PROLOG

5.2K 215 14
                                    

"Sini sini, Kakak gendong."

Rei memangku bayi yang baru berumu satu setengah tahun dengan badan gempal itu dan mengangkatnya ke udara sampai  bayi perempuan itu tertawa lepas. Setelah diturunkan kepangkuannya, bayi tersebut terus-terusan menepuk-nepuk wajah kakaknya yang kelewat ganteng, lalu tersenyum tanda puas karena sudah membuat kakaknya memasang wajah masam karena air liurnya menandai wajah Rei dengan begitu sempurna.

Tangan pendeknya kepayahan menggapai rambut dengan warna mencolok mata karena pirang sendiri dan yang selalu menjadi favorit untuk dijambak.

"Auwh." Sam meringis, matanya mulai berair karena ia juga masih kecil, tapi Sam tahan sebisa mungkin karena ingat perkataan James juga kedua kakaknya kalau adik nya itu lebih kecil dan belum mengerti apa-apa. Lalu, apa bedanya dengan dirinya?

"Aresh." Panggil Rei kecil, "liat Key udah bengun belum?"

"Bobo Kak." Jawab Aresh terdengar seperti orang ngantuk, Rei berjalan kearah kamar dimana kamar tersebut penuh dengan perlengkapan bayi, mainan, kursi roda dan juga sebuah ranjang persegi panjang yang bisa dibongkar pasang itu terlihat penuh. Mata Rei berubah datar saat melihat Aresh yang mulai tertidur disamping Key.

"Kak," Sam menarik baju Rei, saat kakaknya itu menoleh, mata Sam semakin melebar, memelas dengan tangan yang mengusap perut.

"Laper?" Tanya Rei dan Sam mengangguk dengan begitu polosnya.

"Kayla duduk dulu ya, Oppa kamu laper katanya."

Kay yang saat itu masih kecil hanya bisa berceloteh yang tidak dipahami oleh siapapun, dan sibuk bermain di kursi rodanya membuat suara bising yang khas.

Tidal terasa, itu terjadi sangat lama, lama sekali meski rasanya baru kemarin Rei sering ditinggal mama papanya yang baru merintis bisnis karena tidak mengikuti jejak kakeknya yang merupakan seorang dokter dan Rei ditinggal dengan pembantu rumah tangga yang membantu mengurus pekerjaan rumah, Rei sudah biasa menjaga mereka, karena itu kewajibannya, sebagai anak tertua dan juga sebagai seorang kakak.

Sekolah dasar.

Kedua iris karamel itu membelalak, pupil mereka otomatis membesar saat pertama kali memasuki bangunan yang terbilang mewah itu sampai mereka tidak berhenti bilang, "uwaaaah uwaaah" sambil terus melangkahkan kaki.

Key berlari di lobi yang sangat luas, kesana kemari bak dalam drama adegan dipadang rumput, sampai Key harus ditarik oleh Sam karena tidak menurut untuk tetap diam.

"Kak Rei mana Ma?" Tanya Kay yang terlihat dituntun oleh Reina, Kay  terbilang lebih kalem, penurut, tapi bisa jadi sangat riang secara tiba-tiba beda dengan Key yang mendadak dingin apalagi kalau dekat dengan cewek.

"Kak Rei sama Kak Aresh udah di kelas." Jawab Reina.

"Key, Sammy, sini." Panggil Reina tiba-tiba, mereka berdua mendekat dan berlari kearah Reina.

"Kayla sama Key, kalau orang lain tanya umur kalian berapa, jawab sama aja sama yang lain, yah?" ujar Reina sambil mengelus kepala keduanya, "kalau ada yang jahilin, jangan takut buat bilang kakak kalian."

"Tapi kan jadi boong Ma," sahut Key cemberut.

"Kakak juga gitu, kalau enggak, nanti yang lain jailin kamu Dek." Sam mulai so bijak, "kakak gak ada yang jailin, soalnya kakak ganteng."

Sam mulai narsis, herannya itu membuat kedua adiknya langsung mengangguk dalam beberapa detik.

"Nanti pulangnya di jemput Mang Udin yah. Habis ini, kalian pergi ke kelas bareng guru."

"Sammy masuk duluan Ma, kan Sammy udah gausah sama guru."

Reina tersenyum, "yaudah sana masuk. Kalau sakit lagi ke UKS ya."

BROTHERS : The Twin [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang