8. Sin Place

266 42 11
                                    

Part 8 - Sin Place

Pandangan Darren nyaris tak lepas dari sosok Gwen yang sedang mengemudi porsche-nya dengan handal dan teratur meski gadis itu membawanya pada kecepatan tinggi. Gwen nampak anggun ditengah minimnya pencahayaan dalam mobil yang menutupi sebagian wajah cantiknya. Dan lihat rambutnya yang terus berjatuhanentah sejak kapan begitu menggemaskan sampai kedua tangan Darren terasa sudah gatal ingin cepat-cepat menyentuhnya.

Darren larut memandangi figur Gwen layaknya anak berusia lima tahun yang baru saja melihat bidikan kembang api dengan perasaan kagum dan menggantung sejuta harapan. Matanya juga menemukan hal lain, sesuatu yang bersinar dalam kegelapan, tidak pasti adanya namun terasa begitu menjanjikan. Dan tak ada hal lain yang ingin dilakukannya selain mengamati Gwen. Ia tidak boleh membiarkan dirinya sampai lengah sedikitpun melewati setiap pergerakan Gwen. Persetan mau dibawa kemana dirinya dengan Gwen! Darren tak peduli, ia hanya ingin menikmati siluet indah yang mungkin saja tidak dapat ditemukannya esok hari.

Yaampun, bahkan Gwen belum bersuara sedikitpun. Ada apa ini? Kenapa juga Gwen jadi bersikap dingin lalu misterius begini? Bodohnya lagi, mengapa dirinya malah semakin penasaran?

"Boy I understand, 24 jam juga kamu belum cukup puas untuk liatin aku. I know... But, please mau sampai kapan?"

Dengan kecepatan super kilat, Darren mengembalikan kesadarannya, melebur seluruh khayalan liarnya yang menari lincah dikepala. "Sorry. Kita udah sampai?" Gwen hanya membalas sekali anggukkan lalu keluar dari porsche hitam—memplanting pintu mobil cukup keras seakan itu hanyalah barang rongsok, tidak ada harganya sama sekali.

Diikuti Darren yang turun lalu merapikan sedikit tuksedonya yang mulai kusut. Ia harus terlihat rapi, bahkan lebih rapi dari biasanya. Tak boleh ada kekurangan sedikitpun. Jangan sampai ada yang mengira Gwen berkencan dengan supirnyaatau majikan dan si supirmajikan dan hewan peliharaansi kaya dan si miskinLangit dan bu—wait?

Bar club? Really? Seriously?

Darren cukup terkejut, spontan mundur beberapa langkah untuk sekedar memastikan apa ia salah baca? Tidak, ia tidak salah, jelas ini bar club. Salah satu bar club cukup terkenal di jakarta, fun and fancy. Tapi untuk apa Gwen mengajaknya kencan di bar? Tempat yang bising dan semerbak bau alkohol dimana-mana. Seriously, tempat ini jauh dari kata romantis. Kenapa dia tidak membawaku ke restoran atau paling tidak ketempat yang sepi?

"Kencan di bar club? Kamu serius?"

"Keberatan?"

Darren menggeleng seolah tidak keberatan. Setidaknya ini lebih baik daripada tidak kencan sama sekali.
Mungkin selera Gwen memang kencan toxic, bebas nan sinikal. Ia tidak perlu kaget, ataupun waswas. Bisa saja kencan seperti ini juga yang diberikan Gwen bersama pendahulu-pendahulunya alias mantan kekasih Gwen. Dan ya, sekarang dirinya juga termasuk dalam daftar hitungan.

Darren harus segera membiasakan diri terhadap perubahan apapun yang akan didapatnya saat bersama Gwen, entah itu baik maupun buruk. But seriously, kapan terakhir kalinya ia mengunjungi bar clubtempat penuh dosa ini? Bahkan ia tidak ingat.

GWEN-LIN Where stories live. Discover now