1. Jiminie Hyung

Mulai dari awal
                                    

Dulu Jimin sangatlah periang. Dia termasuk sangat aktif untuk anak kecil seusia 5 tahun. Gemar berbicara, menolong orang, pandai berteman, pintar segala hal terutama menggambar, bahkan ia sudah lancar bahasa Jepang walau hanya beberapa kali pertemuan denagn guru les kala itu. Dan Jungkook pun selalu mendapat perhatian lebih dari sosok kakaknya yang begitu sempurna dimata orang-orang. Jimin memang tak tergantikan, dia adalah malaikat dalam keluarga kecil Jeon yang bahagia.

Namun, itu tidak berlaku lagi sejak Jungkook tak lagi dapat menemukan presensi sang ayah di rumah setelah tamasya hari itu. Masa kecilnya tak lagi seindah dulu, dan kemudian yang dia ingat hanyalah jeritan lara Jimin dibalik dinding gudang bersama dengan teriakan murka sang ibunda yang dulu selalu menampilkan sisi lembutnya. Lalu dirinya sendiri mendapati kehidupan yang sungguh berbanding terbalik dengan dunia Jimin yang seperti neraka.

Bertambahnya usia, Jungkook mulai mengerti bahwa ternyata kakaknya memang berbeda, tapi dirinya tak pernah menganggap Jimin lain, karena Jimin hyungnya selalu sama, penuh cinta dan kehangatan, walau tak banyak orang tahu tentang tragedi pilu dibalik kisah manis mereka berdua.

.

.

Ceklek

Pintu utama rumah besar itu dibuka, aroma masakan langsung tercium begitu lezatnya. Jungkook berjalan kearah meja makan bersama Jimin di gandengan nya. Ia melihat sang ibu yang habis selesai memasak dengan apron merah muda motif kelinci kesukaan Jungkook. Sontak Jimin langsung menyembunyikan diri dibalik tubuh tegap adiknya.

"Tumben eomma sudah pulang? Apa sedang tidak sibuk?" tanyanya.
Wajar jika Jungkook bertanya seperti itu lantaran Hyena, sang ibunda selalu pulang malam, kecuali jika ada urusan tertentu dirumah.

"Ah... Eomma sengaja pulang lebih cepat untuk merayakan keberhasilan mu, sayang" ucap Hyena sambil melepas arpon merah muda itu lalu mendekati Jungkook, sementara Jimin makin mengeratkan genggaman nya pada lengan Jungkook. Walau Hyena bahkan tak peduli dengan keberadaan Jimin.

"Eoh? Keberhasilan apa memang?"

"Hey.. Jangan pura-pura tidak tahu. Eomma dengar dari wali kelas mu kalau kau mendapatkan nilai sempurna dalam ujian matematika dan ujian lisan bahasa Inggris. Masih perlu eomma perjelas?"

Jungkook menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya hal itu tidak begitu penting untuk Jungkook, ia bahkan hampir bosan menerima ucapan selamat dari guru dan teman-temannya, terlebih Hyena yang selalu membuat makan malam layaknya pesta tiap kali ia memperoleh hasil yang memuaskan.
"Aku tadi lupa selama beberapa jam. Eomma baru saja mengatakannya, jadi aku ingat kembali"

Hyena menggelengkan kepalanya heran, tapi kemudian ia kembali mengulas senyum sambil menarik tangan Jungkook untuk ke meja makan
"Kalau begitu ayo makan dulu, masakannya nanti dingin"

Tarikannya tertahan karena Jungkook dengan sigap menghentikannya. Hyena terpaksa berbalik dan mendapati Jungkook tengah menatap Jimin.
"Hyungie juga ikut makan, ya. Kau belum makan daritadi kan, hyung?" ucap Jungkook pada Jimin. Baru Jimin ingin menggeleng, tapi ia kembali menundukkan kepala nya ketika Hyena bersuara. Ia takut pada ibunya sendiri, walau terdengar aneh namun sebenarnya wajar karena Hyena sendiri telah memposisikan diri sebagai iblis di mata Jimin.

"Biarkan dia, Jungkook" seru Hyena dingin.

"Eommaa... Jimin hyung juga manusia, dia perlu asupan" Jungkook berusaha menjelaskan tanpa emosi.

"Dia bisa makan nanti. Eomma ingin menghabiskan waktu berdua dengan mu"

Jimin menarik narik pelan baju Jungkook
"Ju-Jungkookie.., tidak mau..."

[✔] CASSIOPEIA || Brothership Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang