entah

19 4 0
                                    

"kamu apain kamar kamu sih!!"teriak jani kesal. Gimana gak kesal kamar yang berantakan. Bukan berantakan karena baju,karena baju azlan hanya ada 7 saja.

Kamarnya berantakan oleh alat alat elktronika dan kabel kabel serta ada beberapa alat bengkel.

Azlan berjalan menghampiri jani.
"ada apa sih?" tanya azlan bingung.

"ada apa, ada apa liat kamar kamu tuh udah ibarat bengkel." kesal jani.

"kamu tuh lagi ngapain sih,lagian ini juga punya siapa?" lanjut jani menunjuk tv dan kipas angin.

"itu punya bima sama temennya,dia minta aku perbaiki itu. Lumayankan uangnya buat kebutuhan kita." ucap azlan yang sibuk memasukan keperluan ospeknya ke dalam tas.

"jadi ini sebabnya telat bangun tidur?" tanya jani.

"semalam aku kerjain ini semua walau bima mita selesai 3 hari lagi,tapi aku kerjain sekarang aja biar cepet." azlan keluar dan mengambil sapu serta pelan dan memberikan sapu itu kepada jani.

"bantuin aku." ucap azlan.

Jani merapihkan kamar azlan dan menyapu kamarnya. Setelah itu azlan mengepel kamarnya.

Jani sibuk mencuci piring bekas makan mereka berdua.

"cepet sudah jam setengah 7" teriak azlan yang sudah siap dengan ransel yang ada di bahunya.

"sabar kali." jani keluar dengan kesal.

Azlan menatap wajah jani heran.
"apaansih kamu liatin aku sampe segitunya."ucap jani.

Azlan mendekat kearah jani, azlan menghapus lipstik yang ada di bibir jani dengan lengan baju putihnya.

"kamu tuh gila ya, itu baju kamu kotor!!"kesal jani.

"kamu yang gila. Berani beraninya kamu pakai lipstik ke kampus." ucap azlan yang menarik jani agar cepat berjalan.

"kenapa sih, apa salahnya, orang aku pake lipstik warnanya gak ngejreng malah natural gitu." kesal jani.

"mau kaya cabe cabean kamu, hari pertama ospek aja udah berani pake make up,apa kata senior senior nanti." cerocos azlan.

10 menit mereka berjalan, jani dan azlan harus berpisah karena arah fakultasnya sangatlah berbeda.

"nih" jani memberikan vitamin kepada azlan sebelum berpisah.

"hari ini pasti akan berat dan kamu butuh tenaga."

"seengganya kamu harus menyeimbangkan dengan asupan vitamin,agar tak jatuh sakit." lanjut jani.

Azlan tersenyum saat mengambil vitamin yang di berikan jani.

"makasih tapi bukan vitamin ini yang aku butuhkan." azlan mendekatkan wajahnya pada wajah jani.

Cup azlan mengecup bibir manis jani yang membuat pipi jani merah merona.

Azlan tersenyum dan menggenggam tangan  jani.

"ini juga pertama kali aku lakukan." azlan pergi begitu saja sedangkan jani masih tertegun dengan

'sayangnya ini kedua kalinya buat gua'gumam jani.

Jani berjalan santai menuju barisan.
Dalam diam hanya menatap siapa yang akan menjadi guestar pembukaan masa ospek kampus.

Tiba tiba ada seseorang yang menabrak jani dari belakang.

"sory sory gua gak sengaja." ucap seseorang yang menatap jani.

Jani membantu dia memungut barang barangnya.

"ai?!" ucap bara saat jani memberikan bukanya pada nya.

"diam!" ucap jani tegas.

"kamu apa kabar?" bara tidak menghiraukan perkataan jani.

"diam adhibara ganes!!" jani mencoba untuk menutup mulut bara yang sangat gak mau diam.

"diam?! Kamu gila, ai kita baru ketemu setelah tiga tahun yang lalu and then kamu suruh aku diam?!" tanya bara heran.

"Kamu kemana aja? Kenapa kamu ninggalin aku sama bang alvin gitu aja?"  jani memutar bola matanya jengah.

"tanya saja pada abangmu kenapa aku." ucap jani jengah.

"ya ampun ai,bang alvin gak bermaksud buat ninggalin kamu." jelas bara.

"sayangnya aku menganggap itu adalah masud dari semua ini."

"ai bang alvin ambil biasiswa itu untuk bisa cepet kerja dan membiayaiku sekolah." bara mencoba untuk jani mengerti.

"apa kamu pernah berpikir,dampak dari semua ini kepadaku." tanya jani.

"jangan hanya bicara kalau kamu gak tau rasanya."

"tapi bukan itu maksudnya." ucap bara.

"lalu apa, membuat hidupku selalu bergantung padanya dan meninggalkan ku begitu saja.jangan seolah olah abangmu yang aku tinggalkan." jani berjalan meninggalkan bara.

Tunjuk Pada KuWhere stories live. Discover now