•DUABELAS•

113 25 2
                                    

Cahaya matahari masuk melewati jendela kamar, membuatku terbangan dari pingsan ku. Aku memegang kepalaku yang masih sedikit pusing, saat aku hendak duduk, aku merasakan perih di perutku yang membuatku meringis kesakitan.

Aku mengingat kejadian semalam, aku melihat perut dan lenganku telah di perban dengan sempurna.

Apakah Alvin yang mengobatinya?

Pintu kamar terbuka dan nampaklah sosok lelaki tampan sedang membawa nampan di tangannya. Dia menatap ke arahku lalu berjalan mendekat.

"Apakah masih sakit? Tanya Alvin kepada ku. Dia meletakkan nampan yang berisi bubur dan susu di meja yang berada di samping ranjang.

"Hhm, sedikit" jawabku tanpa menatap kearahnya.

Dia duduk menghadapku di kasur dan terus memperhatikan ku dengan intens, membuatku salah tingkah. Aku memberanikan diri menatapnya dengan wajah yang memerah.

"Ke-kenapa?" Tanyaku gugup.

Dia mendekati ku dan langsung memeluk ku erat. Dia mengecup leherku sekilas.

"Maafkan aku soal semalam" katanya pelan. "Aku semalam terbawa emosi" ucapnya.

Benarkah dia Alvin?? Kenapa sifatnya selalu berubah-ubah seperti ini ?? Padahal semalam dia sungguh mengerikan. Apakah dia memiliki dua kepribadian? Baik dan jahat?

"Hm, iya aku mengerti kok" ucapku membalas pelukannya.

Alvin melepas pelukannya lalu tangannya terangkat untuk mengelus pipiku.

"Karena aku, kamu jadi terluka sayang. Disaat aku sadar akan kelakuanku, aku benar-benar menyesalinya. Aku telah melukai gadis yang aku cintai, maafkan aku. Dan aku mohon jangan tinggalin aku lagi Shafa" ucapnya seraya mengecup punggung tanganku lama, aku merasakan air menetes di punggung tangan ku. Alvin menangis. Dia terlihat benar-benar menyesali perbuatannya.

Sepertinya Alvin begitu mencintai ku. Ntah kenapa aku merasa senang, apakah aku sudah gila?? Mencintai lelaki yang telah menyiksa ku sendiri?

Cinta itu datang begitu saja. Dan yang membuatku bingung, sebenarnya hubungan kami ini apa??

Dia mengangkat kepalanya menatapku dalam, dengan berani aku menghapus sisa air matanya.

"Aku memaafkan mu" ucapku tersenyum manis kearahnya.

Dia balas tersenyum kearahku lalu mendekatkan wajahnya menempelkan keningnya dengan keningku.

"Makasih sayang" gumamnya lalu mengecup bibir ku.

"Sayang, aku ingin bertanya dan aku mau kamu jawab dengan jujur." Ucapnya, tanpa ragu aku mengangguk.

"Apakah kamu mencintai ku?" Tanyanya dengan jarak wajah kami yang sedikit dekat.






Deg!

Kenapa dia tiba-tiba menanyakan hal itu?
Mendadak pipi ku bersemu memerah mendengar pertanyaannya. Aku mengalihkan tatapan ku ke arah lain dan sedikit menjauh darinya.

"Kenapa kamu menanyakan hal itu?" Tanyaku.

"Aku hanya penasaran, jawablah dengan jujur sayang" ucapnya.

Pipiku semakin memerah, aku sangat malu sekarang.

"A-aaku...........aku"

Love and Psychopath Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin