Titik Beku

2.3K 257 47
                                    

"Shin, kamu nanti dijemput enggak? Shin ... Shindu!?"

Shindu yang semula berbincang dengan Malika sedikit tergganggu oleh Fajar yang menarik ujung kemejanya. Anak itu berisik sekali, menanyakan banyak hal tidak penting padahal tahu kalau Shindu sedang beramah tamah dengan siswi yang katanya paling cantik di sekolah mereka.

Sedangkan Kahfi dan Adi nampak tidak peduli. Mereka sibuk dengan ponsel masing-masing saat di depan sana ada Kepala Sekolah yang sedang memberikan sambutan.

Mereka sedang ada di tengah-tengah acara Halal Bihalal yang diadakan oleh pihak sekolah. Duduk berjejer rapi berempat, dan di sebelah Shindu ada Malika. Yang kata Adi, adalah cewek idaman Fajar sedari pertama kali dia jadi siswa baru di sekolah itu.

Dari awal Shindu memang sudah tahu. Shindu hanya penasaran dengan respons Fajar. Lagipula Shindu tidak bisa diam saja. Malika yang lebih dulu membuka obrolan. Mau tidak mau, Shindu harus menyambutnya, 'kan?

Sebenarnya Shindu hanya menjawab seperlunya, tersenyum pun dia hemat. Apa yang Fajar khawatirkan? Malika bukan tipe yang Shindu cari. Malika cantik. Dia pintar. Tapi tenang Fajar ... cewek bukan prioritas Shindu sekarang ini.

"Belum tahu. Emang kenapa, Jar?"

Fajar mendengkus kesal, dia mengambil jatah makan siang Shindu dan menghabiskan lauknya. Menyisakan sebuah jeruk, dan segumpal nasi putih dengan sedikit bawang goreng di atasnya.

Shindu menggeleng heran, pun kedua temannya yang lain. Kahfi menyendok tumis brokoli bakso miliknya dan memindahkannya ke kotak makan siang Shindu. Sedangkan Adi, hanya sekeping krupuk udang yang bisa dia berikan.

"Makan Shin! Seadanya!"

Shindu mengangguk singkat, memakan tumis brokolinya, kemudian sibuk mengupas jeruk.

"Enggak usah dijemput, Shin. Pulang dari sini kita main aja," celetuk Fajar tiba-tiba. Tampang anak itu datar, tidak ada rasa bersalah sama sekali.

"Kemana?" Kali ini giliran Adi yang bersuara, sepertinya dia setuju dengan ide Fajar.

"Solo Paragon Mall!" ujar Fajar yakin, setengah bangga dengan idenya. Mendadak lupa dengan si cantik Malika yang kemungkinan bisa mendengar obrolan mereka berempat.

"Boleh boleh!"

Shindu semakin kaget, saat Kahfi yang semula terlihat biasa-biasa saja tiba-tiba menyetujui ide Fajar yang entah dari mana datangnya.

"Mau ngapain ke mall?"

"Ya jalan aja, Shin. Sekali-kali main ke tempat bagus, gitu."

Hmm ... baiklah, sepertinya kali ini Shindu harus mengalah. Dia membuang napas kasar, saat mengingat kembali apa yang mereka kenakan sekarang.

Kemeja batik, celana bahan, dengan sepatu formal.

Sempurna.

***

Shindu benar mengikuti ajakan Fajar. Dia meminta Joko untuk tidak menjemputnya. Dan dengan memanfaatkan jasa taksi online mereka sampai ke tempat yang begitu ingin Fajar kunjungi.

Ini pertama kali Shindu ke tempat itu. Dia tidak tahu ada tenant apa saja di sana.

Jadi, yang Shindu lakukan ikut saja kemana pun teman-temannya melangkah. Sambil sesekali membaca directory Solo Paragon dari ponselnya.

Jujur, Shindu kurang nyaman sebenarnya berada di keramaian seperti ini. Apalagi dengan kondisi kakinya sekarang. Tetapi, dia coba untuk selalu berpikir positif seperti apa yang Pandu bilang sebelumnya.

Mereka berempat hanya berkeliling, tanpa ada tujuan. Sesekali berhenti hanya untuk melihat-lihat, jam tangan, sepatu, atau apa pun yang tiba-tiba menarik perhatian mereka. Namun, begitu tahu harganya, ketiganya bergegas keluar meninggalkan store.

Shindu geleng kepala dibuatnya. Kaki dan tangannya sudah pegal, Shindu juga kurang nyaman dengan kemeja batik yang dikenakannya, tapi ketiga temannya belum ingin berhenti untuk istirahat barang sebentar.

Karena itu, saat teman-temannya terus saja melangkah, Shindu mengambil langkah yang berbeda. Dia masuk ke outlet Planet Surf untuk mencari sebuah t-shirt, Shindu hanya ingin segera mengganti pakaiannya.

"Shin, mau kemana?"

"Cari baju ganti, Fi. Ayo, kalian juga harus ganti."

Tidak lama, mereka keluar dengan penampilan yang berbeda. Masing-masing mengenakan kaus ala-ala surfer yang dibelikan oleh Shindu.

"Makasih ya, Shin."

"Iya, sama-sama. Tapi habis ini kita istirahat dulu, kaki Shin pegel."

"Di sana ya Shin, aku belum penah masuk sana soalnya."

Fajar menunjuk sebuah kedai kopi dengan logo duyung yang memiliki dua ekor. Shindu tersenyum kaku, dia mengiyakan saja permintaan Fajar. Kemana saja boleh, asal Shindu bisa duduk dan mengistirahatkan kakinya.

Seharusnya Shindu mulai hafal perangi Fajar, anak itu tidak akan bisa duduk tenang dalam waktu lama kecuali untuk makan. Baru lima belas menit, Frapucino ukuran venti mereka juga belum berkurang banyak, Fajar sudah mulai ribut mengajak pulang.

Kahfi yang pertama kali beranjak, dia membantu Shindu berdiri dan memperbaiki posisi tongkat Shindu pada lengannya.

"Habis berapa Shin? Besok kita ganti."

Raut muka Shindu berubah murung. Dia tidak suka jika teman-teman yang sudah dia anggap saudara harus mempermasalahkan soal uang dengannya. Karena itu artinya, mereka masih menganggap Shindu sebagai orang lain.

Tidak apa, pikir Shindu. Mereka belum lama menjadi teman, masih ada cukup waktu untuk meyakinkan ketiganya jika Shindu tulus menjalin pertemanan.

"Kalian nanti kebagian bayar taksi aja."

Shindu tersenyum samar, berjalan lebih dulu meninggalkan Kahfi yang sepertinya sadar akan perubahan suasana hati Shindu.

Dua langkah meninggalkan kedai kopi, Shindu tidak sengaja beradu pandang dengan seorang perempuan. Dia berdiri tidak jauh dari Shindu, terlihat kebingungan. Begitu melihat Shindu, perempuan itu berjalan mendekat. Senyumnya lebar, seolah bersyukur telah menemukan Shindu di tempat itu.

"Shindu, kamu sapa siapa?"

"Sama temen-temen, Mbak. Mbak?"

"Sendirian, makanya sekarang Mbak bingung."

"Siapa, Shin?" Kahfi datang, dia penasaran akan sosok perempuan cantik berjilbab yang tengah mengobrol akrab dengan Shindu.

"Ini Mbak Dinda, guru les Basa Jawa Shin, Fi."



16.06.19
Habi 🐘

A.n
Titik beku akan menjadi akhir. Benar-benar akhir.
Hingga awal yang baru terbentuk kembali, dan siap dinikmati. 😊
Tunggu saja ... 😁



Solo, Please Help Me (Complete)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora