01 - Accident

7.9K 715 14
                                    

Seorang perempuan dengan balutan jas berwarna putih berlari dengan gesitnya di antara kerumunan banyak orang. Di belakang, dua orang pemuda yang mengenakan jas yang sama mengekorinya. Beruntung. Hari ini, perempuan itu hanya mengenakan flat sheos sebagai alas kakinya sehingga sedikit memberi kemudahan untuknya dalam menjalankan tugas dadakan seperti ini.

Dia, Kang Hana.

"Ya! Tuan Min, berhenti di sana!" teriaknya saat sosok yang ia kejar sudah hampir memasuki kawasan jalan raya. Mata Hana bergerak cepat melihat rambu lalu lintas yang masih menyala hijau.

"Oh, sial!" umpatnya.

"Dokter Kang. Tidak, tidak. Kau tidak boleh melakukannya," teriak seorang pemuda dengan napas yang tersengal. Tangan kirinya berayun-ayun, sementara tangan kanan bertumpu pada paha seiring dadanya yang naik turun dengan gerakan cepat luar biasa.

"Dasar payah. Kau ingin melihat Tuan Min mati di sana, hah?" bentak Hana kesal.

"Tidak, bukan begitu. Tapi, kita bisa cari cara lain tanpa harus ikut menerobos lalu lintas, Dok." Sambung pemuda satunya lagi dengan kondisi napas yang sama. Belum sempat menjawab ucapan rekan kerjanya, suara bising dari pusat jalan raya sudah lebih dulu mengambil alih atensi ketiganya. Ya, kekacauan terjadi di sana.

"Sial." Hana benar-benar frustrasi.

"Pastikan untuk cepat memanggil ambulans jika sampai terjadi sesuatu, mengerti?" Ujarnya sebelum berlari, ikut menembus jalan raya.

"Ya! Kang Hana!" teriak Jihoon tak kalah frustrasi. Sinting, pikirnya.

Bunyi dari klakson mobil yang saling sahut menyahut itu semakin terdengar liar di telinga. Sementara tangan Hana sibuk memberikan isyarat di tengah kerumunan mobil, si pasien justru kesenangan bukan main dengan situasi di sekelilingnya.

"Tuan Min, jangan bergerak, tetaplah di sana. Kita akan bermain setelah ini, okay?" Bujuk Hana setengah berteriak.

"Tidak, tidak. Kalian semua pembohong," meskipun tuan Min memberengut, tapi tetap saja, kakinya ternyata lebih mematuhi perintah dari Hana. Ia berhenti.

"Oh, tidak. Kau harus percaya padaku kali ini. Aku akan membelikanmu pizza setelah ini, bagaimana?" bujuknya lagi, semakin khawatir dengan keberadaan mereka yang cukup berbahaya. Sangat berbahaya, tepatnya. Ketika jarak di antara mereka sudah nyaris berdekatan, perlahan Hana coba meraih tangan si pasien dengan senyuman harap cemas dan tepat saat genggamannya sampai pada tujuan, ia pun bergegas mengajak Tuan Min untuk meninggalkan tempat berbahaya itu.

"Ya! Apa kalian sudah gila, hah? Cepat minggir!" teriak salah satu pengemudi, membuat emosi Hana spontan meningkat dalam hitungan detik. Ia mendengkus sebal, seraya terus menggiring tubuh Tuan Min. Dan, sangat perlu disyukuri karena tinggal beberapa langkah lagi mereka akan segera memasuki zona aman. Namun...

Sebuah sepeda motor justru melaju kencang ke arah mereka. Kekhawatiran yang sebelumnya sudah hampir meredam pun kembali merangkak ke permukaan, jiwa Hana rasanya berguncang hebat saat mendengar bunyi ban yang beradu dengan aspal, disusul dengan suara nyaring akibat peraduan antara badan motor dengan trotoar. Kecelakaan terjadi di depan mata mereka.

Kelopak mata itu berkedip dua kali, mendapati ban motor yang nyaris saja mematahkan kedua kakinya. Jarak sejengkal dari ujung sepatu itu cukup gila bagi Hana. Derap langkah kaki terdengar ramai mendekati kejadian tersebut. Salah satu dari mereka, rekan kerja Hana, terlihat berkeringat dingin mendapati situasi yang hampir membahayakan nyawa si Dokter. Mendekati kesialan, ini masih bisa dikatakan beruntung karena tidak ada yang terluka di antara mereka.

"Sudah kukatakan sebelumnya kan?! Oh, Hana kau mengkhawatirkan saja." Omel salah satu pemuda dengan postur tubuh yang terbilang pendek, namun terlihat tampan dan imut dalam waktu bersamaan. Dia, Park Jihoon.

INDICATEDWhere stories live. Discover now