Part 1

712 27 0
                                    

Aku mendengus kesal saat tidur indahku terganggu oleh teriakan Jordi, dia mulai bertindak kekanakan akhir-akhir ini hanya karena cemas apakah namanya akan ada dalam daftar Del Bosque si pelatih, ataukah tidak. Yang menjadi pelampiasannya tentu saja aku, lihat apa yang baru saja ia lakukan—menarik, oh bukan, lebih tepatnya menyeret kedua kakiku hanya untuk mengumumkan rasa gembiranya gara-gara panggilan untuk tim nasional. Sekarang pun aku sudah meninggalkan separuh tempat tidur dari posisiku semula; dia membuat tubuhku mendekat padanya dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Siapa sih yang senang jika paginya di ganggu dengan teriakan.

" Ya Tuhan, berhentilah bertindak kekanakan. Kau sudah mendapatkannya." Aku menggerutu sambil berusaha berontak dari cengkramannya yang kuat pada kakiku. Melihat perlawananku yang sangat sengit, Jordi merubah tindakannya dengan mulai menindih tubuhku. Oh tidak~

" Beri aku selamat." Jordi masih bertingkah menyebalkan, sambil tersenyum tepat di depan wajahku, ia semakin mempererat pelukannya. Ughhh... mendadak aku ingin meninjunya saat itu juga.

" Ok, selamat. Kau puas?" Kataku melotot, berharap ia segera menyingkirkan tubuhnya yang membebaniku.

" Cium aku."

" Oh Tuhan... Jordi, mau bertarung sekarang?, jangan sampai aku menyakitimu."

" Masa bodoh." Jordi nekat meraih bibirku secara paksa dan menciumku cepat tanpa peduli pada perlawananku. Sekarang semuanya sudah terlanjur, pria ini selalu melakukan keputusan spontan tanpa berpikir panjang. Masukkan juga alasan kepindahanku ke apartemennya sekarang ini, −yang sebenarnya bukan kemauanku. Tapi entah bagaimana ia bisa meyakinkan Bastian untuk merelakanku tinggal bersamanya.

" Kau harus ikut bersamaku Ella." Jordi menatapku penuh harap, aku sedikit kaget saat ia memintaku ikut bersamanya ke Brasil, maksudku kami sudah membicarakan hal ini sebelumnya. Ia tidak keberatan jika aku kembali ke apartemen lamaku dan tinggal bersama Bastian sementara Jordi bermain dengan tim nasional di piala dunia.

" Kita sudah bicara..." Bantahku cepat. Aku masih berusaha untuk membuatnya menyingkir dari tubuhku.

" Aku berubah pikiran." Pria itu memotong kalimatku sebelum aku berhasil menyelesaikannya.

" Kau tidak bisa memutuskan sesuatu sesukamu." Protesku. Aku berhenti berontak dan menatapnya lekat.

" Tapi Ell. Aku tidak bisa jauh darimu, kita berdua akan berada di zona waktu yang berbeda dalam waktu yang sangat lama, aku tidak bisa membayangkannya."

" Ayolah... kau bukan anak kecil Jordi."

" Hari ini aku akan ke Madrid, dan mungkin akan kembali malam nanti. Sementara aku pergi, pikirkan baik-baik tawaranku." Pria itu meninggalkanku dengan rasa kesal di atas ranjang sementara dia sudah menyampirkan handuk lalu menuju ke kamar mandi.

Bagus sekali, lagi-lagi aku tidak diberi kesempatan untuk bicara seolah aku mau saja menuruti apa kata-katanya. Pergi ke Brasil?, yang benar saja ?. Aku tidak bicara bahasa Portugis, lagi pula apa yang akan ku kerjakan di sana, bersorak di tribun bersama WAGs lain untuk menyemangati para pemain. Heck, jujur saja aku bahkan belum mengenal semua WAGs di FC Barcelona, bagaimana nantinya saat aku harus beradaptasi dengan para WAGs di tim nasional. Oh gosh...Aku sekarang mulai berpikir bagaimana cara memasukkan Jordi ke dalam botol lalu melemparnya jauh-jauh ke tengah laut.

......

Jam delapan pagi Jordi pergi dengan tergesa meninggalkanku, bahkan saat itu aku belum bangkit dari tempat tidur. Aku mengerti seberapa pentingnya panggilan ini untuk karirnya nanti, dan aku juga sangat mendukung penuh jika ia harus pergi ke Brasil dalam waktu yang lama, tapi tidak dengan memintaku untuk ikut ke Brazil.

Lost in BrazilWhere stories live. Discover now