[12]-Sedia atau Tidak sedia

Start from the beginning
                                    

05:15 am.

Fitrah berdiri dengan ragu. Menghadap sofa memanjang yang dihuni oleh Aqeel. Ini sudah lewat 45 menit dari waktu subuh.

Ia sudah menyelesaikan shalat-nya, namun penghuni perpustakaan sekaligus tamunya belum kunjung bangun dari tidurnya. Fitrah ragu haruskah ia membangunkan Aqeel?

"... nghh."

Saat baru saja tangannya terulur untuk menepuk bantal sofa, Aqeel melenguh kecil. Wajah polosnya kembali tenggelam di dalam selimut tebal yang semalam Fitrah berikan tanpa sepengetahuannya. Fitrah tersenyum. "Dia pasti melewati malam yang panjang." Pandangan Fitrah menyapu ke sekitar. Terdapat banyak buku yang berceceran di atas meja. Dari yang tebal hingga paling tipis. Semuanya buku tentang sejarah.

Fitrah sedikit menunduk untuk mengambil salah satu buku. "Mushab bin Umair." Fitrah membaca judul buku tersebut. Buku kedua diambilnya dengan cepat, begitu juga dengan buku ketiga-keempat dan seterusnya. "Semuanya, dia membaca dengan judul yang sama?" Fitrah terkekeh.

"Whoaaaaaa!"

Buku dalam genggaman Fitrah terjatuh. Aqeel terbangun. Dalam sekejap ia bangun dari rebahannya menjadi duduk menjauhi Fitrah. Selimut tebalnya ia gulung untuk melindungi diri. "Sejak kapan kamu di situ?" cercah Aqeel. "Kamu ngapain?!" bentaknya.

Fitrah mengangkat kedua tangannya ke udara. "Aku, tadinya ... syukur-lah kamu udah bangun. Lihat jam."

Aqeel merampas ponselnya. "Astagfirullah ...." Aqeel segera bangkit, tubuhnya yang belum seimbang karena baru bangun tidur nyaris limbun jika ia tidak berpegangan pada sisi sofa.

"Kamu baik-baik saja?"

"Mm ...." Aqeel berlari kecil untuk menggapai toilet. Bunyi pintu yang dibanting cukup keras terdengar setelah Aqeel masuk.

Fitrah tertawa sambil menggeleng kecil. Fitrah meraih selimut yang Aqeel gunakan lalu menggulungnya seperti sedia kala. Buku-buku yang berceceran ia rapikan dengan telaten. Hari ini Fitrah memiliki waktu luang lebih lama karena mata kuliah berlangsung siang hari.

15 menit sejak Aqeel masuk ke dalam toillet untuk membersihkan wajah kumalnya, wudhu hingga selesai shalat, Aqeel dikejutkan dengan keberadaan Fitrah yang belum beranjak dari perpustakaan.

Fitrah menyandarkan kepalanya ke belakang sofa sambil membaca buku tebal yang hampir menutupi seluruh wajahnya. "Sudah?" Fitrah sadar dengan keberadaan Aqeel karena telinganya menangkap langkah kaki seseorang yang berjalan mendekat.

"I—iya."

Fitrah menyingkirkan buku tebal tersebut. kini wajahnya terlihat dengan jelas. Ia menatap lurus pada Aqeel. "Kenapa tidak bertanya langsung pada orangnya, daripada kamu menghabiskan malam yang panjang untuk membaca semua buku ini. "Fitrah mengerling jahil.

Aqeel yang tidak paham mengerutkan keningnya.

Fitrah menunjuk dirinya sendiri. "Aku ... bukankah aku tidak kalah tampan seperti Mushab bin Umair?"

Mulut Aqeel menganga. "Wah ... kamu percayadiri sekali ya." Aqeel mengambil alih buku yang masih dipegang oleh Fitrah. "Bukan ketampanannya yang aku lihat, tapi perjuangannya membuktikan kalimat Asyhadullaa Ilaa ha Illallah—Wasyhaduannaa Muhammad Darrasuulullah."

"Kenapa segala hal tentang kamu membuat aku tertarik?" Fitrah belum mengalihkan pandangannya dari Aqeel.

Aqeel segera menaruh buku tersebut di atas tumpukan buku lain yang dirapikan oleh Fitrah. "Tolong jangan seperti ini," ucapnya. "Terima kasih sudah menolong saya, memberi saya kesempatan untuk tidak meninggalkan ibadah bahkan sampai bermalam di tempat ini. Tapi maaf, saya tidak punya motif untuk—"

Twins (Who Are You?)✔Where stories live. Discover now