Dua

18 4 0
                                    

Happy Reading My Story

__

Hari ke dua. Atau lebih tepatnya minggu pertama aku berada di sekolah ini.

Sama seperti kemarin, latihan bersama dengan TNI. Sisanya kami disuruh membuat yel-yel bersama para mentor. Dan menghafal lagu ciri khas dari sekolah ini.

Kalian tahu yel-yel? Pernah bergabung dengan Pramuka? Pasti masing-masing regu akan disuruh membuat lagunya masing-masing, bukan? Bahasa sederhananya adalah sebuah lagu yang bisa menggambarkan, menjelaskan, dan mendefinisikan suatu kelompok. Mungkin penjelasannya seperti itu.

Jadi kami mulai membuat lagu dengan dibantu para mentor. Kami disini sebenarnya hanya beberapa orang saja. Sedangkan sisanya hanya menunggu hasil.

Aku berada di kubu yang menunggu hasilnya.

Di SD aku pernah beberapa kali disuruh ikut lomba Pramuka oleh pihak sekolah. Awalnya aku menolak. Aku berpikir buat apa bergabung? Hanya membuat tubuh lelah saja. Tapi karena Guru Pembina sedikit memaksa aku terpaksa ikut. Dan seperti sekarang ini, dulu selama pembuatan yel-yel aku hanya sedikit saja memberi saran. Garis bawahi sedikit.

Apa mungkin di kelas ini terdapat perempuan jadi suasana kelas masih canggung?

Kelas Otomotif sudah mulai menunjukkan kekompakkannya. Terdengar sampai ke kelas kami yang terbilang kedap suara. Sebenarnya semua kelas di sini kedap suara. Jadi bisa saja saat jam kosong kelas lain tidak bisa mendengar keributan yang terjadi.

Masih sama seperti hari pertama. Aku hanya terdiam di kursi. Mencorat-coret buku catatan yang aku pun tak tahu berbentuk apa.

Satu orang bertambah di kelas ini. Perempuan. Dia memutuskan untuk duduk di sebelah kursiku yang masih kosong. Kami hanya mengobrol seadanya saja. Aku juga bingung apa yang harus dibicarakan.

"Nanti Ketua Pelaksana bakalan masuk ke kelas ini. Jangan ada yang nyela omongannya, karna kelas sebelah tadi udah kena marah." ujar kakak kelas yang wajahnya mirip sekali dengan komedian Uus. "Ini serius. Jangan sampe ada yang nyela."

Baru kali ini dia bicara serius. Kemarin dia benar-benar tidak serius. Apa semenakutkan itu Ketua Pelaksananya?

Tak lama yang dibicarakan pun datang. Kami semua terdiam, mengikuti apa yang dikatakan oleh mentor kami. Dari mukanya saja terlihat kakak kelas yang satu ini galak. Dia lumayan tinggi, kulitnya hitam, rambutnya tebal, dan ada tahi lalat di bawah hidungnya.

"Salam." ucapnya diawal. Kata 'salam' merupakan ciri khas dari sekolah ini. Ketika bertemu guru harus mengucapkan kata 'salam'.

"Nama-nama yang saya panggil harap tunjuk tangan." ucapnya lansung to the point dengan nada datar. Dia memanggil nama kami satu per satu. Kedatangannya seperti guru killer. Suasana kelas yang mulai mencair, panas kembali saat ia datang.

Setelah selesai dia mencoba kabur dari kelas. Salahsatu kakak kelas yang memiliki tubuh pendek menghalanginya untuk keluar. "Mau kemana?" tanyanya.

"Keluar lah." jawab Ketua Pelaksana masih dengan suaranya yang datar.

"Perkenalan dulu dong kakak." sekarang kakak kelas yang mirip Uus ikut membantu temannya. Ketua Pelaksana itu hanya bisa menghela napas kasar.

"Nama saya Ryan. Sekarang umur 18 tahun. Kelas XII Teknik Pemesinan." Ketua Pelaksana akhirnya memperkenalkan dirinya.

Three YearsWhere stories live. Discover now