MIN YOONGI

132K 11.6K 1.5K
                                    

"Kau sugar kami, maka dari itu kau di beri nama Suga. Yoongi-ah kalau kau merasa tertekan dan tidak bisa menceritakannya pada member lain, setidaknya ceritakan padaku. Jangan membuatmu terluka."

💜💜💜

Aku memejamkan mataku yang masih menekan beberapa tuts piano. Membayangkan senyum tulus seseorang yang membuat nada nada indah terekam dan keluar begitu saja lewat otot jariku yang sedang menekan tuts piano.

Aku tersenyum dan membuka mata lalu mengambil recorder yang tadi merekam aksi ketidaksengajaanku.

Aku memutar kembali hasil rekamanku.

Ya, memang ini menjadi kebiasaanku saat sedang mencari inspirasi lagu.

Aku selalu menekan asal tuts pianoku dan merekamnya dengan recorderku.

"Tinggal aku beritahu Namjoon, dan merubah sedikit nadanya menjadi hip-hop."

Aku meremas recorderku.

"Terimakasih hyung, berkat kau aku tidak akan kena marah PD-nim hari ini."

Aku keluar dari ruangan "Genius Lab", lalu masuk ke kamar bermaksud untuk membersihkan diri dan mengganti pakaianku untuk menemui PD-nim.

Aku terdiam saat baru saja aku membuka kamarku.

Kamarku terlihat rapi, padahal sebelumnya seingatku kamar ini berantakan karena ulahku.

"Siapa yang membereskan kamarku?"

"Itu aku hyung, kamarmu berantakan sekali. Jin Hyung akan marah kalau lihat kamarnya berantakan. Kau kan tahu, Jin hyung paling tidak bisa melihat ruangan yang berantakan."

"Ahh, terimakasih Jimin-ah."

"Ya sama-sama hyung, kau punya hutang padaku karena sudah menyelamatkanmu dari amukan Jin hyung."

Anak itu pergi setelah tiba-tiba meminta imbalan padaku.

Jimin, anak bantet yang menjadi salah satu penyemangat di grup setelah Hoseok dan Taehyung.

Anak yang kadang bisa lebih dewasa dibanding hyung-hyungnya.

Aku menghela nafas lalu masuk ke dalam kamar.

Aku melihat sekeliling kamarku bersama Jin hyung.

Aku mengambil boneka RJ kesayangan Jin hyung yang selalu dia bawa kemana-mana.

Aku menyimpan kembali dan segera masuk kedalam kamar mandi. Aku membuka bajuku dan terlihatlah bekas luka operasi yang dulu aku dapatkan karena terkena usus buntu.

Aku mengusap bekas luka itu.

Bekas luka yang mengingatkanku pada Jin hyung.

"Hyung, maafkan aku belum bisa menjadi Dongsaeng dan partner kerja yang baik."

"Kau selalu memikirkan kami, tahu semua masalah kami. Tapi kau tidak pernah membiarkan kami mengetahui masalahmu hyung."
.
.
.
.
.
.
Aku sedang menulis lagu di "Genius Lab" hampir semuanya rampung sampai bell pintu ruanganku terus berbunyi, Aku merutuk orang yang sudah membuat kata-kata yang sudah berbaris di otakku menunggu untuk di tulis terbang begitu saja.

Dan aku yakin itu pasti ulah si Maknae Jungkook.

Aku membuka pintu studioku. Akan kupastikan orang itu tidak akan selamat di tanganku.

Namun setelah membuka pintu dan tahu siapa yang datang, aku mengurungkan niatku.

"Kau tahu ini jam berapa Min Yoongi?' Tanya orang itu dengan tatapan serigalanya.

Aku segera kembali masuk dengan mempertahankan wajah datarku. Padahal aku sangat ketakutan saat itu.

Aku kembali duduk dan aku mendengar derap langkahnya.

Ahh, dia mengikutiku.

"Apa berdiam selama beberapa jam disini sudah membuat telingamu tuli hmm?"

