[11]-Semakin tidak baik untuk ditunda

Start from the beginning
                                    

Aqeel menurunkan tangannya ke sisi sofa. "Tidak usah khawatir. Aku tahu topik buku ini." Aqeel melirik cover buku itu lalu menatap Fitrah.

"Sejauh mana kamu tahu?" Fitrah mengangkat sebelah alisnya.

"Mm, tentang hidup zuhud (sederhana), kebahagiaan bertemu dan menyatu dengan Tuhan (Allah SWT.)" Aqeel menaruh buku itu di atas meja. "Inti buku ini, seperti apa yang kubilang bukan?"

Fitrah termangu. "Kamu percaya?"

"Kamu percaya?" Aqeel balik bertanya.

Fitrah menggeleng. "Awalnya. Hanya, semakin dipahami banyak hal yang tidak bisa diterima."

"Contohnya?" Aqeel bertanya lagi.

Fitrah merapatkan jemarinya. Isi kepalanya mencoba menguak data yang tersimpan dalam cerebrum otak. "Tasawuf mengajarkan pemeluk agama Islam untuk hidup zuhud dalam artian sederhana. Namun, sederhana yang dimaksud adalah menjauhi segala hal tentang dunia. Menjauhi masyarakat, dengan bertapa di dalam gua. Tidak ada teknologi ; ponsel, televisi, dan Internet. Mereka benar-benar mengikuti konteks Nabi Muhammad SAW di abad ke-6. Dan menganggap pilihannya benar. Tanpa menerima pendapat dari orang lain."

Aqeel tersenyum tipis. "Pertama, Nabi Muhammad SAW memang sering mengunjungi gua bernama Hira. Namun bukan untuk bertapa (duduk sila dengan mata terpejam dan berpuasa) selama berhari-hari tanpa arti. Ia datang ke sana karena gua itu berada di atas bukit yang di bawahnya, terpampang jelas pemandangan masyarakat Quraisy. Nabi Muhammad SAW melakukan perenungan (berpikir) apakah Tuhan memerintahkan menyembah berhala? Apakah perilaku masyarakat Quraisy benar? Siapa penciptaku? Patung? Atau dzat lain yang lebih besar dari seisi dunia? Sampai akhirnya, Saat wahyu pertama datang. Surat, Al-alaq yang diperantarai Malaikat Jibril atas perintah, 'IQRA!' ; Bacalah. Baca dengan menyebut nama Tuhanmu! Nabi muhammad SAW diperintahkan untuk memahami kekuasaan Allah SWT melalui alam semesta di hadapannya. Tuhannya, bukanlah patung. Namun pencipta dari alam semesta. Dunia beserta isinya. Setelah mendapat wahyu, apakah Nabi Muhammad SAW terus-menerus berdiam dalam gua Hira? Tentu tidak. Ia menjalankan perintah Allah SWT untuk memberi peringatan dan memberi petunjuk kepada masyarakat Quraisy agar tidak menyembah berhala lagi. Jadi, point pertama tidak bisa di-iyakan dengan alasan mengikuti jalan hidup Nabi Muhammad SAW. Orang yang dikatakan mengikuti jalan hidup Nabi, bukan yang banyak bertapa. Namun yang banyak mengingatkan terhadap sesama." Aqeel memberi persetujuan pertama pada pendapat Fitrah.

Fitrah memandang takjub padanya. Aqeel tidak bohong. Ia bukan perempuan yang mudah mengikuti arus. "Aku sempat berpikir, kalau Nabi Muhammad SAW hidup di zaman ini mungkin dia juga menggunakan teknologi seperti mobil dan internet," tambah Fitrah.

"Pasti. Nabi Muhammad SAW sangat mencintai ilmu pengetahuan." Aqeel menyandarkan punggungnya pada sofa. Rasanya, senang bisa menemukan teman untuk sharing. Berbagi ilmu, menambah kuat keimanannya terhadap Islam. Karena, Islam bukan keyakinan yang cukup untuk dipercayai saja. Namun harus diamalkan di dunia dan di pertanggung jawabkan di akhirat nanti.

"Jadi, apa pendapat kamu mengenai bertemu dan menyatu dengan Tuhan?" tanya Fitrah.

"Bertemu bisa menjadi kemungkinan yang terjadi. Namun bukan bertemu di dunia. Melainkan di akhirat. Pada saat di Padang Mahsyar, tempat kita akan mem-pertanggung jawabkan kehidupan kita di hadapanNya. Jadi tidak mungkin untuk bertemu di dunia. Karena Tuhan itu imateri. Sedangkan manusia materi. Sesuatu yang berada di luar ruang dan waktu tidak akan bisa memasuki ruang yang berada di dalam dan terikat waktu. Untuk menyatu dengan Tuhan, apakah itu mungkin? Dzat yang Maha Besar menyatu dengan manusia yang amat kerdil jika-dipandang dari luar angkasa saja, manusia bagaikan debu-debu-debunya semesta-jadi itu tidak mungkin. Kamu tahu? Beberapa isi ajaran tasawuf mirip dengan agama Hindu-Budha. Jika Islam mempercayai Tuhan bisa menyatu dengan manusia, apa bedanya Islam dengan ajaran Hindu-Budha? Hindu-budha menganggap, semua yang ada di alam adalah Tuhan. Batu, tumbuhan, binatang, dan air. Sehingga penganutnya percaya mereka bisa menyatu dengan Tuhan. Ah, kisah Nabi Musa. Kamu tahu?" Aqeel memberi jeda sedikit. Berharap lawan bicaranya menyahut dengan komentar positif.

"Nabi yang ber-do'a untuk melihat Allah SWT namun yang terjadi, ia malah pingsan karena ledakkan gunung?" Fitrah mengangkat alisnya.

Aqeel mengangguk. "Ternyata kamu tahu banyak. Itu salah satu bukti bahwa Tuhan tidak bisa menyatu dengan manusia."

Fitrah memberi banyak applouse untuk Aqeel. "Terima kasih Ibu Guru. Aku sangat paham sekarang," ucap Fitrah sambil tak henti melepas senyum.

"Siapa yang memulai menguji keimananku?" Aqeel setengah sewot.

Fitrah terkekeh. "Maaf ... aku harap akan ada diskusi selanjutnya yang seperti ini."

Aqeel mengangguk.

***

Qeela didorong ke dalam ruangan sempit untuk mencoba gaun pengantin pilihan Bundanya.

Acara fitting baju dilangsungkan hari ini. Tanpa persetujuannya. Dan ... begitu juga dengan sosok laki-laki yang berdiri menghadap cermin besar. Ia mendadak tidak percaya diri.

"Bunda, apa nggak seharusnya aku main di rumah Rico?" Fathan hendak melepas kancing tuxedo hitam yang dipakainya namun Bundanya mencekal tangan Fathan. Membuat gerakkan itu terhenti sebelum mencapai kancing kedua.

"Jangan dilepas! Tunggu Aqeel lihat calon suaminya. Lagipula kamu ngapain sih bergaul sama si Rico-rico yang nggak jelas itu?" cerocos Bunda Fathan.

Fathan mendengus. "Bund, Fathan nggak mau nikah."

"Terus kamu maunya apa? Mainin perempuan sana-sini kayak Rico teman kamu itu?" Bunda Fathan bertanya dengan wajah memicing.

"Ya ampun Bund. Rico nggak seperti-"

"Tempo hari Bunda liat dia bawa perempuan yang berbeda-beda!" sambar Bunda Fathan sebelum Fathan menuntaskan kalimatnya.

Itu bukan perempuannya. Tapi rekan kerjanya. "Terserah Bunda." Fathan enggan menjelaskan lebih jauh. Karena bagaimanapun Bundanya tipe orang yang tidak menerima penolakan.

"Udah Jeng?" Bunda Fathan berjalan mendekati Bunda Qeela.

"Ini gaun yang terakhir. Sebentar lagi Aqeel keluar," balas Bunda Qeela.

Bunda Qeela memandang Fathan dari bawah hingga atas. "Wah, ganteng sekali calon menantu," pujinya.

Fathan tersenyum kikuk. Jenis senyum terpaksa yang ia tampilkan susah payah. Bunda Fathan sudah memelototinya untuk tidak cuek pada Bunda Qeela. "M ... makasih Tante." Hanya kalimat basa-basi itu yang Fathan keluarkan dari mulutnya. Beruntung suara gordyn yang disibak seseorang mengalihkan perhatian mereka. Fathan tidak perlu menciptakan kalimat basa-basi lagi. Namun ... haruskah ia membuat kalimat puisi? Bertema Bidadari yang kini terkunci dalam pandangannya.

Qeela berdiri gugup. Gaunnya menyapu hingga lantai. Khimar-nya menutup dada. Design yang indah serta kemegahan gaun itu sangat cocok di tubuhnya.

"Ini sungguhan puteri Bunda?" Bunda Qeela menutup mulutnya yang terbuka. Sedikit berlari kecil untuk melihat putrinya lebih jelas.

"Memang benar. Kamu cocok jadi istrinya Fathan. Siapa yang seberuntung kamu Nak? Dapat Bidadari surga dari Allah!" Bunda Fathan menyenggol lengan anak laki-lakinya yang melamun.

Fathan segera sadar. Ia melihat ke arah lain. Berusaha menyembunyikan perasaan aneh yang menyerang rongga dadanya.

"Ini tandanya, khitbah mereka harus dipercepat Jeng. Semakin lama, semakin tidak baik untuk ditunda," celetuk Bunda Fathan. Berbisik dengan volume toa di depan telinga Bunda Qeela.

Bunda Qeela terkekeh. "Setuju Jeng. Saya juga nggak sabar lihat mereka mengikat janji suci di hadapan penghulu."

Qeela menatap ngeri kedua perempuan setengah baya di depannya. "Bunda ...."

.

.

.

Bersambung

***

Semoga terhibur dan bermanfaat.

Bagi kamu, yg mungkin pro pada tasawuf boleh menyampaikan pendapatnya di sini sangat terbuka untuk menyampaikan pendapat ehehe.

Wassalamualaikum!

Salam manis, @suen_siti (On Ig)

Twins (Who Are You?)✔Where stories live. Discover now