Fathan yang berdiri di samping Qeela merasa jengah dengan sikap berlebihan Bundanya. Ia berdecak walau ia tahu, decakkannya akan terdengar dan Bundanya, menatapnya nyalang seperti sekarang.

"Kenapa Tante kasian sama aku?" tanya Qeela hati-hati.

"Karena kamu harus jadi istrinya anak Tante yang minta dipoles pakai parudan kelapa." Bunda Fathan memeletkan lidahnya pada anak laki-lakinya yang meringis ngeri.

"Kalau kamu dijahati Fathan lapor ke Tante, okay sayang?" Bunda Fathan melepas pelukannya.

"Iya Tante." Qeela mengukir senyum terbaiknya. Bunda Fathan baik sekali tapi kenapa Fathan menyebalkan sekali? Apa Fathan tidak menuruni gen Bundanya? Ayahnya kah yang satu fotocopy dengan Fathan? Mungkin. Qeela tidak ingin berpikir jauh.

"Bucan, sudah siap pulang?" Joheng datang untuk bertanya. Dipanggil Bucan (Ibu cantik) Bunda Fathan langsung menoleh seolah panggilan itu seperti algoritma jaringan 4G tanpa gangguan.

"Sudah!" Bunda Fathan menyerahkan tasnya pada Joheng. "Bunda pulang dulu."

"Iya Bund." "Iya Tan." jawab Fathan dan Qeela serentak namun tak sama. Keduanya bertukar pandang.

"Haduh, so sweet kalian ini ya!" Bunda Fathan berdecak kagum. Diselingi siulan Joheng yang ikut menyusul setelahnya.

"Bund ...."

"Iya-iya. Bunda pulang nih. Beneran nih. Assalamualaikum mantu, assalamualaikum malin anakku!" Bunda Fathan langsung meleos pergi saat masih tertawa karena ia sempat menyaksikan wajah kesal Fathan ketika dipanggil 'malin' olehnya.

Fathan menggelengkan kepala sambil tak lepas menatap arah perginya Bunda dan Pak Joheng. Lalu ekor matanya berbelok ke samping, pada Qeela yang mengulum senyum. Berusaha agar tawanya tak meledak.

"Enggak usah ketawain gue terus!" Fathan mendelik.

Qeela berdeham sedikit. "Siapa juga!"

"Lo jangan lupa sama perjanjian kita, buat gagalin perjodohan ini." Fathan mencoba mengetuk ingatan Qeela. Barangkali karena keakraban Qeela dan Bundanya, perempuan itu lupa dengan janji awal yang mereka buat.

Namun dugaan Fathan tidak sepenuhnya benar. Qeela menganggukkan kepalanya. Wajahnya mulai serius saat berujar, "Jadi apa rencananya?" tanyanya.

Fathan mengetuk dagu. "Mm ... Ayah pengen gue punya istri yang jago masak kayak Bunda. Gue bakal bilang ke Ayah kalau lo enggak bisa masak."

Qeela mengangguk lagi. Tidak masalah. Memang benar. Qeela tidak pintar memasak. Selain memasak air dan membuat nasi goreng ala kadarnya. Lantas Qeela juga ingin mengajukan usulnya. "Dan gue bakal bilang ke Ayah kalau lo enggak bisa melantunkan Al-qur'an. Ayah pengen banget punya mantu yang suaranya bagus waktu mengaji. Kalau lo enggak bisa, mungkin Ayah bakal berpikir dua kali buat meneruskan perjodohan konyol ini."

Sama-sama tidak masalah. Apa yang Qeela katakan sesuai dengan Fakta. Fathan mengangguk. "Deal?"

"Deal!"

****

"Ada yang cari kamu Qeel. Dari Jakarta. Katanya sahabat dekat Adik kamu. Dia sama Adik kamu udah kayak—mm, apa Liv?" Lisa bertanya pada Oliv karena ingatannya pendek dan ia mudah melupakan sesuatu yang baru saja terjadi.

"Kayak idung sama ingus!" sambar Oliv dengan semangat 45 mengadukan apa yang dikatakan oleh perempuan asing tadi pada Qeela.

Qeela menggeleng, "Ada-ada aja. Siapa namanya?" tanya Qeela.

Twins (Who Are You?)✔Where stories live. Discover now