29

5.6K 996 48
                                    

Jisung cemas setengah mati ketika Felix terus mengerang kesakitan sambil memegang perutnya. Dengan tangan terus memegang erat tangan Felix, Jisung membisikkan kata kata penyemangat.

Minho fokus mengemudi di tengah hujan lebat, yang membuat skill mengemudinya benar benar di uji. Belum lagi kaca yang berembun dan suasana malam yang gelap tidak membantu sama sekali.

"Cepat, Ho. Felix tidak kuat lagi," 

Perkataan Jisung benar, karena selang beberapa menit air ketuban Felix pecah dan telah membasahi celana dan kaki Omega yang sedang meringkuk di sebelah Jisung.

"Sung...," Panggil Felix lemah. Ia menatap Jisung yang tepat di atasnya.

"Kita akan segera samp-"

"Bukan itu. Saat aku akan di operasi, tolong katakan ke dokter jangan bius total." Pintanya dengan suara lemah.

"Lix... Apa kau tidak apa ?" Tanya Jisung memastikan keputusan Felix. Pasti itu akan sangat mengerikan ketika melihat bagaimana pisau beda, gunting dan benang bekerja.

"Hm, aku tidak apa apa. Aku ingin melihat dia," Tangan bergetar Felix bergerak mengelus perutnya yang kram sedari tadi.

"Aku ingin melihat jagoanku lahir ke dunia ini." Felix menunduk. Air matanya tak sadar mengalir.

"....Meski tanpa kehadiran seorang Ayah," Saat mengatakan kalimat ini. Suara Felix begitu pelan. Menyiratkan rasa sedih yang begitu dalam, rasa kecewa terhadap takdir yang telah di putuskan.

_

Jisung berjalan mondar mandir di depan pintu ruang operasi. Ini sudah setengah jam sejak Felix di bawa masuk ke ruangan itu. Jisung ingin masuk dan menemani Felix di saat saat operasi, di saat dimana Felix bertarung  antara hidup dan mati di dalam sana. Tapi omega itu menentang keinginan Jisung dan berkata ia akan baik baik saja.

Jisung memilih mempercayai perkataan Felix, ia yakin Felix adalah sosok yang tangguh dan kuat. Felix akan baik baik saja, begitu pula ponakannya. Jisung tak henti hentinya mengirimkan doa doanya ke Tuhan di dalam hatinya. Karena hanya inilah yang bisa Jisung lakukan saat ini.

"Jisung, ayo duduk. Felix akan baik baik saja." Ujar Minho pusing melihat Beta manisnya bolak balik di depannya.

Jisung terhenti, ia menatap Minho, "Tapi aku cemas, Ho. Bagaimana bila Felix meninggal ?" Ujarnya ketakutan. Karena menurut setiap buku yang Jisung baca tentang masa masa kehamilan dan kelahiran, peran dari pasangan Omega yang akan melahirkan sangat penting. Pasangan omega harus berdiri di dalam sana untuk memberikan kekuatan dan dukungan untuk sang calon Ibu untuk berjuang.

Tapi Felix tidak memilikinya. Itulah alasan kenapa Jisung semakin tidak tenang.

"Hush, tidak boleh berkata seperti itu." Tegur Minho tiba tiba. Yang mampu mengusir semua asumsi buruk yang bersarang di kepala Jisung.

Baru hendak bangkit dari duduknya dan menenangkan Jisung, ponsel Minho berbunyi. Menghentikan niatam Namja tampan itu.

Nama Changbin tertera di sana, Minho menggigit bibir bawahnya bingung. Pasti Changbin memarahinya karena ia tak datang di pertemuan kolega kolega bisnis mereka di tambah Eommanya juga pasti hadir di pesta itu. Meski mereka berdua sempat berseteru tegang kemarin, kerja sama tetaplah kerja sama. Selayaknya seseorang yang profesional, tidak baik membawa perasaan dalam pekerjaan dan bisnis. Itulah prinsip yang di tanamkan Changbin dan Minho selama menjadi CEO di perusahaan masing masing.

Setelah dering kedua berbunyi, Minho menarik nafas dan memencet layar ikon hijau. Ia berharap percakapan ini tidak perlu urat di dalamnya.

"Hallo ?"

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang