- 24 -

279 41 12
                                    

"Ayo, Mei, ikut!" ajak Riezka siang itu sepulang sekolah.

"Ke mana?" tanya Meilia sambil menggendong tasnya. Setelah Lomba Debat Bahasa Inggris selesai, mereka tidak ada jadwal latihan sepulang sekolah seperti biasanya. Palingan Meilia hanya latihan atletik pagi-pagi, itupun sepi karena Meilia tidak pernah melihat Edward berlatih basket lagi.

"Ke Rumah Sakit, nengok Bang Ed," jawab Riezka, membuat Meilia terhenyak. Ia tak percaya pendengarannya, setelah beberapa hari lapangan basket sepi, akhirnya Meilia bisa melihat wajah penuh jerawat itu lagi. Kalau saja tidak malu pada Riezka, Meilia mungkin sudah melonjak kegirangan.

"Memangnya ini sudah jamnya besuk?" tanya Meilia, mengalihkan pembicaraan mencoba menata hatinya.

"Nggak ada jam besuk dia sih kamarnya, bebas aja. Yuk, naik mobil aku," ujar Riezka berjalan mendahului. Meilia mengikuti dari belakang dengan menahan senyum.

***

Riezka mengajak Meilia ke sebuah Rumah Sakit Swasta. Kamar khusus yang konon tidak punya jam besuk ini terletak di lantai teratas gedung warna krem. Lantainya putih bersih, begitu pun seragam perawat yang berbisik-bisik di balik konter di lobi depan lift. Mereka menunduk begitu Riezka lewat, yang dibalas Riezka dengan lambaian tangan. Sepertinya mereka mengenali Riezka.

"Kamu sudah sering kemari?" tanya Meilia. "Sepertinya para suster itu kenal sama kamu?"

"Ngga juga. Mereka emang ramah-ramah," jawab Riezka cuek. Gadis itu lalu berhenti di depan pintu kayu berwarna coklat muda.

Tok-Tok-Tok.
Riezka mengetuk tiga kali, lalu langsung menggeser pintu kayu itu ke samping hingga terbuka lebar.

"Bang Ed? Tidur?" tanya Riezka pelan sambil melangkah masuk. Meilia ragu sesaat lalu ikut masuk.

Meilia berhenti satu langkah setelah memasuki ruangan. Ia memindai kamar rawat Edward. Arah jam dua belas dari tempatnya berdiri, ada ruang duduk yang terdiri dari sofa 2-seater dan 3-seater yang diatur seperti huruf L. Di depannya terdapat sebuah meja kayu warna cokelat tua. Tanaman berdaun lebar dalam pot, rak penyimpanan koran, dan sebuah tempat sampah alumunium menghiasi sudut ruangan di belakang sofa yang lebih besar.

Melihat ke kanan, arah jam dua, terdapat tempat tidur ukuran single yang tertata rapi. Pastinya tempat tidur untuk keluarga yang menginap. Di sampingnya, terdapat buffet tempat menaruh teko elektrik dan peralatan makan minum juga satu pesawat televisi yang sedang menayangkan acara balap motor GP.

Riezka menyibak tirai yang menutupi ranjang di arah jam empat. Hati Meilia berdegup aneh saat menyadari siapa sosok yang terbaring diam di balik selimut. Sosok yang sudah seminggu ini menghilang dari keseharian gadis itu dan sangat ia nantikan kehadirannya. Lapangan basket di pagi hari tampak sunyi tanpa kehadiran Edward.

Riezka mendekati lelaki yang tertidur sambil memeluk komik Dragon Ball dan remote TV. Kaki kiri yang di-gips tampak menjulur keluar dari selimut merah bata.

"Eh, lagi tidur..." kata Riezka. Meilia tersenyum kecut melihat sahabatnya membungkuk dan dengan lembut membisikkan sesuatu ke telinga Edward. Lelaki itu masih diam. Riezka kemudian menepuk-nepuk lengan Edward sambil terus membisikkan sesuatu. Mungkin 'Bangun, Sayang, aku datang,' atau sejenisnya, begitu pikir Meilia.

"Hmm..." gumam lelaki itu sesaat kemudian. Kepalanya bergerak. Perlahan mata Edward terbuka, Riezka kembali membisikkan sesuatu ke telinganya. Meilia memperhatikan dalam diam. Gemuruh di dada terasa semakin keras saat Edward menoleh ke arahnya.

"Hai, Bang Ed. Apa kabar?" Meilia memberanikan diri menyapa.

"Uhuk uhuk," Edward terbatuk pelan. Meilia mengambil langkah mendekat, "not bad, thanks, ehem," jawab lelaki itu seperti kikuk. Ia lalu memalingkan muka ke arah Riezka yang menduduki kursi di samping tempat tidur. Mereka bertukar senyum, mata Riezka mengerling jenaka saat memandangi lelaki di hadapannya. Meilia memaksakan dirinya untuk ikut bahagia melihat kemesraan itu.

"Aku ke kantin dulu ya, belum makan siang nih. Mei, kamu tungguin Bang Ed ya, kamu mau dibawain apa?" tanya Riezka beranjak dari kursinya.

"Oh, nggak mau aku antar aja?" Meilia malah balik bertanya.

"Kamu di sini aja. Kan, udah lama nggak ketemu Bang Ed. Siapa tahu kamu kangen," kata Riezka mengedipkan sebelah mata ke arah Edward yang membalas dengan pukulan pelan di lengan Riezka.

"Oh, beneran?" tanya Meilia memastikan ia tidak salah dengar. Masa ia boleh dibiarkan sendirian bersama kekasih sahabatnya?

"Beneran. Bentar kok, kantinnya di bawah, nggak jauh," jawab Riezka berlari kecil keluar kamar lalu menutup pintu.

Hening.

Suara detak jam dinding di belakang Meilia yang bertiktak-tiktok pelan. Edward mengganti saluran TV berkali-kali, Meilia memperhatikan dalam diam.

***

Aduuh maafkan telat banget updatenya. Semoga bab berikutnya nggak molor kayak yang satu ini ya. Makasih udah sabar menunggu.

Much love,
Dött

TUNGGU AKUWhere stories live. Discover now