YAM | 4

51 10 2
                                    

Happy reading, guys :*

***
Sudah seminggu, Leon dan Loretta menjalin hubungan. Namun, pernyataan itu sudah di ketahui banyak orang meskipun dari sekolah-sekolah luar. Entah kapan menyebar nya kabar itu. Leon dan Loretta pun tampak tak peduli.

Loretta sangat merasa terganggu dengan kehadiran Leon yang tiada henti. Ingin menghindar, namun mengingat peringatan sang kakak. Ingin menetap, tapi sangat risih dengan Leon yang selalu saja membuatnya risih. Tidak, bukan risih. Tapi, sangat risih.

Sekarang, mereka berada di cafe. Tentu saja, dengan ajakan dan paksaan Leon. Loretta hanya pasrah dan tak tega dengan Leon yang terus memohon.

Leon masih setia menopang dagu dan mengarahkan pandangan ke wajah cantik sang pacar. Ia tidak menyangka, akan berpacaran dengan wanita pujaan hatinya.

Loretta risih di liatin Leon secara terang-terangan. Ia bahkan, tidak berani menoleh. Tidak mau bertatap lama dengan pemuda di depannya ini. "Woi! Jangan liatin mulu, dong! Gue tau, gue cantik." Ucap Loretta dengan nada kesal.

Leon tertawa, mendengar celetukan dari Loretta, "iya, kamu emang cantik. Jadi, kita cocok! Aku ganteng, kamu cantik,"

Loretta mendengus dan memalingkan wajahnya. Lebih baik menatap sekelilingnya, asalkan jangan Leon. Karena Leon sangat menyebalkan untuk di lihat.

"Retta! Retta!" Loretta mencari sumber suara, suara itu tidak asing. Setelah menemukannya, ia tersenyum penuh arti, melihat Reno yang menghampiri dirinya dan Leon.

"Eh, Reno! Tumben sendiri? Biasanya ajak Agham sama Tirta,"

Reno tersenyum, dan tanpa basa-basi langsung duduk di kursi dekat Loretta. "Iya, mereka lagi sibuk, mungkin. Makanya nggak bisa ikut," jelas Reno, mambuat Loretta hanya ber-oh ria.

Leon merasakan api yang sangat memenuhi hati sampai otaknya. Kehadiran Reno antara dirinya dan Loretta sangat mengganggu, "siapa yang izinin, lo, duduk disini?" Tanya Leon dengan nada tak suka yang sangat kentara.

Loretta tersenyum miring, penuh arti. "Kenapa? Keberatan? Gue yang suruh, kalo keberatan, lo, pindah aja." jawab Loretta sewot.

Leon menghela napas panjang, dan berdiri. Tanpa berpikir lagi, ia segera menarik lengan atas Loretta dengan kasar dan mencengkramnya dengan kuat.

Loretta terkejut, ia ingin melarikan diri. Namun, cengkraman Leon pada lengannya sangat kuat. Hingga ia tidak bisa melakukan apapun.

Sesampainya di luar cafe, Leon melepaskan cengkramannya dan memegang kuat kedua bahu Loretta. "Lo, naksir sama, dia? Apa lebihnya dia, dari gue? Gue lebih ganteng, gue lebih perhatian sama, lo. Gue lebih lebih lebih, dan lebih dari dia. Apa yang lo liat dari, dia?" Tanya Leon dengan tegas, dan menatap tajam Loretta.

Loretta susah menelan ludahnya, ia menciut mendengar nada bicara Leon yang tak biasa. Tapi, ia berusaha terlihat tenang, "dia, kan temen sekelas gue. Mana mungkin gue usir, kalo dia mau nyamperin." Jawab Loretta memutar bola matanya. Entah sudah keberapa kali, ia pun lelah.

"Retta, please, jangan kaya gini. Lo, ngga bisa kasi gue harapan?" Tanya Leon, dengan serius. Nada bicaranya melemah, tidak seperti tadi yang bisa disebut membentak.

"Gue nggak bisa, Le." Jawab Loretta, dan kali ini, berhasil melepas cengkraman tangan Leon dari kedua bahunya. Ia segera menjauh dari Leon dan berdiri di halte, yang tak jauh dari cafe tersebut. Berharap, angkutan umum akan segera tiba.

You Are MineWhere stories live. Discover now