31

15.5K 557 64
                                    

Melvin melompati pagar belakang sekolah. Tadi malam Ia sangat sulit untuk tidur, pikirannya tertuju pada gadis yang tidak terlihat selama beberapa hari ini. Melvin sendiri bingung, entah kenapa Ia harus merasa bersalah? Bukannya Ia sudah sering menyakiti gadis itu dengan perkataan nya? Yah... Walaupun kejadian beberapa hari lalu memang sudah kelewat batas, sih. Alhasil pagi ini cowok itu jadi telat masuk, deh.

Melvin memasukkan kedua tangannya di kantong celana nya dan berjalan santai tanpa cemas kalau nantinya Ia akan mendapatkan hukuman. Melvin mengangguk kan kepalanya seraya tersenyum tipis saat Madam Butet menyapanya.

Di lapangan sudah berbaris para murid yang terlambat, guru piket masih meng-absen murid yang terlambat. Satria yang berada dalam salah satu barisan itu tak sengaja melihat Melvin yang berjalan santai tanpa mau masuk ke dalam barisan.

"WOI MEL--" teriakan Satria terhenti saat tak Melvin meletakkan jari telunjuknya di depan bibir lalu menunjukkan kepalan tangannya di udara. Satria merenggut kesal, sedangkan murid lainnya juga memilih diam membiarkan Melvin melakukan semaunya, takut berurusan dengan Melvin.

"Kenapa kamu teriak-teriak?!" bentak Pak Jodi--Guru piket yang sedang meng absen itu.

"Enggak, Pak. Ini si Mel--Melati cantik banget. Iya si Melati cantik banget!" ujar Satria sambil menepuk pelan kepala Melati, seorang cewek berponi dengan kaca mata tebalnya. Sedangkan cewek bernama Melati itu berdecak sebal, namun tidak bisa di pungkiri pipi gadis itu mulai merona.

"Udah terlambat! Bikin keributan pula! Dasar anak jaman now, nggak ada malu nya banget!" Ketus Pak Jodi.

"Saya punya kemaluan kok, Pak. Nggak percaya? Mau liat? Ayo ayo aja saya mah." Balas Satria dengan tenang nya sedangkan para murid-murid di barisan itu sudah menahan tawanya.

"Heh! Menjawab terus kamu ya!" Bentak Pak Jodi menatap tajam Satria membuat cowok itu diam sambil menahan senyumnya. Pasalnya saat Pak Jodi marah itu lucu, kumis tebalnya naik-naik gitu.

"Kalau udah tau bikin kesalahan yah tau diri dong, jangan malah nambah masalah. Ini udah telat, bikin keributan pula." Ujar Pak Jodi, sedangkan Satria masih diam sambil menahan senyumnya. Ia menjadi gemas sendiri ingin menyentuh kumis yang asik bergerak itu.

"Di bilangin malah diem!" Bentak Pak Jodi lagi membuat Satria dan murid lainnya membelalak tak percaya.

"Lah bangs-- salah mulu saya, Pak. Ngejawab salah, diem salah, emang cowok serba salah ya." Ucap Satria dengan wajah nelangsanya.

"Tuh kan! Menjawab lagi mulut kamu! Sekarang bersiin seluruh toilet kelas 10!" Bentak Pak Jodi lagi, murid-murid di barisan tampak menahan tawanya, ada juga yang menatap Satria iba.

WTH?!

Satria menghembuskan napasnya kasar, "Toilet cewek kan, Pak?" Tanya Satria membuat Pak Jodi melotot ke arahnya.

"TOILET COWOK, SATRIA!!" Teriak Pak Jodi dengan wajah memerah padam, bibir nya naik-naik sebelah membuat kumisnya ikut bergerak.

"Sekarang, Pak?"

"Tahun depan!"

"Yaudah masih lama lagi kok."

"YA SEKARANG LAH!!!" Teriak Pak Jodi, sedangkan Satria langsung ngacir membawa tasnya. Murid-murid itu terbahak-bahak namun hanya sesaat, karena langsung di pelototi oleh Pak Jodi.

"Udah buncit, botak, cerewet, kumis bentukan nya kayak perahu, hidup pula!" Gumam Satria.

"Astaghfirullah, legah banget abis ngatain tuh guru. Eh?"

"Sialan! Mana gue disuruh bersihin toilet lagi! Cih! Mana toiletnya bau nya gak ketulungan! Argh!" Satria mengacak rambut nya kesal. Ia bisa saja kabur dari hukuman ini, namun si badut kumisan itu akan terus mengintainya sampai ke lobang semut sekalipun.

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang