YAM | 3

62 10 1
                                    

Sebelum baca, kuy tekan bintang dulu^^

Happy reading, bebe😘

***

Kring...
Kring...
Kring...

Bel yang di tunggu-tunggu oleh semua murid SMA Kencana Bhakti, semua murid-murid berhamburan keluar dari kelas. Terutama dengan, Loretta dan ketiga temannya. Ia terburu-buru untuk pulang, agar tidak bertemu cowok yang seenaknya mengklaim dirinya sebagai miliknya.

"Rett, jangan buru-buru, dong. Emang kenapa, sih?!" Protes Mauren, ia juga ikut tergesa-gesa karena tarikan Loretta yang sangat kencang.

Loretta menghentikan langkahnya, menoleh ke Mauren dan berdecak, "gue gak mau ketemu dia. Ayo, cepet!" Loretta kembali menggenggam tangan Mauren, ketika ingin menarik. Mauren menahan kedua kakinya.

"Ren, cepet! Gue gak mau ketemu dia!" Mauren tetap tidak bergerak.

"Rett, lo udah pacaran. Jadi, jangan hindarin dia, okay?"

Loretta berdecak, "yaudah, gue duluan. Bye!" Loretta berlari dengan cepat, menuju luar sekolah. Ia memutuskan untuk jalan kaki, tidak perduli dengan kakinya yang akan pegal nantinya. Intinya, ia harus menghindar dari Leon.

Napas Loretta terengah-engah ketika sampai di halte yang dekat dengan sekolahnya. Ia menoleh ke belakang, tidak ada tanda-tanda keberadaan Leon. Sip, gue nggak usah lari. Udah jauh dari jangkauan Leon ini, batinnya.

Loretta melanjutkan langkahnya, banyak sekali yang menyapa Loretta ketika sampai di depan cafe berjarak beberapa meter saja dari halte. Banyak juga yang menatap sinis kepadanya, Loretta tidak peduli. Ia tetap tersenyum untuk menghargai teman-teman, adik dan kakak kelas yang menyapanya.

Loretta terus berjalan dan berjalan, hingga ponselnya bergetar di saku rok nya. Ia melihat pesan yang datang dari nomer tidak di kenal, satu nama terlintas di benaknya. Leon.

Unknown:
Lo, kok nggak tunggu gue?

Loretta Margareta:
Siapa, lo? Gue banyak urusan. Bye!

Unknown:
Gue bisa anter lo, pulang. Dan, nggak perlu ngehindar. Lo itu milik gue, dan tetep kaya gitu!

Loretta merasa ingin muntah membaca pesan terakhir dari Leon.

Loretta Margaretha:
Gue bukan milik, lo! Kirim pesan lagi, gue block, lo.

Loretta lalu memasukkan ponselnya ke dalam tasnya, tidak lupa mematikan daya. Agar tidak ada pengganggu.

Cuaca sangat panas, cewek itu sudah beberapa kali menyeka keringat yang ada di dahinya. Ia sudah tidak sanggup melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, kebetulan saja ada toko swalayan di seberang jalan.

Loretta pun, melangkah menuju toko tersebut dan mengambil minuman yang kira-kira dapat menghentikan kering di tenggorokannya.

Ia mengambil ponselnya lagi. Ia akan memesan taxi online, ia sudah tidak sanggup. "Gue kok jadi cepet capek gini, sih?" Tanyanya pada diri sendiri. Ia merasa aneh pada dirinya sendiri.

You Are MineWhere stories live. Discover now