Chapter 58 - Ice and Fire [Part 2]

465 102 615
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Present day, Michael POV]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Present day, Michael POV]

Di sisi lain gedung serbaguna milik ayah Kara, tempat di mana prom masih diadakan.

Aku dan Cameron masih duduk dan berbagi cerita di snack bar, mengenai nasib kami sebagai dua orang yang patah hati dan terpaksa harus melihat orang yang kami sukai berdansa bersama pasangannya.

Siapa lagi kalau bukan Nat dan Aiden?

"--Jadi begitu lah." Aku menutup ceritaku.

"Mengapa kau mau membantu Nat mencari pelaku pengirim e-mail kaleng tersebut? Ia sudah menyakitimu selama berbulan-bulan." Cameron bertanya.

Aku tersenyum tipis. "Simple, because I loved her. Aku tidak suka melihat seluruh murid di sekolah membencinya. Dia anak yang baik, she don't deserved that."

"Nat is a girl. Girls always ignore someone who love them and chase after someone they love. Tapi aku kagum padamu Mike, bisa bertahan sampai sejauh ini." Cameron tersenyum tipis.

"Tulus, bodoh dan egois memang berbeda tipis." Aku tertawa pahit.

"Kau tahu? Kurasa keputusanmu sudah benar."

"Keputusan apa?"

"Keputusanmu untuk merelakan Nat bersama pilihannya. Lagipula, seseorang yang tepat untukmu tidak akan datang jika kau masih terjebak oleh masa lalu. Logikanya begini, bisa saja Mrs. Right-mu ada di sekitar, tetapi kau menutup hatimu untuknya, maka karena itu kau tidak pernah menyadari keberadaannya."

Ucapan Cameron cukup masuk akal. Aku sendiri baru bisa melupakan Giselle ketika pindah ke Berry High. Setahun kemudian, Nat datang ke kehidupanku. Kalau saja aku masih terjebak oleh perasaanku pada Giselle, aku tidak akan merasakan kehadiran Nat.

"Bagaimana kalau seseorang yang kau maksud itu tidak ada di sekitarmu dan Tuhan memang belum mempertemukannya denganmu?" Aku bertaya pada Cameron.

Cameron mengedikkan bahu. "Aku kan bilang 'bisa saja', tidak ada salahnya untuk lebih peka terhadap lingkungan di sekitarmu, kan? Lagipula, kau tampan. Masa iya tidak ada anak perempuan yang suka padamu?"

Winter Serenade [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang