Chapter 9 - Ending Scene

6 1 0
                                    

Mary menangis, dia menunggu Esom dengan resah. Sebelumnya dia berniat untuk memprotes Esom atas perkataannya beberapa hari lalu. Namun, yang dia dapati adalah Esom yang terkapar di lantai dengan bersimbah darah.

"Wanita jahat! Kau tidak boleh mati, hks hks," isak Mary. Dia mungkin ingin mendapatkan posisi Esom, tapi sekalipun tak pernah dia menginginkan hal buruk terjadi padanya.

"Yaa Jang Mary, apa yang terjadi?" tanya Yumi sama cemasnya.

Mary melayangkan tamparan di wajah Yumi, "kau yang melakukannya, 'kan? Teganya kau di saat dia sangat menyayangimu!"

"Apa maksudmu, hah?"

"Orang yang melakukan ini adalah pelayan yang kau minta untuk kurekomendasikan pada Esom! Kau sungguh akan berpura-pura tidak tahu?"

Yumi terkejut, dia tidak tahu apapun, "sungguh Mary, aku tidak mungkin melakukannya pada Esom, aku sangat menyayanginya," Yumi terisak.

"Bohong, bukankah kau juga melakukan ini padanya tiga tahun lalu?!"

"Hentikan Mary, aku bahkan sama terkejutnya denganmu saat lampu itu jatuh menimpanya!" Yumi terisak, "aku memang berharap dia mati saat itu karena dia merebut kekasihku, tapi itu dulu, dan dalam waktu yang sebentar. Setelahnya aku tidak pernah sekalipun berharap hal buruk akan menimpa dirinya!" ungkap Yumi penuh dengan ketulusan.

Mary mendesah. Menatap Yumi membuatnya percaya bahwa bukan dia yang melakukannya.

"Seharusnya aku lebih perhatian padanya," isak Mary.

Di lain sisi. Dante memandang Esom dengan sedih, begitu banyak penyesalan yang ingin Dante ungkapkan padanya. Aku pasti akan melindungimu, ini janjiku atas semua kesalahanku pada keluargamu.

|||

Seorang lelaki paruh baya menodongkan pistol di kepala seorang wanita.

"Kudengar dia telah melewati masa kritisnya. Sudah kukatakan padamu untuk memastikannya mati, kenapa kau selalu gagal?"

Wanita itu berkeringat dingin, dia mengusapkan kedua telapak tangannya, memohon ampun pada lelaki itu, "maafkan aku tuan, Yama. Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi sepertinya sesuatu melindungi nona Lee."

"Aku membiayai kuliahmu di luar negeri bukan untuk mendengarmu mengatakan hal-hal takhayul, Jeni!"

"Tapi tuan...,"

#Dorrr

Yamamoto menembakkan amunisinya ke langit-langit ruang kerjanya, membuat Jeniffer tertegun saat pistol itu kembali mengarah padanya.

"Pergi dan habisi dia, mengerti? Atau kau dan adikmu yang akan kuhabisi!" titah Yamamoto.

Jeniffer pergi dengan perasaan takut.

Sedangkan yamamoto kini menatap sebuah foto yang terpajang di atas meja kerjanya.

"Ayah, aku akan menepati janjiku."

"Jika itu janji yang buruk, maka sebaiknya kau mengingkarinya."

Yamamoto tercengang saat melihat sosok Ayahnya berdiri dihadapannya.

"Ayah?"

"Yama, maafkan ayah. Seharusnya ayah tidak pernah memintamu menjanjikan hal seburuk itu, maafkan ayah," sesal Asahi –Dante–

"Tapi ayah, mereka terus mendesak kita seperti kata ayah, aku tidak bisa membiarkan mereka!"

"Tidak, Yama! Ayahlah yang membuat mereka seperti itu. jika saja ayah tidak memerintahkan Mashiho untuk membuang berton-ton limbah itu di teluk, pasti orang-orang itu tidak akan menderita. Sejak awal ayahlah yang salah. Maafkan ayah karena telah menanamkan hal buruk pada anak sebaik dirimu. Ayah mohon, kembalilah seperti Yama yang berumur 9 tahun, di mana kau bahkan peduli pada serangga."

