Part 34

2.1K 398 27
                                    

Carissa tidak punya banyak waktu untuk berlarut-larut dalam kesedihan ini. Dia harus segera mengambil langkah agar semua maslah ini cepat selesai.

Carissa masuk ke kapsul elevator sesuai yang diberitahui oleh Javera. Carissa tidak terlalu menduga-duga apa yang ada di atas sana. Ke mana pun elevator ini membawanya pergi, dia akan pasrah. Dia terlalu lemah. Semua kejadian ini menguras fisik dan jiwanya.

Hal pertama yang Carissa lihat ketika kapsul elevator itu keluar dari bawah tanah adalah laut yang menghampar luas. Sinar matahari bersinar cerah di langit sana. Sinarnya tampak bersahabat, tidak terlalu menyilaukan. Jika Carissa menduga, ini sekitar pukul 10 pagi. Berarti mereka sudah menghabiskan satu malam di bawah tanah sejak mereka menemukan rumah tua di tengah hutan saat matahari akan tumbang kemarin.

Ketika pintu kapsul terbuka, Carissa langsung menjejakkan kakinya di atas tanah yang berbeton. Dia seperti berada di atas kapal, berdiri di pinggir kapal yang tanpa pagar sambil menatap riak air laut yang tenang. Angin berembus sepoi-sepoi membuat rambut Carissa bergoyang pelan.

Kapal?

Kapsul elevator mendesing turun dan segera menyatu dengan tanah berbeton yang Carissa pijak. Carissa menoleh. Saat itu dia baru menyadari, dia tidak berada di atas kapal. Dia berada di sebuah pulau. Pulau itu terlihat sudah lama sekali ditinggalkan. Bangunan-bangunan dari beton tampak tak utuh. Sebagian sisinya sudah hancur, menyisakan puing-puingnya di jalanan. Bangunan itu berlubang-lubang, sisa bekas jendela yang sudah tak ditemukan lagi jejak pecahan kacahnya. Carissa menyusuri pulau ini perlahan. Semak-semak belukar tumbuh ganas di sisi gedung sampai merambat menutupi bagian dasar gedung. Carissa mengerutkan kening.

Ini pulau yang tidak terlalu asing.

Carissa kembali mengedarkan pandangan. Bentuk pulau yang seperti kapal—lebih tepatnya kapal perang—orang-orang Jepang pernah membahas tentang ini. Ini Pulau Hashima. Banyak orang mengenalnya dengan nama 'Gunkanjima' atau Pulau Kapal Perang karena bentuknya yang seperti kapal perang. Pulau ini sudah lama ditinggalkan penghuninya, sekitar tahun 1974. Dulu pulau ini pernah menjadi pulau dengan penduduk yang padat. Pulai ini dulu ditempati oleh para pekerja paksa di pertambangan batu bara milik Jepang saat Perang Dunia II.

Carissa tidak pernah ke tempat ini meski tempat ini katanya dijadikan tempat wisata. Tapi saat ini dia berada di sini, pulau ini sungguh sepi. Entah kenapa, suasananya begitu mencekam bahkan ketika matahari masih bersinar. Carissa yakin saat malam tiba suasananya akan berkali-kali lipat lebih mencekam.

Hampir lima belas menit, Carissa hanya berjalan mengelilingi pulau itu. Dia bisa melihat sisa-sisa perabotan rumah tangga yang telah usang tergeletak begitu saja, bangku-bangku sekolah yang terbalik, dan suara bebatuan yang menggelinding dari reruntuhan bangunan.

"CARISSA!"

Sebuah seruan yang memanggil namanya sontak membuat Carissa berhenti. Dia menoleh. Lima ratus meter darinya, dia bisa melihat seseorang mirip Zen sedang berlari. Carissa terkesiap. Itu bukan seseorang mirip Zen, itu Zen.

"Carissa!" dia berseru lagi dan berlari.

Carissa tersenyum senang dan berniat berlari menuju Zen sampai detik berikutnya dia menyadari ada yang aneh. Zen memanggilnya tapi tidak berlari ke arahnya. Langkah Carissa tertahan saat melihat dari arah salah satu gedung yang masih berdiri kokoh tanpa reruntuhan, hanya terlihat kumuh dengan kaca jendelanya yang pecah, muncul seseorang seperti dirinya. Salah! Bukan seperti. Itu memang dirinya! Gadis itu memakai baju yang sama, model rambut yang sama, wajah yang sama persis seperti dirinya. Dia seperti melihat pantulan cerminnya.

Ucapan Javera langsung terlintas di benaknya.

Di atas sana kau akan bertemu dengan robot-robot mirip temanmu. Mereka seolah mejadi temanmu, tapi itu bukan temanmu. Setiap kali kau bertemu dengan mereka, tanyakan sesuatu yang hanya kau dan temanmu tahu. Jika dia bisa menjawab benar, maka itu temanmu yang sesungguhnya.

The Lost CityDove le storie prendono vita. Scoprilo ora