03

120 55 15
                                    

AMELIA POV

"Dek, ayok buruan!" Teriak Bang Re dari luar rumah, setelah berpamitan dan mencium Ayah dan Bunda aku segera berlari keluar sambil memakan satu helai roti tawar dengan selai coklat favoritku.

Kulihat Bang Re tengah menungguku di dalam mobil sambil menatapku kesal yang tengah berjalan ke arahnya. Hari ini aku memang berangkat bersama Bang Re, karena dia yang memintanya.

"Lemot deh kamu dek." Ucapnya begitu aku masuk ke dalam mobil. Aku hanya mengerucutkan bibirku menanggapi ucapan Bang Re.

Setelahnya Bang Re menjalankan mobilnya menuju ke sekolah. Tak begitu lama, hanya membutuhkan waktu 15 menit kita sudah sampai disekolah.

Aku langsung keluar dari mobil setelah mobil milik Bang Re terparkir cantik di parkiran, begitu pula dengan Bang Re.

"Mau Abang anterin ke kelas kamu?" Tawarnya, aku menggelengkan kepalaku.

"Emangnya Amel anak kecil." Bang Re terkekeh mendengar jawabanku.

"Kan kamu emang masih kecil." Ujarnya seraya mengacak-acak rambutku.

"Abang ih, rambut Amel jadi berantakan ish." Ujarku kesal. Bang Re hanya terkekeh menanggapi ku, lalu berpamitan lebih dahulu menuju Ruang OSIS.

[ A M E L I A ]

Hari ke - 2 MOS kita di minta untuk mengisi formulir tentang jurusan apa yang kita minati nanti, sebenarnya aku ingin mengambil jurusan BAHASA. Namun sayang, disini hanya ada jurusan IPA dan IPS.

"Kamu ngisi jurusan apa?" Tanyaku pada Olive.

"IPS." Jawabnya, aku mengangguk. "Lo?" Dia bertanya kembali padaku, aku sedikit menimbang-nimbang sebelum menjawab.

"Aku sih pengen IPS juga." Jawabku.

"Ya udah, isi IPS aja. Siapa tau nanti kita satu kelas." Aku langsung mengangguk semangat, segera mengisi formulir dengan harap-harap bisa satu kelas dengan Olive.

Setelah selesai mengisi formulir kita di beri kesempatan untuk kembali mengumpulkan tanda tangan semua panitia dan teman satu gugus masing-masing.

Aku, Olive dan Widiya berjalan menyusuri koridor mencari kakak kakak panitia MPLS yang belum sempat kami mintai tanda tangan. Hari ini Rosa tidak masuk, aku tidak tau kenapa begitu pula dengan Widiya dan Olive.

"Ke kantin dulu yuk." Ajak Widiya.

"Kalian duluan aja, aku mau ke toilet dulu." Ujarku.

"Kita anterin aja deh Mel, baru nanti ke kantin bareng-bareng." Aku menggeleng.

"Duluan aja, nggak papa kok. Kasian tuh Olive keliatannya udah laper." Aku terkekeh.

"Lo yakin?" Tanya Olive, aku mengangguk yakin. Lalu Olive dan Widya berjalan menuju kantin bertolak belakang denganku yang menuju ke toilet.

Setelah dari toilet aku pun berjalan menuju kantin berniat untuk menyusul Olive dan Widiya.

"Hei, kamu." Sebuah suara berhasil menghentikan langkahku. Aku menoleh kekanan dan melihat seorang laki-laki tengah berdiri, bersandar pada tembok sambil menatapku.

 Aku menoleh kekanan dan melihat seorang laki-laki tengah berdiri, bersandar pada tembok sambil menatapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Vino," Gumamku. Kulihat Kak Vino berjalan mendekat ke arahku, lalu berhenti tepat di depanku.

"Kamu ada hubungan apa dengan Renaldi?" Tanyanya. Dia menatapku intens membuatku sedikit tidak nyaman.

"Saudara." Jawabku singkat.

