12

7.1K 1.1K 51
                                    

Jisung memainkannya syalnya.

"Kau tidak apa apa kan sung ?" Tanya Yao Chen cemas saat Jisung keluar dari ruang ganti pakaian.

"Aku tidak apa apa. Sungguh," Tak lupa Jisung menyunggingkan senyuman lebarnya. Menandakan dia tidak apa apa.

"Kenapa kau menggunakan syal ?" Yao Chen masih menatap Jisung curiga.

"Yao Chen! Ada pelanggan!" Serunya saat melihat ada pelanggan berjalan masuk.

Yao chen kembali kemeja kasir, membuat Jisung menghela nafas lega.

Drrrt drrrt

Jisung mengambil ponselnya, dahinya berkerut. Kenapa Eommanya menelpon lagi ? Tidak mungkin meminta uang lagi kan ?
_

Minho memasuki ruangannya dengan aura suram mengelilinginya. Membuat Lia yang berada di mejanya bergidik ngeri. Apa lagi sekarang ?

"Tuan Lee. Kita akan ada dua meeting penting hari pak," Lia telah berdiri di sebelah Minho dan membacakan jadwal yang harus Minho datangi hari ini. Hanya dengungan pelan yang Minho berikan, sebagian fokusnya masih tertuju ke masalah pagi tadi.

"Pak ?"

"Maafkan saya. Tolong bacakan ulang," Pinta Minho yang tersadar dari lamunannya.

Lia menghela nafas pelan. Dia harus ekstra bersabar menghadapi bosnya yang moodnya suka berubah setiap harinya ini.
_

Setelah mengabaikan hingga mematikan ponselnya, Jisung kembali fokus bekerja. Mengelap meja pelanggan dan membawa sisa makanan ke dapur.

Managernya yang keluar dari kantornya menatap ke arah Jisung aneh. Terlebih namja itu menggunakan syal, apa itu tren terbaru ?

"Bin, apa hari ini dingin?" Tanya managernya ke Seobin. Pelayan tampan itu menoleh.

"Tidak,"

"Lalu kenapa Jisung memakai syal ?"

"Tren mungkin ?"

Manager terdiam. Sepertinya bagus juga menjadikan syal menjadi model fashion terbaru di duetkan memakai seragam restauran mereka.
_

Jisung sudah menduga, ibunya akan menunggunya. Lagi pula ia juga tidak akan kabur dari Wanita itu. Seburuk buruknya wanita itu, wanita itu tetaplah ibunya. Manusia yang melahirkannya.

"Berhenti bocah sialan. Berani sekali kau mengabaikan panggilanku." Baru saja memijakan langkah ke dalam bangunan itu. Bentakan yang Jisung terima untuk penyambutannya.

"Tapi Eomma...aku tidak punya uang. Apa gajiku semua tidak cukup ?"

Wanita itu melangkah lebar mendekati Jisung, mencengkram kuat dagu Jisung sampai kuku kuku panjang dan tajam milik wanita itu mengores kulit mulus Jisung.

"Jangan panggil aku Eomma bajingan!" Bentaknya marah karena Jisung masih saja memanggilnya ibu.

Jisung meringis ketika kuku itu semakin mendalam. Kulitnya sudah tergores dan berdarah.

Melihat mata Jisung sudah berkaca kaca, wanita itu melepaskan Jisung.

"Kau pikir aku mau melahirkan mu di dunia ini secara gratis ? Seharusnya kau tau diri dan balas budi. Dasar tidak tahu di untung. Kenapa kau tidak mati saja saat aku aborsi. Sialan." Caci wanita itu marah mendorong tubuh Jisung ke arah dinding. Tubuh kurus Jisung menabrak dinding dan tempat sampah dengan keras, para kucing liar yang sedang mengobrak abrik sampah segera berlarian kabur saat tubuh Jisung ambruk.

"Dengar, aku tak mau tau! Kau harus membayar hutang piutang atau Namja yang tengah hamil itu akan ku ganggu," Ancamnya dengan nada serius. Mengertakan gigi bawahnya.

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang