ꟷ♦ 4 ♦ꟷ

6 0 0
                                        

KRIING! KRIIINGGG!

"HOREEE!"

"Yaelah, bel pulang pake bunyi lagi..."

Berdentangnya lonceng jam terakhir pelajaran itu bagaikan udara dingin yang kedatangannya ditunggu saat hawa panas menerpa. Menyejukkan juga sangat melegakan. Hampir semua pelajar bersorak ketika guru mereka duluan keluar kelas.

Freya menatap heran pelajar disisinya yang nampak murung disaat waktu pulang tiba. "Tenang kels, ntar gue anterin juga."

"Kenapa gak lo aja sih yang kasihin sekalian?" Ornella menaruh selembaran uang tepat dimeja Freya.

"Terus gue bilang, 'Gio, ini ada duit. Mau diterima apa gak itu urusan lo, gue cuma disuruh Nella ngasihin ini ke lo karena belanjaan kemaren.'."

Ornella mendengus. Melipat wajahnya karena sebal mendengar celotehan Freya. "Tambah malu, anjir."

"Terserah sih." Freya bangkit dari bangkunya seraya menggendong tasnya. "Coba aja lo ada diposisi Gio, ngerasa enak gak digituin? Kalo lo masih punya sopan santun, lo harusnya kasihin sendiri."

Ornella masih memasang wajah cemberutnya, meski dalam hatinya satu jalan dengan Freya. Dia juga maunya bertindak biasa seakan-akan Sergio tak pernah menolongnya. Ornella hanya tak ingin punya hutang budi, apalagi hutang uang seperti ini. Karena sampai kapanpun, hidupnya takkan tenang jika dia belum membalas ataupun melunasinya.

"Sayang tau, lo juga sampe ribut sama si Nevin karena ngerebut duit ini kan? Lah, sia-sia usaha lo kalo gak cepet-cepet dikasihin." tambah Freya.

Tak ada pergerakan sama sekali dari Ornella. Freya tahu betul, pasti Ornella terus saja menimbang-nimbang pilihan yang ada. Walaupun sebenarnya dia tak yakin pilihan macam apa yang sekarang dihadapi Ornella.

"Kelamaan lo ah."

"Ish, bentar ngapa – " Freya mulai mengubah jalan pikiran Ornella tepat saat dirinya hampir menyeret Ornella keluar dari tempatnya. "Iya, iya, gue bakal kasihin. Tapi lo anterin pokoknya."

"Aye aye, captain!"

Benar-benar hal sepele dan bodoh untuk dipertengkarkan.

Baiklah, keberadaan Sergio yang mereka tanyakan sekarang. Setelah keluar kelas, Ornella baru saja memikirkan hal itu. Tidak seperti Freya yang terus saja berjalan mendahuluinya, seolah-olah dia bisa merasakan keberadaan Sergio.

"Wait up," tangan Ornella tergerak untuk menepuk bahu Freya agar berhenti melangkah. "Mau kemana dulu? Kita kan gak tau Sergio ada dimana."

Freya nampak mengangkat alisnya. "Dia selalu ada dilapangan basket pas bel pulang bunyi." dan melanjutkan jalannya seperti tak ada yang mengkhawatirkan.

Ornella malah terpaku, terlihat sulit mempercayai ucapan Freya. "Lah, lo tau darimana? Kok bisa?" tanyanya penasaran sambil berjalan dibelakang Freya.

"Semua cewek Ciga tau, Onell. Lagian dia selalu update di ignya kels."

"Ok." jawab Ornella sambil manggut-manggut. "Gue gak tau dia senarsis itu."

"Bukan narsis namanya kalo lo sadar dia itu cool."

Terdengar aneh ditelinga Ornella, seakan telinganya bisa merasakan sesuatu yang menggelikan dan dia tak mau mendengar apa yang dikatakan hatinya tentang itu sekarang.

Freya merasakan Ornella melangkah maju dan dengan mendadak menubruk bahunya cukup keras. "DUH! Lo – "

Ornella nyengir. "Apa maksud – "

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 11, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Until It ComeWhere stories live. Discover now