Part 21

263 26 0
                                    

Aku tak tahu apa harus mengatakan bahwa hari ini benar-benar menyenangkan, terbaring lemah di ranjang rumah sakit serta menghirup aroma obat-obatan terus menerus bukanlah bagian di dalamnya, sepulang Bastian dan Rafaella giliran Arthur yang masuk ke ruangan. Ah… dia menjadi yang terakhir diantara semuanyanya—yang ingin bicara padaku, kurasa. Kedatangannya terlihat tidak biasa, pria itu terlihat sudah pandai tersenyum sepertinya.

“ Bagaimana perasaanmu Ella ?. Lebih baik ?.” Arthur mendekat ke ranjangku, senyuman ramah dan hangat darinya mungkin membuatku merasa lebih baik.

“ Kau membawaku ke rumah sakit.” Kataku pura-pura marah.

“ Kau berhutang padaku, Ella.” Pria itu meraih kursi yang tak jauh dari meja di sebelah ranjang. Dengan jarak seperti itu aku bisa menikmati Arthur yang ramah.

“ Uhmmm Yeah, tentu saja. Aku tak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kehilangannya.” Aku menggumam lemah, menyadari bahwa memang ia sudah melakukan hal tepat.

“ Kau harusnya tidak melakukan ini sejak awal ‘kan ?.” Arthur meremas tanganku dengan lembut, memainkan ibu jarinya di permukaan kulitku.

“ Kenapa Art ?.” Aku menatapnya bingung. Ada raut kesedihan dibalik senyumnya itu.

“ Kenapa ?, apa yang kenapa ?.” Arthur yang menyadari tatapanku langsung memalingkan wajahnya, menghindari mataku.

“ Kau peduli padaku.” Kata-kata itu muncul begitu saja, memang tak sepenuhnya ingin kuucapkan. Hanya saja itulah pernyataan paling tepat mengenainya.

“ Apa tidak boleh ?.”

“ Kau harus punya alasan. Agar aku tak berpikir macam-macam. Kadang kau menjadi orang yang lembut, kadang kau diam, kadang kau sangat kasar. Semuanya berubah sangat cepat. Aku seperti tak tahu harus bersikap menghadapimu.”

“ Aku peduli karena kau seorang teman, bagian dari kelompok ini.” Dia mengatakannya dengan ragu.

“ Hanya teman ?.” Dahiku mengernyit, antara menyesal telah mengatakan hal yang sebelumnya, dan juga rasa penasaran tentang jawaban yang mungkin ia berikan selanjutnya.

“ Apa maksudmu hanya teman ? kau mengharap sesuatu yang lebih ? kekasih ?.” Arthur kembali menatapku penuh selidik. Ughh… matilah aku jika ia menganggap aku telah berpikir macam-macam tentang kepeduliannya itu.

“ Tidak. Bukan begitu, Adrian mengatakan jika…” Aku mengelak cepat, berusaha menyembunyikan kegugupan yang ada dalam dadaku.

“ Kau percaya pada Adrian ?.”

“ Uhmmm… well, sedikit.”

“ Apa yang sudah dia katakan padamu ?.”

“ Banyak hal, kebanyakan tentang kau.”

“ Aku tersanjung.” Akhirnya Arthur menyeringai bangga. Jika sudah seperti itu, aku mulai berpikir untuk mengakhiri topik tentang betapa luar biasanya seorang Arthur dimata orang-orang.

“ Jadi… ? uhhm, maksudku tentang pria yang kulihat bersamamu kemarin. Siapa dia ?.” Buru-buru ku alihkan pembicaraan pada pria yang kulihat berada di gang kecil bersama Arthur di dekat pantai. Sejak kemarin harusnya aku sudah bertanya tentang pria itu jika tak mengalami serangan hebat pada perutku.

“ Uhmm… dia temanku.” Jelas sekali Arthur merasa tidak nyaman dengan apa yang ingin aku tahu. Ekspresinya berubah menjadi tidak biasa, maksudku dia selalu percaya diri jika bicara dengan orang lain, sekalipun ia sedang tidak dalam mood yang baik.

“ Apa yang lain tahu kau bertemu dengannya ?.”

“ Tidak. Kurasa.”

“ Kau akan memberitahu mereka ?.”

“ Kenapa kau ini ?.”

“ Dengar Arthur… aku mungkin tidak terlalu mengenal kalian. Kita telah bersama hanya beberapa minggu. Dan aku melihat bagaimana Rafael juga Adrian sangat menghormatimu sebagai pemimpin mereka.”

“ Aku hanya berharap kau bisa terbuka kepada yang lain. Mereka layak tahu siapa kau yang sebenarnya. Jangan sampai mereka menyesali apa yang telah dilakukan bersama suatu saat nanti.”

“ Rafael dan Adrian sangat mempercayaimu. Mereka melakukannya bukan hanya karena kau sosok yang memiliki karisma, mereka percaya untuk orang Amerika sepertimu demi negara mereka.”

“ Aku harap mereka tidak salah mempercayaimu, begitu juga aku.”

“ Bahwa kalian memang benar-benar mekakukan tindakan perbaikan.”

“ Sepak bola yang indah adalah sepak bola yang adil ‘kan ?.”

“ Kenapa kau bicara seperti ini Ella ?. Apa bayimu yang membuatkan pidato luar biasa ini ?.” Arthur tertawa mendengar kata-kataku. Well… apa dia tidak menangkap ada maksud tersirat dari apa yang kusampaikan.

“ Hahaa… anggap saja ini semacam kata-kata perpisahan dariku.” Aku balas tertawa.

“ Apa maksudmu ?.”

“ Jordi akan membawaku kembali ke Spanyol. Aku tidak bisa ikut dengan kalian hingga akhir piala dunia.” Jawabku lemah, rasanya sedih saja jika memang ini adalah perpisahan bagi kami. Aku benar-benar menikmati petualanganku dengan mereka.

“ Benarkah ?.”

“ Ya. Inilah rencana Jordi.”

“ Kau tidak bisa tinggal lebih lama lagi disini ?.”

“ Ini demi bayiku.”

……

Lost in BrazilWhere stories live. Discover now