Dan ku lihat senyuman terbit di wajahnya, "oh, jadi kamu adeknya Renaldi." dia menepuk puncak kepalaku pelan lalu berlalu pergi begitu saja melewatiku membuatku bingung akan tingkahnya.

Aku menatap kepergian Kak Vino hingga menghilang dibalik tembok, lalu aku berbalik hendak melanjutkan langkahku menuju kanting, namun..

"HUAAA!" Teriakku terkejut melihat wajah Ary tepat berada di depanku, Ary tertawa melihat reaksiku membuatku memukulnya keras-keras.

"Aaww." Pekiknya.

"Kamu apa-apaan sih?!" Tanyaku kesal.

"Sorry," Ary menatapku dengan cengirannya.

"Kebiasaan."

"Lagian kamu lihatin apa sih tadi?" Tanyanya.

"Nggak ada." Jawabku, berlalu begitu saja meninggalkan Ary yang mengangkat satu alisnya.

Ary berlari mengikuti langkahku yang menuju ke Kantin. Sesampainya di Kantin aku duduk di samping Olive.

"Sorry Amel, gue teraktir deh. Gimana?" Tawarnya begitu sudah duduk dihadapanku.

Ku lihat Olive dan Widiya yang tampak bingung menatap kami, lalu aku kembali menoleh ke arah Ary.

"Satu Jus alpukat, pliss." Ujarku sembari tersenyum.

Ary ikut tersenyum. "Okay, one avocado juice for my sweet bear." lalu dia berjalan pergi menuju stand yang menjual jus.

"Serius kalian nggak ada hubungan apa-apa selain sahabat?" Tanya Widiya seraya menopang dagunya menatapku. Aku tersenyum sembari menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Kenapa? Apa kalian nggak pernah gitu saling suka? Sedikit aja?" Aku lagi-lagi menggeleng untuk menjawab pertanyaan Widiya.

"Ary udah aku anggap kayak saudaraku sendiri, begitu juga dengan Ary. " Ujarku. Widya dan Olive mengangguk.

"Sayang banget ya, padahal kelihatannya kalian itu cocok." Aku hanya terkekeh mendengar ucapan Olive yang di angguki oleh Widiya.

Ary kembali dengan dua jus di tangannya. Ia memberikan jus alpukat kepadaku, dengan senang hati aku menerimanya.

Lalu kita mengobrol dan bercanda sembari menghabiskan makanan dan minuman kami masing-masing.

"Yakin nggak mau makan?" Tanya Ary untuk yang kesekian kalinya, dan untuk yang kesekian kalinya lagi aku menggeleng.

"Aku sudah kenyang." Ary mengangguk.

"Ya sudah, kalian lanjutkan." Dia berdiri dari kursihnya. "Gue mau balik ke kelas dulu." Lalu dia mengacak-acak rambutku sebelum pergi. Dasar kebiasaan!

[ A M E L I A ]

Bel pulang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, Bang Re mengirimiku pesan yang isinya menyuruhku untuk pulang bersama Ary-- karena dia masih ada urusan dengan anak-anak OSIS yang lain.

Aku segera menelpon Ary dengan harap-harap cemas bahwa Ary masih berada di sekolah dan belom pulang.

Setelah nada dering ke dua, terdengarlah suara Ary dari sebrang sana.

"Pulang bareng?" Amel bersyukur mempunyai sahabat seperti Ary yang pekanya luar biasa.

"Kamu masih di sekolah kan?" Tanya Amel.

"Masih tidak ya?" Tanya Ary berusaha menggoda Amel.

"Ayolah, serius Ary!" Ary terkekeh di sebrang sana.

"Menoleh lah ke samping kananmu." Amel tersenyum legah melihat Ary yang tengah berdiri menatapnya dengan jarak kira kira 10 meter.

Amel segera mematikan panggilan dan berlari menghampiri Ary.

"Ayok."

***

Hai :)

Budayakan untuk Vote dan Coment setelah membaca :)

230619❤

- V

AMELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang