#1.Chulbul Pandey

80 7 0
                                    

POOJA mengerucutkan bibirnya. Sang Ayah menatapnya penuh arti, ada kekhawatiran di dalamnya. Bukan tanpa alasan dia melakukan hal ini untuk Pooja. Tuan Sharma menghela nafas sesaat untuk kemudian berbicara kepada putri semata wayangnya itu. Pooja memang sedikit keras kepala.

"Meri beti (anakku) Pooja, suno (dengarkan) Papa mau kali ini kamu mengikuti Papa. Mulai besok akan ada seseorang yang menjagamu kemanapun engkau pergi. Papa sudah menemukan orang yang cocok dan bisa dipercaya." Mata Pooja membeliak mendengarkan perkataan Sang Papa.

Baginya ini terlalu berlebihan. Hanya karena kemaren gadis itu sempat pingsan, dikarenakan sebuah bola menghantam kepalanya. Bola itu memang sangat cepat dan begitu kuat ke arahnya. Kenapa fisiknya jadi tiba-tiba lemah.

Sebelumnya juga karena dia beberapa kali di bully oleh gadis-gadis manja dan norak yang ada di kampus.

"Likin (tapi) Papa ini terlalu berlebihan, Aku akan menjadi pusat perhatian. Mein bodyguard nahin chaheeye (saya tidak membutuhkan bodyguard)" Ucapnya tak habis fikir, mencoba untuk bernegosiasi.

"Papa tidak peduli yang penting kamu aman." Tuan Sharma teguh pada pendiriannya.

"Maa!." Renggek Pooja saat Sang Ibu yang sudah berada diantara mereka. Gadis itu seolah meminta dukungan.

"I am so sorry meri beti, Ibu setuju dengan Papa-mu." Ucap wanita itu sambil tersenyum simpul. Membuat Pooja semakin kesal. Ada apa dengan mereka berdua? kenapa begitu khawatir dengan dirinya yang sudah beranjak dewasa.

"Come on Maa, Papa mein bachaa nahin hain (saya bukan anak kecil lagi)."

"Sure you must hamara chotha beti hain Pooja ( tentu saja kau masih gadis kecil kami)." Sang Ibu tersenyun penuh arti untuk kemudian melemparkan pandangan kepada sang suami. Tuan Sharma hanya mengulum senyum.

Tidak terima dengan keputusan kedua orang tuanya, Pooja memilih beranjak Pergi menuju kamarnya. Semua ini akan sangat menyulitkan baginya. Tidak bisa dibayangkan, kehidupannya setelah ini. karena akan ada seseorang yang terus menjaganya selama 24 jam. Sungguh Pooja tak habis fikir.

Keesokan harinya, benar saja. Seorang laki-laki berbadan besar dan tegap sudah berdiri mematung di depan pintu kamarnya. Hari ini karena libur Pooja tidak pergi ke kampus dan hari ini juga gadis itu sedang malas untuk keluar.

"Oh my god Pooja, sedari tadi aku mengetuk pintu kamar mu dan kau tidak bersuara sedikitpun. Kya hua (ada apa)? tum tikhoon na (kamu baik-baik sajakan)?." Radha sang sepupu sudah berada di sampingnya. Pooja sedang menelungkupkan tubuhnya di ranjang. Gadis itu tidak menyahut tetap dalam gemingnya.

"Hey Nona Pooja, what happens with you? apa kau tidak mendengarkanku? kau benar-benar gadis yang tidak sopan." Suara Radha memang seperti petasan ditelingga Pooja. Gadis itu akan siap untuk meledak kapan saja api membakarnya. Dia tidak akan pernah berhenti hingga Poojap menjawab pertanyaannya. Pooja benar-benar tidak mood.

"Pooja!."

"Tutup mulutmu." Pooja segera bangkit dari tempat tidurnya dan memilih untuk pergi ke balkon, gadis itu ingin menghirup udara pagi ini dari atas sana.

"Kau tahu, saat ini aku sangat kesal padamu. Apa salahku sehingga kau berbicara seperti itu padaku." Kali ini Radha benar-benar kelihatan kesal. Bentuk perhatian yang dia berikan tidak disambut dengan baik oleh sepupunya itu. Pooja menarik nafas sesaat untuk kemudian dia hembuskan perlahan.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah." Ucap Pooja. Melihat raut wajah Radha yang sudah berubah membuat gadis itu merasa bersalah. Sepupunya itu tidak salah. Yang salah adalah rasa ingin tahunya yang kadang kelewat besar.

Pooja dan ArjunWhere stories live. Discover now