1. Aiko: Aiko Fidelya Engrasia🐾

278 17 3
                                    

Mengenangmu memang hal yang sulit dilupakan, tapi setidaknya aku telah berusaha.
-Aiko Fidelya Engrasia-
-Istri Yang Dirindukan-
___

Hari ini, engkau seakan membawa tawa terindah. Lalu membawa kenangan ke masa ini dengan rasa yang tidak sama.

15 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Sehingga, engkau menjadi seseorang yang dibanggakan, bukan di dunia saja semoga sampai surga.

Aku tak menyangka bahwa kita akan berjumpa lagi, dengan waktu dan rasa yang tak lagi sama.

Pergi tanpa pamit, pulang tanpa kabar. Ehm.
Mungkin aku bukan orang yang engkau pedulikan dan harapkan keberadaannya.

Tepatnya pada hari ini, perjalanan ini dimulai. Saat engkau datang bersama temanmu. Dengan sebongkah tanda tanya.

Sore ini di taman kota, yang sumringah ramai oleh pedagang asongan, riuh klakson mobil dan juga motor telah menjadi ciri khas kota ini.

Namanya kota, mana ada yang sepi, desa saja sudah ramai. Tapi mengapa hati ini selalu sepi, bukan karena kurang membaca Al-quran. Entah kenapa seperti ada yang kurang.

"Del. Lu tau gak? Apa yang lebih menyakitkan daripada berharap kepada seseorang?" tanya Arkan di depan taman kota.

"Kalo kata kamu apa?"

"Kok tanya balik, sih? Kan, aku nanya ke kamu Fidelya Engrasia Aiko," balas Arkan dengan wajah mengkerucut.

"Arkan. Dengerin ya, tidak ada cinta yang lebih menyakitkan selagi manusia itu tetap berharap kepada manusia. Jika ingin cinta kita berlabuh maka cintai Sang Maha Cinta," tegasku.

"Del. Kamu cantik," kagumnya.

"Hah? Apa?" tanyaku hanya ingin memastikan pembicaraannya tersebut.

"Eh i-itu an-anu Del i-tu a-aku kan, em anu ...."

"Kamu bilang apa, Arkan?" tanyaku kedua kalinya.

"I-itu bung-a, bunganya cantik ber-warna kayak keru-dung kamu motifnya cantik. Nah itu dia, iya itu. Hehe," gugupnya seraya memalingkan wajahnya.

Aku hanya membalas anggukkan dan senyuman tipis.

"Bye the way, kamu haus gak? Aku laper, deh," ucap Arkan seakan mengalihkan pembicaraan.

"Boleh tuh, tapi nanti ya. Gimana kalo tugas sudah selesai semua?"

"Nanti? Nanti ya? Emm," balas Arkan seakan kecewa terlihat dari matanya.

Tanyanya. Saat aku pergi beranjak dari tempat duduk, "Del? Lu mau ke mana?"

"Ayo, katanya tadi ngajak jajan? Ayo takut keburu penuh orang-orang +62 cari makanan pengganjal," jawabku.

"Aneh! Hehe," lirihnya

"Enggak ini, orang aku manusia apa yang anehnya coba?"

"Aish, kedengaran mulu," lirihnya.

"Kedengaran tau Arkan. Aku punya telinga yang diamanahkan kepadaku dan fungsinya untuk mendengar."

Berpikir sejenak dan Ia menjawab, "Iya Fidel kudel, yang aneh itu sikap kamu Del. Dan yang membuatku sema ...."

Aku hanya fokus kebelanjaanku, seakan mengacuhkannya.

Istri Yang DirindukanWhere stories live. Discover now