"Tapi, ayah..., ayah!" Yama berteriak saat tiba-tiba sosok Asahi menghilang.

|||

Pendiri PT Winnows, Yamada Yamamoto. Menyerahkan diri ke kepolisian gwanghwamun atas tindakan penghasutan percobaan pembunuhan pewaris HTP Content, nona Lee. Yamamoto melakukan itu lantaran petisi yang ditandatangani nona Lee terkait pembatalan pembangunan PT Winnows yang merupakan anak perusahaan dari PT Chisso yang terkenal karena skandal limbah...,

"Selama ini aku berpikir Yumi yang mencoba mencelakaimu," kata Mary, setelah dia mematikan siaran televise.

"Selama ini aku berpikir kau yang melakukannya," sahut Esom. Membuat Mary tercengang.

"Yaa aku bukan orang yang sejahat itu!" cetusnya, membuat Esom, dan Yumi terkekeh.

"Tapi kau memang jahat, beberapa minggu lalu kau mencoba untuk melengserkan Esom," Yumi mengingatkan Mary pada tingkahnya. Membuat wanita itu salah tingkah.

Pintu kamar rawat Esom terbuka, menampilkan Choi Eung Hak dari baliknya.

"Nona, ada yang ingin saya berikan," katanya, sembari menyerahkan surat pengunduran diri pada Esom.

"Pak Choi, kau yakin akan berhenti? Bagaimana dengan anakmu? Kudengar dia masih harus menjalani beberapa kali operasi," kata Esom, membuat Eung Hak tak enak hati. Setelah tahu bahwa Esom berpura-pura buta, Eung Hak merasa malu karena telah membohongi Esom untuk menendatangani cek yang digunakannya untuk biaya pengobatan anaknya. Dia melakukannya karena terpaksa, dan terdesak oleh keadaan kritis sang anak.

"Aku...,"

"Besok aku akan keluar dari rumah sakit, jangan lupa untuk menjemputku, pak Choi," titah Esom, sembari merobek surat pengunduran diri Eung Hak.

"Tapi, nona...,"

"Pak Choi, bukan hanya kau yang merasa malu atas tingkah yang kita lakukan pada Esom. Aku, dan Yumi juga malu," ungkap Mary, mereka baru mengetahui Esom berpura-pura buta setelah melihat rekap medis Esom.

"Kalau dipikir-pikir bukankah terlalu kejam bermain-main dengan kami seperti itu, eoh?!" cetus Yumi.

"Karena itulah kalian harus bersikap baik, kapanpun dan dimanapun," ejek Esom.

Tawa membuncah di ruangan itu, dan itu membuat Dante yang sedari tadi berada disana tersenyum senang.

"Wanita itu tidak lagi bisa melihat, ataupun mengingatmu. Sayang sekali." ucap lelaki besar berjubah hitam pada Dante.

Dante tersenyum kecil, "akan lebih baik seperti itu," katanya.

"Sebenarnya aku bisa membuatmu terlihat olehnya, jika kau mau," lelaki itu menawarkan.

Dante menatap senyum ceria Esom. Dia ikut tersenyum bersamanya, "dia memiliki senyuman yang indah, aku tidak ingin merusaknya. Lagipula memang sudah sepentasnya tuhan memerlakukanku dengan kejam mengingat bagaimana aku semasa hidup," kata Dante.

"Baiklah, kalau begitu ayo. Kita tidak bisa melenyapkan roh mu di tempat seperti ini."

Dante mengikuti langkah lelaki itu. untuk sejenak dia kembali menoleh pada Esom.

Sejujurnya, alih-alaih hukuman, aku merasa bahwa tuhan mendatangkan dirimu padaku sebagai hadiah. Meskipun waktu temu kita hanya sebentar, dan kita tidak memiliki banyak kenangan. Namun, aku sungguh menghargai setiap detik yang kuhabiskan denganmu.

The End

Mengenang tragedi memilukan yang terjadi di Minamata, Jepang. Tahun 1958, dimana ratusan orang mati akibat penyakit aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf hingga gangguan jiwa, yang dikenal dengan sindrom Minamata.

Tanpa kita sadari, bencana bisa terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Kerusakan alam dan korban jika berjatuhan karena sifat lalai manusia. Jikapun selamat, korban akan merasakan penderitaan yang sangat lama. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang diberikan akal, mari kita bersama-sama berjuang dalam pelestarian alam. Jika kita bisa mencintai benda milik kita, kenapa kita tidak bisa mencintai alam?!

Event by: wtfcreations16

Punishment: Day With YouWhere stories live. Discover now