/3/tanggung jawab

537 68 3
                                    


"Mas?" Yoongi mencoba mengecek keadaan calon tamunya.

"Mas nya?" Hening. Tidak ada jawaban.

Memberanikan dirinya untuk membuka pintu, takut apabila terjadi apa-apa dan dirinya dipolisikan karena tuduhan kekerasan. Yoongi masih ingin tau rasanya kencan, tidak ingin hidupnya berakhir konyol di penjara.


"Astaghfirullahaladzim, Mas!" Yoongi berteriak, calon tamunya kini tengah terkapar mengenaskan dengan memegangi kakinya.

"Mas nya gakpapa ya kan?" Tanya Yoongi memastikan.

"Heeh, gakpapa." Jawab Taehyung sambil tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

"Nyeri ya Gusti" batinnya.

"Oh? Yaudah mas nya tunggu sini aja ya?" Yoongi yang hendak masuk ke rumahnya ditahan oleh Taehyung.

"Bantu saya duduk aja, bisa kan?" Yoongi mengerjap, seumur-umur dirinya tidak pernah digandeng selain dengan umi, abah, atau kedua adiknya.

"Bantu saya duduk, boleh?" Taehyung mengulanginya kembali, Yoongi yang tersadar langsung bantu memapahnya.

"Mas nya berat, banyak dosa ya?" Tubuh mungil Yoongi dipaksakan untuk memapah sang tamu, berani berbuat berani bertanggung jawab begitu prinsipnya.

"Hehe, maaf ya, belum sempat diet." Taehyung hanya menyengir.

Taehyung pada akhirnya berhasil duduk di kursi depan teras dengan selamat dan sentosa berkat bantuan adik manis didepannya. Sedangkan Yoongi yang merasa tamu nya kini sudah mulai baikan hendak kembali ke kamarnya.


"Dek." Yoongi yang mendengar suara ghaib itu kembali menoleh.

"Yaampun ada apa lagi?" Yoongi bersedekap, bersender pada dinding.

"Kaki saya bengkak." Taehyung menatap nanar kakinya, memijatnya pelan.

"Waduh mas, kok bisa kayak gitu?" Yoongi mengikuti arah pandang tamunya, terbelalak kaget karena kaki sang tamu membesar seperti tersengat lebah.

"Adeknya tadi nutup pintu kekencengan." Taehyung berujar pelan.

"Duh mas nya ini kok ya nggak bilang dari tadi. Sebentar tak ambilin obat merah."

"Dek-" Taehyung belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sosok mungil yang menyebut dirinya sendiri sebagai Ugi itu sudah berlari kecil masuk ke rumahnya.


"Sini, ayo mana yang sakit?" Taehyung menunjuk kakinya yang bengkak.

"Makanya mas nya kalau ngomong itu yang jelas."

"Ugi kira mas nya itu jaringan pedofilia tau."

"Mana suara mas nya berat banget kayak dosanya si Juki."

"Untung aja mas nya ganteng."

"Eh?" Yoongi tersadar, kemudian melanjutkan ocehannya.

"Kalau begini kan jadi ngerepotin Ugi."

"Ugi ini tadi mau tidur lagi biar ketemu Min Ho." Lanjutnya.

"Nah selesai, mas nya sudah sembuh ya. Mas nya bisa pulang sekarang." Yoongi menatap hasil karyanya puas.

"Dek? Saya di perban? Yang sakit kan cuma pergelangan kaki ke bawah, kenapa saya diperban sampe paha?" Taehyung mengernyit bingung.

"Ya biar cepet sembuh lah." Jawab Yoongi bangga.

Yoongi tidak jadi mengantuk dan melanjutkan tidur cantiknya. Tamunya hari ini merepotkan sekali menurutnya. Taehyung masih diam, mungkin nyeri yang dialaminya cukup hebat sehingga ia hanya bisa meringis didalam hati.


"Mas nya nggak jadi pulang ya?" Yoongi membuka pembicaraan, tampaknya tamunya ini masih betah dirumahnya.

"Saya masih belum bisa jalan." Taehyung berujar pelan.

"Saya sebenernya mau sewa kos, masih ada kamar?" Lanjutnya.

"Bilang dong mas dari tadi, sebentar ya Ugi panggilin abah dulu." Yoongi kembali meninggalkan Taehyung didepan teras rumahnya.


"Abah."

"Apa, Gi?" Abah kini tengah membaca koran di meja makan. Anak kesayangannya yang berlari kecil menghampirinya itu mau tak mau membuatnya menghentikan kegiatannya.

"Ada tamu, mau sewa kos." Abah Namjoon mengernyit, kemudian menurunkan kaca mata bacanya.

"Apa? Ada bos nya abah?" Yoongi menepuk jidatnya pelan.

"Ada yang mau sewa kos, ada kamar kosong enggak?"

"Siapa Gi yang mau ngajakin abah tos?" Namjoon meminta penjelasan.

"Yaampun abah. Mi tolongin Ugi dong." Yoongi merengek pada sang umi yang kini sedang memasak telur panggang.

Seokjin menghampiri keduanya yang tengah berdebat di meja makan, merangkul Namjoon dan mengecup pelipisnya. Menunduk dan berbisik pelan kepada sang suami.

"Abah sayang, ada yang mau sewa kos, samperin gih."

Namjoon balik mengecup pipi sang istri, kemudian mengecup bibirnya sekilas.

"Iya sayang, abah denger kok." Dan jitakan menjadi jawabannya.

"Udah denger kok ya masih aja Ugi naik darah." Cerca Seokjin.

"Biar dicium kamu lah." Namjoon mengerling genit.

"Dasar. Sono temuin tamunya, rejeki jangan ditolak." Seokjin mendorong suaminya agar segera menghampiri sang tamu.

"Iya ndoro putri." Namjoon beranjak menuju teras.


Namjoon berjalan pelan menuju teras. Untuk menuju teras, dari ruang makan dirinya harus melewati ruang keluarga. Entah siapa yang tengah menonton televisi, ruangan tersebut kosong tetapi televisinya menyala.

Forthy eight!

Forthy eight!

Langkahnya terhenti, jiwa fanboy nya tergugah. Namjoon tergabung dalam penggemar yang sering disebut wota, bahkan dirinya pun memiliki lightstick walaupun saat membelinya harus sembunyi-sembunyi. Namjoon menyebutnya sebagai gerakan bawah tanah.

"Wih, Nabilah pupune mulus tenan. Urusan tamu dipikir nanti lah."

Namjoon mengeraskan volume televisinya, duduk manis untuk menonton girlgroup kesayangannya di televisi. Melupakan kehadiran seseorang yang kini tengah menunggu di depan teras sambil meringis nyeri karena kaki bengkaknya.




/3/



190604


/chubikoncinyu

so yea, happy eid Mubarak ya!

Kosan Abah Njun🏠 [taegi/vga]Where stories live. Discover now