"Jam 2.45 dini hari hyung."

"Kau tidak ikut makan malam bersama kami, aku masih memaafkanmu Yoon, tapi kalau kau melewatkan makanmu, aku benar-benar akan marah padamu."

"Maaf hyung, aku sedang fokus. Besok dedline ku untuk menyetorkan ini pada PD-nim. Dan lagipula aku malas makan, mengunyah itu membuatku lelah."

"Ohh lelah ya? Yoon, apa di studiomu ada cutter?"

"U.. Untuk apa Hyung?"

"Untuk membedah perutmu, dan aku akan memasukan makanannya langsung ke dalam lambungmu. "

"Hyung! Kau bercanda?"

"Tidak, tadi kau bilang mengunyah itu melelahkan kan? Makannya aku membantumu untuk memasukkan makanannya langsung ke dalam lambungmu. Dengan begitu kau tidak perlu mengunyah. "

"Kau menakutkan hyung."

"Lebih menakutkan lagi saat aku melihatmu terkapar di Rumah sakit Yoongi-ah." Ucapnya lirih.

Aku mendengar nada tulus dari bicaranya barusan.

"Hyung.. "

"Meihatmu kesakitan dan menerima operasi itu sungguh menakutkan untukku. Aku merasa gagal untuk menjagamu."

"Maafkan aku hyung. "

"Yoon, aku tahu kau memang di tuntut dalam pekerjaanmu. Tapi tidak seharusnya kau memaksakan tubuhmu itu untuk tidak menerima asupan makanan. "

"Hyung, maafkan aku. Maaf sudah membuatmu khawatir. Aku akan makan sekarang."

Aku melihat senyuman di bibir pucat Jin hyung.

Tunggu.

Bibir pucat?

Aku menelusuri seluruh wajah Jin hyung.

"Baguslah. Aku akan memanaskan makanannya dulu."

Jin hyung memutarkan badannya keluar dari studioku. Namun baru beberapa langkah dia berjalan aku melihatnya limbung dan hampir terjatuh kalau saja aku tidak menyangganya.

"Hyung, gwencanha?"

"Eo.. Eoh nan gwencanha Yoon. Aku hanya sedikit pusing."

"Hyung, lebih baik kau istirahat. Biar aku sendiri yang memanaskan makanannya."

"Kau tidak apa memanaskan makananmu sendiri?"

"Mmm tak apa hyung, ayo aku antarkan kau ke kamar."

Aku memapah Jin hyung untuk masuk ke kamarnya, ralat ke kamar kami.

Aku membaringkan Jin hyung dengan hati-hati. Lalu menyelimutinya dengan lembut.

"Terima kasih Yoon dan maafkan aku sudah merepotkanmu."

"Kau ini berbicara apa hyung. Siapa yang merepotkan siapa? Tidak ada yang merepotkan atau merasa di repotkan."

Jin hyung tersenyum. Ya ampun, aku tidak tega melihatnya lemah seperti ini.

"Hyung tidur, pejamkan matamu. Dan untuk besok biar kami memesan delivery saja untuk sarapan."

"Delivery tidak baik untuk kesehatan kalian Yoon. Jangan terlalu sering memakan makanan cepat saji."

"Tapi aku tidak akan membiarkanmu memasak besok."

"Ahh kau benar juga. Yoon, jangan beritahu adik adikmu."

"Kau tenang saja. Aku keluar dulu. Setelah makan aku akan kembali kesini."

Jin hyung mengangguk lagi. Setelah memastikan dia tertidur, aku meninggalkan kamar dan pergi untuk makan sesuai perintah Jin hyung.

"Sekarang aku yang ketakutan melihatmu hyung. Tidak bisakah kau memberitahu kami apa masalahmu? Katakan kalau itu sakit hyung. Kami akan berusaha untuk menjadi obatmu."

Kim Seokjin - ✔️ Où les histoires vivent. Découvrez maintenant