Chapter 1 : Awal, Bagian 1

130 6 1
                                    

Manusia tak pernah tahu, apa yang ada di sana dan apa yang terjadi di sana. Bahkan, kadang beberapa dari mereka tidak mempercayainya.

...

...

...

Kak Lisa...

Ia pergi begitu pagi bahkan sebelum mentari keluar dari bawah batas horizon. Namun dari apa yang terlihat, matanya begitu bersemangat dan senang. Mulutnya tersenyum sembari menjawab orang yang meneleponnya lewat telepon genggam yang ia tempelkan pada telinga. Senyum yang hangat dengan tambahan helaian syal merah yang membalut leher bersama mantel biru tua dan celana ketat namun tebal bewarna hitam. Kepala pirang itu tidak ia tutup dengan apapun, namun bawahannya mungkin sudah cukup untuk menghangatkannya dari suhu dibawah 200 pagi itu.

Jelas, ia menerima telepon dari editornya yang semalam bilang 'naskahmu akan segera di muat oleh perusahaan kami.' begitu.

Kalimat yang berisi beberapa kata cukup untuk membungakan hatinya. Selaku penulis, sejak Mama sakit Kak Lisa harus sementara hiatus dari dunia novelis, hingga akhirnya ia pergi. Jelas jika dalam waktu lama kakak tidak menulis atau memikirkan materi, maka bakatnya akan sedikit berkarat.

Dan masih teringat pada benang ingatan, ketika Kak Lisa ambruk dari kursinya di tengah malam. Ia agak terlewat mengasah bakatnya. Ketika menyentuhnya dengan telapak tangan, entah suhu di jidat putih itu dapat dihitung oleh termometer atau tidak. Panas, hanya itu yang diketahui. Saat itu musim dingin namun tubuhnya sama sekali tidak dingin, bahkan panasnya tidak dapat dibilang demam biasa.

Bekerja berbulan-bulan membuatnya anemia.

Namun, jerih payahnya sudah selesai. Pagi ini ia akan mengambil hasilnya. Juga, tanpa ia sadar senyuman kecil mengantar kepergiannya. Senyuman seorang adik yang umurnya tiga tahun lebih muda.

Tilung!

Bunyi khas aplikasi berbalas pesan via internet atau chatting. Untuk yang ini, cukup tersohor dengan logo hijau berbentuk balon percakapan bundar yang di dalamnya terkurung batang telepon. Di dalamnya, terdapat pesan dari seorang teman. Seorang teman yang begitu baik hingga pangkatnya telah berubah menjadi sahabat.

Untuk isi chat-nya ;

Cecil : Cynthia hari ini kelas libur, kau ada rencana?

Cynthia : Hmm...

Cecil : Ada kedai baru yang buka di dekat mall. Kedai es-krim.

Cynthia : Tapi hari ini dingin lho.

Cecil : Kan disampingnya ada kedai Mie Bu Rina.

Cynthia : Tapi...

Cecil : ?

Cynthia : Aku ingin mengajak Kak Lisa, boleh?

Cecil : Hmm... Aku mencium bau-bau mencurigakan di sekitar sini.

Cynthia : Hah...

Cecil : Hari ini toh...

Cynthia : Tenang, nanti aku berikan naskahnya. Nanti tolong bantu idenya untuk bagian kedua. OK!

Cecil : Memang kau yakin dia akan segera pulang? Lie Savage adalah penulis yang hebat bukan. Bagaimana dengan tahun-tahun yang lalu ketika ia menghampiri editor.

Cynthia : ...

Cecil : Kita bisa pergi nanti malam. Tugas untuk besok sudah kau kerjakan bukan?

Cynthia : Cecilia, bukankah seharusnya itu menjadi pertanyaanku?

Cecil : Jangan remehkan diriku!!!

Penjaga KuburWhere stories live. Discover now