• Sebelas

Mulai dari awal
                                    

“Lang,”

Apa ia harus memberitahu Kakaknya apa yang ia lihat tadi, tapi Kakaknya pasti tidak percaya begitu saja. Atau mungkin, ia hanya salah lihat tadi. Sepertinya dengan tidak memberitahu Kakaknya itu lebih baik.

Erm ... Galang kebelet,” jawabnya dengan tersenyum lebar.

Lulu menghela nafasnya, “Kakak kira ada apa, kamu bisa tahan 'kan? Tanggung, sebentar lagi sampai.” ucapnya yang langsung diangguki oleh Galang.

Lulu hanya mengantarnya sampai di depan gerbang rumahnya, katanya ia masih ada urusan yang belum terselesaikan. Galang memasuki rumahnya dengan langkah yang santai, entahlah tidak seperti biasanya jika pulang sekolah ia selalu cepat-cepat masuk ke dalam lalu menemui sang Mama dan bermanja ria dengannya.

Saat menginjakkan kakinya di ruang tengah, keadaan sepi. Tak biasanya rumah akan sesepi ini, Galang tetap melangkah menuju kamarnya ingin cepat-cepat membersihkan diri yang sudah lengket oleh keringat. Setelah semuanya beres, ia bergegas menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang memang sudah berdemo sejak sepulang sekolah tadi.

Namun, yang ia temukan bukannya sebuah hidangan makanan melainkan secarik kertas yang sepertinya sengaja ditaruh tepat di tengah meja makan. Galang mengambil kertas itu lalu membacanya.

Mama sama Bibi lagi keluar, dan Bibi belum sempat masak. Jadi, kalau mau makan kamu delivery aja ya. Sekalian pesenin buat Kakak kamu, dia ada di kamar.

Mama.

Galang menghela nafas sesaat setelah membaca pesan itu, jadi ia ditinggalkan di rumah hanya berduaan dengan Kakaknya. Mau tak mau ia berjalan menuju kamar Kakak keduanya—Niara untuk menanyakan menu apa yang ingin Kakaknya makan.

Galang mengetuk pintu kamar Kakaknya perlahan, berulang kali. Namun, tak ada jawaban yang pasti. Tak ada sahutan, ia kembali mengetuk lebih keras namun tetap saja tidak ada buah hasil. Galang masuk perlahan ke dalam kamar itu, karena ternyata tidak dikunci. Kamarnya kosong, di kamar mandi pun tidak ada. Jadi, pergi kemana Kakaknya itu?

Apa jangan-jangan, yang tadi ia lihat itu memang Kakaknya?

“Lo ngapain di kamar gue?” Galang terperanjat kaget.

“Ka-kak Juni habis dari mana? Kok di kamar nggak ada?” tanyanya.

“Bukan urusan, lo.”

“Itu, Kak Juni mau makan apa? Soalnya dirumah nggak ada makanan, Mama suruh delivery aja.”

“Gue mau soto babat yang diujung komplek,”

Galang tidak menjawab langsung, ia hanya diam beberapa detik kemudian ia mengangguk mengiyakan.

“Ya udah, kalau gitu Galang pergi sekarang.” Niara hanya berdehem.

Setelah Galang pergi, Niara menghembuskan nafasnya lega.

=Galang=

“Bu, soto babatnya dua. Yang satu dibungkus,” pesannya setelah duduk dibangku dengan meja panjang yang disediakan warung ini.

Galang memainkan ponselnya sembari menunggu pesanannya datang, tak sampai lima menit soto babat pesanannya sudah datang. Galang menyantap sotonya yang sangat enak, sudah sebulan yang lalu ia makan soto babat di warung ini. Galang begitu menikmati makan siangnya, ditemani dengan es teh manis yang menambah kenikmatannya.

“Semuanya berapa, Bu?”

“Semuanya tigapuluh dua ribu, Mas.” Galang mengeleluarkan dua lembar uang duapuluh ribuan lalu membayarkannya.

“Kembaliannya ambil aja, Bu.” katanya saat si Ibu penjual menyodorkan kembalian padanya.

Galang melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Tak sampai sepuluh menit ia sudah tiba di rumah, berhubung karena jarak rumah dengan tempat yang menjual soto babat tadi tidak terlalu jauh. Jadi ia sampai lebih cepat.

“Kak, ini soto—” Galang menghentikan ucapannya saat menyadari di kamar Kakaknya sudah ada sang Mama.

“Kamu habis dari mana aja, Lang. Kok tinggalin Niara sendiri di rumah, bagaimana kalau Kakakmu ini kenapa-napa.”

“Aku keluar juga habis beli soto babat buat Kak Juni, Ma.”

“Kamu ini gimana, sih. Niara 'kan nggak suka sama soto babat,”

“Tapi ... Kak Juni sendiri yang minta,” jawabnya.

“Aku nggak minta Galang buat beli soto babat, Ma.” Galang terkejut dengan penuturan Kakaknya barusan. Jelas-jelas Kakaknya yang menyuruhnya untuk membeli soto babat, tapi apa ini? Apa Kakaknya sengaja ingin membuat dirinya terlihat buruk dimata sang Mama.

Galang melengos pergi, meninggalkan kamar Kakaknya. Bahkan ia menutup pintu itu dengan cukup keras hingga membuat sang Mama menggeram kesal karena kelakuannya.

=Galang=

😊😊
Selamat menunggu:))

GalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang