11. Roseland

Mulai dari awal
                                    

" Tante senang lihat kamu hari ini, Cha. Terlihat gembira dan tidak ada beban. Nggak seperti waktu malam itu. Anak gadis mesti kelihatan ceria dong sayang, kalau kamu galau terus nanti nggak ada cowok yang berani dekati kamu." Ujar Tante Dina sembari mengering padaku. Tante Iin dan Om Yadi tersenyum senang mendengar perkataannya.

" Oh iya Tante Dina, om Irawan, kenalkan ini teman Tarissa mbak Yani dan Santi." Mereka saling bersalaman.

" Nah, Tarissa coba kenalan dulu sama anak Om, ini Krisna dan Tirto." Kami pun bersalaman.

" Krisna ini sedang coas di Jakarta, sedangkan Tirto masih pendidikan AAU di Yogya. Oh iya anak Tante masih satu lagi, Ardian yang barep masih di USA kuliah di Boston, HMS." sahut tante Dina riang. Kami mengangguk dan tersenyum.

" Sayang, ini mpek-empek kapal selamnya dan kue lontarnya tolong disiapkan dulu di belakang sana, lalu dibawa ke sini." Tante Iin menyuruh kami untuk masuk ke dapur mengikuti Tante Dina seperti penunjuk jalan. Bertiga kami menyelesaikan tatanan hidangan di meja pada teras depan.

Semua laki-laki berkumpul di sana asyik dengan kelompoknya sesuai usia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua laki-laki berkumpul di sana asyik dengan kelompoknya sesuai usia. Om Yadi dan om Hendro tengah asyik mengobrol, sedangkan mas Iyan dan mas Anggit asyik tertawa dengan Tirto dan Krisna. Begitu kami tiba dengan membawa berbagai camilan, buah dan empek-empek, mereka berhenti sejenak dari topik pembicaraannya masing masing dan mulai memilih panganan yang  diambil. Sementara kami para wanita berpamitan untuk melanjutkan ke kebun di halaman samping dan belakang.

Aku baru menyadari kalau bunga mawar ternyata yang paling mendominasi rumah dan kebun ini. Mawar merah dan pink yang merambat di dinding bagian luar dan belakang rumah itu memukau mata. Setiap area pasti diberi gerbang mawar yang indah. Berjalan di sini entah kenapa membuat imajinasiku mengalir bermuara pada seorang putri bunga yang hidup di zaman klasik.

 Berjalan di sini entah kenapa membuat imajinasiku mengalir bermuara pada seorang putri bunga yang hidup di zaman klasik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lelaki dari Lembah ManglayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang