"Aaww, Alvin sakit" lirih ku kesakitan.

"Berani sekali kamu menampar ku ya" ucapnya lalu tersenyum jahat. "Apa kamu ingin aku siksa lagi hmm?" Bisiknya di telinga ku dengan suara yang menakutkan.

"Hiks.... ti-tidak, aku tadi tidak sengaja" ucapku ketakutan.

"Tidak mungkin kamu tidak sengaja, pasti ada alasannya kan. Kasih tau aku apa alasan kamu tadi menamparku kalau tidak aku akan menyiksa mu habis-habisan" ucapnya tegas.

Aku gak ada pilihan lain, sebaiknya aku kasih tau saja dia.

"Ke-kenapa kamu tega me-membunuh sahabat aku Vin?" Tanya ku bergetar dengan air mata yang membasahi pipiku seraya berusaha agar bisa menatapnya.








Deg!

Secara perlahan dia melepas cengkeramannya dan mundur dua langkah dari ku.

Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat seperti kaget gitu??

"Apa ma-maksud kamu?" Tanya Alvin.

"Kamu kan, orang yang telah membunuh Tasya" ucapku

"Kamu tau darimana?" Tanyanya.

"Aku udah tau semuanya, dengan jelas. Kamu tidak perlu menyembunyikannya lagi" ucapku sedikit marah.

Dia mendekat ke arah ku, dan langsung menarik pinggang ku membawa ku ke dalam pelukannya yang hangat. Aku sedikit memberontak tetapi percuma saja tenaganya udah pasti lebih kuat dari ku.

"Sayang, dengerin aku dulu. Kamu memang benar aku yang telah membunuh Tasya, tapi aku melakukan itu tidak sengaja sayang. Jujur aku tidak sengaja membunuhnya, andai saja aku tau kalau dia sahabat kamu, mungkin aku tidak akan membunuhnya." Ucapnya lembut.

"Jadi aku mohon sama kamu sayang, tolong maafkan aku" ucapnya seraya menyembunyikan wajahnya di lekukan leherku.

Tak lama aku merasakan leher ku sedikit basah. Apakah dia menangis?? Batinku.

"Tapi kenapa kamu tega membunuh orang yang tidak bersalah dengan mudah dan sesuka hati mu?? apa kamu tidak kasihan melihat semua orang yang sudah kamu bunuh itu Vin?" Tanyaku dan air mata ku ikut mengalir.

"....." dia tidak menjawab pertanyaanku, dia menangis dalam diam di pelukanku. Aku merasa sedikit kasihan melihat dia seperti ini. Sekitar 5 menit berlalu dia melepaskan pelukannya bisa kulihat kalau matanya sembab akibat menangis, lalu membawa ku ke kamar. Kami duduk bersampingan di tepi ranjang. Hening sejenak, setelah itu Alvin mulai mengeluarkan suaranya.

"Aku ingin bercerita dengan mu, ini tentang diriku yang menyebabkan ku menjadi psikopat seperti sekarang. Maukah kamu mendengarkannya?" ucapnya menatap ku lalu menggenggam tangan kanan ku.

"Hm, aku akan mendengarkannya" ucapku lembut dan tersenyum kearahnya.




Flashback on

13 tahun yang lalu.
Jakarta, 2006

Seorang bocah laki-laki umur 10 tahun sedang bermain mobil-mobilan di kamar nya sendirian. Dia adalah Alvin kecil.

Love and Psychopath Where stories live. Discover now