5. Piranha

2K 88 4
                                    

Sampai di kelas.

"Jadi, tadi pagi gue males berurusan sama dia lagi—menelan batagor—Eh tau-tau ketemu di koridor. Abis tuh gue lari aja, males," ceritaku sambil makan batagor.

"Kok lari sih?" tanya Sinta heran.

"Males aja,"

Rianti memukul kepalaku, "Bego! Kalo gue ketemu Kak Rey di koridor pagi-pagi, which is masih sepi. Pasti gue—"

Mulai ngayal nih bocah.

"—dorong dia ke tembok. Tatap-tatapan, ngegenggem tangannya,"

"Udah deh jangan halu."

"Tapi ya, kalo lo dibandingin sama Kak Putri, ibarat 11 sama 100. Haha..." ucap Sinta diakhiri ketawa renyahnya.

"Jauh amat 11 ke 100. Kampret lo,"

"Muka lo sama keteknya Kak Putri, cakepan juga keteknya Kak Putri,"

"Jahanam mulut lo, Rianti."

Tapi emang bener sih:(

***

Cuaca emang nggak bisa ditebak dan dapat berubah-ubah—kayak doi. Pagi panas, Siang hujan.

Tepat bel pulang berbunyi tadi, awan mulai gelap. Dan ketika sudah berjalan menuju kost-an, hujan turun tiba-tiba.

Firasatku hujan nggak akan berhenti dalam waktu dekat daripada aku berteduh lama, jadi aku memutuskan untuk menerabas hujan. Lagipula, udah mau dekat kost-an.

Udah lama nggak ujan-ujanan.

Ketika sudah sampai di kost-an, ketemu Mbak Ade lagi buang sampah di depan kost-an.

"Walah Vir, kok ujanan toh?" tanya Mbak Ade-tinggal di kamar sebelah.

Fyi, Mbak Ade udah aku anggap seperti Mbakku sendiri. Dia baik, dan perhatian banget sama aku.

"Tanggung Mba,"

"Cepet sana mandi, nanti kamu sakit loh."

"Asiap, Mba!" Seruku.

Setelah mandi, aku juga membuang sampah, karena udah penuh di dalam.

Terdengar suara heboh dari bawah. Suaranya seperti emak-emak rebutan kosmetik diskonan.

Ketika aku lihat.

Aku luar biasa kaget! Rey dikerubungi Mbak-mbak seisi kost-an.

Tiba-tiba Mbak Ade nyamperin aku, "Kasian tuh temen kamu. Bentar lagi abis dilahap piranha,"

Ku lihat Rey seperti berkata 'Tolong' kepadaku. Sejurus kemudian, aku menerobos kerumunan Mbak-mbak dan menarik Rey berlari denganku menuju kamarku. Terdengar beberapa protes dari Mbak-mbak, tapi nggak ku hirauin.

Sesampai di kamar, aku menutup pintu berharap Mbak-mbak nggak sibuk menggedor pintu. Beberapa menit kemudian hening. Mbak-mbak nggak mengejar kami.

Saat ini di kamarku hanya terdengar deru nafas kami yang memburu. Kami masih sama di posisi sebelumnya, aku yang menggandeng tangannya dan Rey berada di hadapanku.

Dengan cepat aku melepas genggamanku. Suasana menjadi canggung. Ini kali pertama cowok masuk ke kamarku selain Niko dan Dede.

"Ngapain sih lo kesini?" tanyaku berusaha mengusir suasana canggung.

"Jangan pernah kamu bawa cowok ke kamar ini, karena kamu nggak tau apa yang akan cowok lakuin dalam situasi begini."

"Kalimat terpanjang yang pernah lo ucapin," ucapku sarkasme.

"Kenapa tadi ujan-ujanan?" tanyanya tiba-tiba.

Lah bocah ngapa yak?

"Mending lo pulang deh. Nanti pacar lo salah paham sama gue, males gue ngadepinnya," usirku. Baru dateng, langsung aku usir. Biarin deh!

"Pacar?"

"Lo nih playboy ya? Sangking banyak cewek yang lo deketin, jadi lupa pacar lo yang mana."

Dia menghela nafas. Menyenderkan punggungnya ke dinding tepat dibelakangnya. Kemudian melipat tangan bersedekap di dadanya. Tak lupa membenarkan posisi kacamatanya.

Tampan.

Mungkin mataku terkilir alias keseleo, buktinya Rey jadi kelihatan ganteng begitu.

Mata bisa keseleo,'kan?

"Saya nggak punya pacar," klarifikasinya.

"Terus Putri? Wah parah nggak dianggep, gue aduin lo."

"Dia bukan pacar saya," klarifikasi lagi dia. Buat channel YouTube sekalian deh.

"Au ah gelep. Mau dia pacar lo kek, simpenan lo kek, bini lo kek, Nggak peduli gue."

Dia senyum.

Eh bisa senyum nih curut?

"Saya pamit," ucapnya.

Dengan senang hati ku bukakan pintu. Kenapa nggak dari tadi langsung pamit aja? Pakai senyum segala, kan jadi tambah ganteng.

Keseleo lagi nih mata gue

"Kalo ada mbak-mbak, langsung lari," saranku.

Dia mengangguk. Kemudian melangkahkan kaki menuju tangga.

Aku perhatikan dari belakang, postur tubuhnya kelihatan sangat menawan. Kakinya jenjang, dan bahu yang lebar.

Dia menoleh.

Aku kaget.

Lagi memperhatikannya, tiba-tiba dia menoleh, gimana nggak kaget coba?

"Kamar kamu termasuk rapih untuk tipe cewek urakkan kayak kamu."

Memuji atau mengejek?

•••

A/n : Cerita saya memang ngebosenin abis. Banyak typo. Kurang panjang. Acak-acakan. Maklumlah saya masih belajar. Tapi cerita ini MURNI hasil pemikiran saya sendiri, jadi maaf bila ada kesamaan tokoh atau tempat dan tolong jangan Mengcopy cerita saya tanpa persetujuan saya. Terimakasih😊

[Saya sangat butuh kritik dan saran kalian, don't be silent readers guys!]

-Yo

My Cool KetOsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang