[1]-Putih dan Hitam

Start from the beginning
                                    

"Bawain barang-barang gue!" ucap Fathan lalu memegang pintu kemudi untuk keluar.

"Silakan ...." Joheng memang ikut turun , tapi Supir itu hanya membuka bagasi mobil tanpa mengambil seluruh isi di dalamnya.

"Membawakan barang-barang termasuk perilaku tidak mandiri." jelas Joheng tersenyum ramah.

"Ck! Lo—beneran nurut sama Bunda gue ya?!" Fathan setengah marah. Asap emosi mulai mengepul di atas kepalanya.

"Bekerja sama dengan beribadah. Beribadah tidak boleh setengah-setengah harus sepenuh hati. Karena saya dilarang membawakan semua ini oleh majikkan saya, maka Anda harus membawanya sendiri." kata Joheng lagi kali ini Joheng mundur dua langkah memberi ruang untuk Fathan agar segera mengambil barang-barangnya sendiri.

"Shhh, kalau gue udah balik ke rumah lo bakal gue hukum, Jo!"

****

Perempuan berkerudung hijau muda, terlihat gelisah saat ini. Dimana ia harus menjawab permintaan saudara kembarnya. Tuhan memang berkuasa menciptakan makhluknya hingga mereka berdua kembar identik. Tidak ada tanda lain yang membedakan keduanya. Hanya satu yang tak kasat mata, akhlak.

Ya. Akhlak yang membedakan antara Aqeel dan Qeela. Nama lengkap mereka, Aqeela Almayra Dzakir dan Aqeela Almayra Syakir.

Orang-orang tidak akan bisa membedakan mereka kecuali Aqeel dan Qeela mengatakan siapa mereka sebenarnya. Bahkan kedua orang tua mereka sendiri, sering kali tertukar memanggil nama puterinya.

Satu kemudahan bagi kedua orang tua mereka berlangsung selama satu tahun ketika Aqeel memilih untuk menggunakan Khimar. Dengan begitu, kedua orangtuanya tidak akan salah memperlakukan kedua puterinya.

Namun saat ini, detik ini, permintaan Qeela—Adik perempuan Aqeel sepertinya tidak bisa ditolelir. Aqeel adalah Kakak yang baik setiap kali Qeela memintanya untuk bertukar tempat. Aqeel selalu mengiyakan permintaan Qeela. Misalnya, saat Qeela tidak mau les privat maka dengan hati malaikat Aqeel akan menggantikan posisinya. Sangat baik, bukan?

"Please ... Kak, lo mau, kan? kan kan?" Qeela menggoyang lengan Aqeel karena Aqeel belum memberinya jawaban ya atau tidak.

Aqeel tersenyum serba salah, "Mm, tapi ... gimana kalau Bunda dan Ayah tahu?" tanya Aqeel ragu.

Qeela menjetikkan jarinya, "So easy Kak! Gue tinggal pakai kain kayak gini doang, kan?" Qeela meremas khimar yang dipakai oleh Aqeel sambil tersenyum lebar.

"Namanya Khimar, Qeela." komentar Aqeel melepas tangan Adiknya dari khimar yang ia kenakan.

"Iya iya. Lo galak banget sih," Qeela memberengut.

Aqeel menggelengkan kepalanya, "Lagipula, kenapa kamu ngga mau kuliah di Eropa? Bukannya kamu selalu bilang pengen berkeliling Dunia?"

"Iya memang. Tapi, kan yang gue maksud itu keliling Dunia buat main kak, refreshing gitu. Bukan buat belajar. Sama aja bohong dong!" cicit Qeela mulutnya yang sedang mengunyah cemilan menggembung seperti ikan.

Aqeel menghela napas, "Kamu yakin kamu ngga akan nyesel?"

"Engga akan!" Qeela mengacungkan kedua jempolnya.

"Yaudah, jadi Kakak harus ngapain?" tanya Aqeel.

Qeela berseru senang, dengan penuh semangat dia membuka konsep rencana yang sudah disusun dalam catatan kecilnya.

"Dua hari lagi jadwal penerbangan gue ke sana, lo harus ikut gue ke bandara. Kita tuker kostum di sana. Gue udah sediain semua kartu pengenal supaya lo ngga kesusahan. Untuk sementara kita tuker kartu pengenal dulu ya kak. KTP lo gue pegang sampai lo beres kuliah." Qeela menangkap sinyal buruk saat Aqeel mengangkat sebelah alisnya.

Twins (Who Are You?)✔Where stories live. Discover now