01

357 96 57
                                    

AMELIA POV

Pagi yang cerah untuk memulai hari yang bahagia. Aku sedang duduk di meja makan bersama kedua orang tuaku untuk melakukan sarapan pagi sebelum memulai rutinitas masing-masing di pagi ini.

Oh, aku lupa. Perkenalkan namaku Amelia Chandra Winata. 6 bulan lagi usiaku akan menginjak 16 tahun dan hari ini adalah hari pertama aku menjadi seorang murid SMA.

"Abang belum turun juga?" Tanya Bunda sembari memberiku roti yang sudah diolesi dengan selai coklat kesukaanku.

"Tadi Amel lihat Abang masih siap-siap di kamarnya bunda," jawabku, menerima roti yang diberikan Bunda.

"Ah, itu Abang." Ku tolehkan kepalaku ke arah yang ditunjuk Bunda, terlihat Abang kedua-ku sedang menuruni tangga menuju kemari.

Aku memiliki dua orang Abang, Abang pertamaku bernama Arsenio Winata, dia sudah menikah dengan Kak Shiffa dan tinggal bersama di Surabaya. 2 bulan yang lalu Bang Arsen baru saja di karuniai seorang putri kecil yang ia beri nama Felycia.

Sedangkan Abang keduaku bernama Reynaldi Rivaldi Winata. Dia masih SMA dan aku akan bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Yang ku tahu Bang Re adalah seorang Ketua OSIS di sekolahnya dan dia sangat populer di kalangan cewek, tidak heran sih dengan wajah blesteran Spanyol-Indonesia, dia benar-benar sangat tampan.

 Yang ku tahu Bang Re adalah seorang Ketua OSIS di sekolahnya dan dia sangat populer di kalangan cewek, tidak heran sih dengan wajah blesteran Spanyol-Indonesia, dia benar-benar sangat tampan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Abang, itu Roti Amel!" Protesku saat Bang Re mencomot roti yang akan ku gigit. Bukannya mengembalikan Rotiku, dia malah memakannya sambil berkata "dhek, nhanthi bherangkhat bhareng arhy ajha yha."

"Ngomong apa sih, bang? Telen dulu rotinya." Protes Ayah, Bang Re terlihat susah payah menelan roti itu, ku berikan segelas susu kepadanya dan dia langsung meneguk segelas susu yang ku berikan bersama rotinya, setelahnya dia kembali berkata "nanti kamu berangkat bareng Ary aja ya, dek. abang mau berangkat duluan."

"Berangkat sekarang bang? Ini kan masih jam 05:35, nggak kepagian, lagian sekolah kalian nggak begitu jauh kan?" Tanya Bunda.

"Hari ini kan Adek sama yang lainnya MPLS bunda, Abang mau nyiapin semuanya, kan Abang KETOS." Bunda mengangguk mengerti.

"Kamu nggak papa kan Dek berangkat bareng Ary?" Tanya Abang sekali lagi menatapku.

"Biasanya juga kan Amel berangkat bareng Ary Bang," jawabku.

"Mending Abang berangkat sana, entar keburu ada yang nelfon Abang dan marah-marah lagi." Aku terkekeh mengingat kemaren Bang Re terlihat kewalahan saat menerima telfon dari seseorang dan orang itu terdengar sedang marah-marah mengenai MPLS hari ini, biasanya Abangku itu akan terlihat cuek dengan orang-orang terkecuali keluarganya tapi aku baru kali itu melihat Bang Re benar-benar bersikap berbeda kepada seseorang kecuali keluarganya, yah walaupun itu cuma sekedar lewat telfon sih, tapi aku cukup bahagia melihatnya.

"Apaan sih, Dek." Tuh kan dia salah tingkah, wkwk. "Yodah, aku berangakat sekarang ya, Yah, Bund." Bang Re mencium kedua tangan Ayah dan Bunda, mengecup keningku singkat dan berlalu pergi melewati pintu utama. "Assalamu'alaikum."

AMELIAWhere stories live. Discover now