15. Reason

2.6K 374 14
                                    

12 jam yang lalu ...

"Jadi, menurutmu apa yang harus kulakukan?"

Somi hanya bergeming dengan mata yang menatap lekat-lekat pada pria yang selalu ia sebut dengan sebutan darling itu. Sebenarnya gadis itu agak tidak yakin dengan apa yang ia lihat belakangan ini, tapi ..., harus diakui kalau ini kali pertamanya ia mendapati sosok Jungkook sampai bertingkah aneh begitu hanya karena satu wanita.

"Kalau memang gadis itu sulit untuk kau dekati. Ya, setidaknya kau harus ambil jalan pintas dan berhenti bersikap seperti psikopat yang terus mengganggu kemana pun ia pergi."

Alis Jungkook mengerut seketika dan bergumam, "jalan pintas?"

Memang benar kata orang, kakak beradik itu pasti selalu searah dalam hal apa pun. Seperti saat ini, meski tidak diucapkan dengan jelas, itu sama sekali tidak membuat Jungkook kesulitan dalam menemukan maksud ucapan adiknya barusan.

Dan hari ini Jungkook telah menentukan jalan pintas yang akan ia tempu. Di tengah angin melam yang berembus, sepeda motor itu melaju menembus jalan raya. Cahaya lampu jalan yang gemerlap seolah mendukung suasana hati pria itu saat ini.

Sekilas Jungkook melirik sepasang tangan yang kini tengah merangkul pinggangnya . Mengingat bagaimana usahanya hari ini demi membuat orang-orang terdekat Hana untuk ikut mendukung perjuangannya. Ya, semua berawal dengan sumpah yang ia ucapkan pada Jihoon, David dan Paman Shin tadi siang.

Keduanya sampai di area parkir gedung apartemen Hana. Setelah mengembalikan helm yang Jungkook pinjamkan padanya, gadis itu bergumam pelan. Kata-kata yang begitu berat untuk diucapkannya saat ini. "T-terimakasih."

"Tidak masalah," balas Jungkook seadanya. Pria itu ikut turun dari sepeda motornya, membuat Hana seketika was-was dengan pergerakan ptia itu. Jangan bilang kalau Jungkook akan meminta imbalan atas pertolongan yang sudah ia terima. Itu pikiran Hana saat ini.

"Aku tidak mengajakmu mampir ke apartemenku," kata Hana spontan, membuat pria itu mengernyitkan dahi. "Begini, aku memang berterimakasih atas bantuanmu hari ini. Tapi, bukan berarti aku ...,"

"Tunggu," sela Jungkook.

"Aku hanya ingin menemui temanku, lantas salahku di mana?" lanjutnya dengan pertanyaan. Mata Hana berkedip pelan.

Teman?

Jungkook menghela napasnya pelan. "Mingyu, aku ingin menemuinya."

Hana menunduk tiba-tiba. Demi apa pun, ini sangat memalukan. Jika ia punya kekuatan super, mungkin saat ini juga ia akan berteleportasi ke unit apartemennya. Tidak, sebenarnya ia lebih ingin menghapus waktu lima menit yang lalu, saat ia mengatakan kalimat konyol memalukan itu.

Persetan. Hana segera menegakkan pandangannya. Sesekali tidak masalah bersikap tidak tahu malu, itu tidak akan membuatnya mati saat ini juga. Benar sekali!

"Oh, begitu rupanya. Baiklah,"

Setelah kesalahpahaman yang memalukan itu, waktu berjalan terasa jauh lebih lamban dari biasanya bagi Hana. Mendadak ia menyalahkan nasibnya yang harus tinggal satu gedung dengan teman si Jeon itu. Berada di dalam lift berdua saja dengannya serasa satu tahun menjalani kehidupan. Rasanya canggung sekali. Ditambah lagi, suara siulan Jungkook yang membuatnya seperti sedang diikuti oleh psikopat gila.

Tanpa disadarinya, Hana malah mengembuskan napas panjang. Bukankan itu sikap yang sangat kentara?

Di belakangnya, Jungkook terlihat sedang mengulum senyum. Sebenarnya ia ingin cepat-cepat melampiaskan rasa gemasnya melihat tingkah Hana sejak tadi. Demi apa pun, itu sangat lucu.

INDICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang