanu Reeves The Matrix bergerak dengan slow motion. Kevin Sanjaya Sukamuljo, namanya. Mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis semester 2 yang menjadi viral seantero kampusku. Betapa tidak, dia bintang olahraga di negeri kita.

Big star boy! Dia atlet bulutangkis ganda putra ranking 1 dunia saat ini! Deretan prestasi sudah dia raih bersama partner-nya, Marcus Fernaldi Gideon. Dengan seabrek prestasinya itu, tidak hanya membuat ibu pertiwi bangga, tapi juga yang pasti pundi-pundi uangnya semakin berlimpah ruah. Milyader muda.

Bahkan pemuda itu pernah menyumbang 6 juta untuk kontribusi kas pelaksanaan OSPEK mahasiswa baru! Hmm... Gajiku selama 1 bulan hanya separuhnya. Enam juta baginya mungkin seperti membeli snack.

Ganteng. Keren. Milyader. Berprestasi. Komplit, idaman seorang pacar. Di kampus, sangat lumrah dia menjadi idola.

Eits, itu mereka, bukan aku. Justru aku melihat sudut pandang lain, bagaimana peluang dia menjadi playboy bisa mencapai 98%. Aku lebih tertarik fokus pada studiku. Aku bahkan harus bekerja untuk membiayai kuliah ini. Aku tidak tertarik dengan hal-hal roman picisan. Hidup ini keras. Jangan tertipu dengan keindahan dan kesenangan semu!

Kevin dan aku memang satu jurusan Manajemen Bisnis. Sewaktu-waktu kami bisa dalam satu kelas mata kuliah.

Suatu ketika, kelas malam, kami menjalani satu mata kuliah sekelas, dia duduk tepat di depanku.

Kulihat dia nampak letih. Ya, hampir tiap hari dia ada jadwal rutin latihan di Pelatnas. Malam harinya, dia pergunakan untuk kuliah walaupun tidak mungkin selalu penuh masuk karena harus berbagi waktu dengan 'tugas negara'.

"Gue ngga bawa pulpen. Lu ada pulpen lagi?" tanyanya pada Riky yang duduk di sebelah kanannya. Dia baru merogoh-rogoh isi ranselnya, tapi barang yang dicari tidak ketemu.

"Haha, ini aja gue pinjam!"

"Yaelah, Bro!" celetuk pemuda bergaya slengekan itu.

"Lu ada pulpen lagi?" tanyanya berganti pada Geri yang duduk di sebelah kirinya.

"Ngga. Ini, cuma satu!" jawab Geri sambil mengangkat satu pulpennya. "Ini aja udah bagus gue punya pulpen lagi. Seminggu udah ilang 3 kali," ungkapnya kocak.

"Lu makan kali itu pulpennya!" semprot Kevin dengan logat jawanya. "Terus ini gue nulisnya gimana?"

"Pake raket aja, beres! Haha." seloroh Riky.

"Owh, resek lu!"

Riky terkekeh. "Hey, pinjam Ery aja, itu dia kan kayak toko buku, pulpen semua warna ada..." celetuknya kemudian.

Mendengarkan idenya, lalu Kevin menghadap belakang, ke arahku.

"Pinjam pulpen," katanya santai.

Lalu aku mengambil sebuah pulpen dari kotak alat tulisku. Dia melihatku sambil menerima pulpen Pilot warna hitam dariku.

Tak lama-lama, tanpa ba-bi-bu, aku kembali fokus ke kuliah.

"Ry, serius amat sih..." ujarnya.

"Mau pinjam apalagi?"

"Tipe-X, stabilo pink, kuning, penggaris 30 cm—"

"Berisik!" potongku. Aku tersadar dia mencoba menjahiliku.

Riky dan Geri cekikikan mendengar kami.

"Kalau ada toko buku penjualnya kayak gitu, bakal sepi pembeli..." canda Geri.

Another Crazy Rich Asians (ACRA)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें