KATA-KATA HANYALAH PAKAIAN, MAKNALAH YANG UTAMA

Mulai dari awal
                                    

Ketika engkau melihat kesalahan pada saudaramu, kesalahan itu sebenarnya ada dalam dirimu, tetapi engkau melihat kesalahan itu terpantul dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan dunia ini. Dunia ini merupakan cermin yang melaluinya engkau melihat citra diri. "Seorang Mukmin merupakan cermin bagi Mukmin yang lain." Bersihkanlah dirimu
dari kesalahan sendiri, karena kesusahan yang engkau kira dari orang lain, sebenarnya berada dalam dirimu sendiri.

Engkau tidak pernah merasa bersalah oleh sifat buruk apa pun yang ada dalam dirimu, seperti ketidakadilan, kebencian, kerakusan, kecemburuan, ketidakpekaan, atau kesombongan. Maka ketika engkau melihat semuanya di dalam diri orang lain, engkau merasa malu. Engkau merasa sakit hati. Tidak seorang pun jijik oleh koreng atau bisul pada dirinya; tak satu orang pun akan meletakkan jarinya yang terluka ke dalam air rebusan, lalu menjilati jemari itu, dan dia tidak merasa mual. Meski demikian, apabila ada bisul kecil atau tangan orang lain terluka, engkau tidak akan pernah bisa bertahan melihat pencelupan tangan dalam air rebusan kemudian dijilati. Buruknya kualitas moral bagaikan koreng dan bisul. Tidak seorang pun merasa dipermalukan oleh dirinya sendiri. Namun setiap orang menderita kesukaran dan ketakutan karena melihat hanya sedikit saja luka atau kejelekan pada diri orang lain. Seperti halnya engkau merasa malu karena orang lain, engkau mesti memaafkan mereka karena mereka juga merasa malu ketika terganggu olehmu. Kesusahanmu adalah penyesalan dirinya karena kesusahanmu muncul dari melihat sesuatu yang dia lihat pula. "Seorang Mukmin merupakan cermin bagi Mukmin yang lain." Nabi Muhammad tidak mengatakan orang kafir merupakan cermin bagi orang kafir. Nabi tidak mengatakan itu bukan karena orang kafir tidak memiliki poternsi untuk menjadi cermin. Melainkan karena orang kafir tidak menyadari pada cermin dari jiwanya sendiri.

Seorang raja terduduk di pinggir sebuah pasir. Raja itu tengah patah hati. Pangeran merasa khawatir jika mendapatkan raja dalam keaan
seperti itu. Mereka berusaha untuk membaut raja ceria. Tetapi apa pun yang mereka lakukan, tak satu pun yang dapat membuat raja ceria. Raja memiliki badut yang sangat diistimewakan.Pangeran menjanjikan dia berbagai hadiah apabila ia mampu membuat raja tertawa. Badut akhirnya menghadap raja, mengerahkan segala kemampuannya. Namun raja sama sekali tidak tertarik. Melirik pun tidak. Si Badut terus berusaha memperlihatkan mimik yang bisa membuat raja tertawa. Tapi raja tak melakukan apa pun. Dia hanya melirik pada parit dengan kepala tertunduk.

"Apa yang engkau lihat di dalam air wahai raja?" tanya badut.

"Aku melihat seorang suami dengan istrinya yang tidak setia." Jawab raja.

"Tuan," si badut berkata, "pelayanmu pun tidaklah buta."

Demikianlah. Ketika engkau melihat pada diri orang lain sesuatu yang menyusahkan dirimu, orang yang kau lihat pun tidak buta. Dia melihat halyang sama dengan yang engkau lihat.

Jika kita berbicara tentang Tuhan, maka kita tak lagi membicarakan adanya dua ego di sana. Engkau berkata, "Aku", dan Dia mengatakan
"Aku". Agar dualitas itu sirna, salah satunya mesti mati demi yang lainnya. Engkau mesti mati untuk Dia atau Dia untuk engkau. Tapi meskipun demikian, Dia tak mungkin mati - baik kematian fenomenal atau pun konseptual - karena "Dia adalah Yang Maha Abadi dan tidak akan pernah mati." Tapi Dia begitu agung, mungkin saja Dia akan mati untukmu agar dualitas yang ada bisa sirna. Tapi, karena Dia tidak mungkin mati, engkau harus mati agar Dia mampu bersemayam dalam dirimu, kemudian menghancurkan dualitas itu. Engkau dapat mengikat dua burung bersamaam. Tetapi, keduanya mungkin dari jenis yang sama dan sayap yang tadinya hanya dua kini menjadi empat, kedua burung itu tidak akan mampu terbang bersama karena masih memiliki dualitas. Tapi jika engkau mengikat burung mati pada burung lain yang masih hidup, dia mampu untuk terbang karena di sana tak ada lagi dualitas.
Matahari sangat ramah dan penyayang, hingga jika memungkinkan dia akan rela mati demi kelelawar. "Kelelawar sayangku," matahari akan berkata, "Kelembutanku dan rasa sayangku menyentuh segala sesuatu. Aku pun akan melakukan apa-apa yang bermanfaat untukmu. Jika engkau dapat mati, matilah, agar engkau bisa menikmati cahaya kemegahanku dan menanggalkan "kekelelawaranmu", lalu menjadi burung phoenix dari gunung Qaf karena kedekatanmu kepadaku. Seorang pelayan Tuhan akan mampu meniadakan dirinya sendiri demi yang dikasihinya. Dia meminta kepada Tuhan agar memberinya kekasih seperti yang diinginkan, tetapi Dia tak dapat mengabulkan permintaan itu. Muncullah sebuah suara yang berkata, "Aku tidak ingin engkau melihat seseorang seperti yang engkau inginkan. "Tetapi seorang pelayan Tuhan, akan terus memaksa dan tidak
menghentikan permohonannya. Dia berkata, Ya, Tuhan. Engkau telah menempatkan hasrat pada seseorang di dalam diriku, dan hasrat itu tidak pernah dan tidak akan pergi."
Akhirnya sebuah suara muncul menjawab, "Apabila engkau menginginkan hasrat itu terwujud, maka korbankan dirimu dan jadilah tiada. Jangan menempatkannya dalam perpisahan dengan dunia." "Baiklah Tuhan, "katanya, "Aku puas". Dan kemudian dia
melakukannya. Dia korbankan dirinya dan kehidupannya demi kekasih yang dia cintai dan terpenuhilah hasratnya. Jika seorang pelayan Tuhan telah memiliki kemuliaan untuk mengorbankan hidupnya, satu hari baginya akan lebih berharga dibandingkan dengan seluruh kehidupan dunia dari awal hingga akhir. Apakah dengan begitu Pemilik kasih sayang tak lagi lembut? Itu tentu menggelikan. Walau pun bagaimana pun, untuk meniadakan-Nya adalah sesuatu yang mustahil. Karena mustahil, maka engkau harus meniadakan dirimu.

•••

Seorang yang bodoh menempatkan dirinya di tempat yang lebih atas dari tempat orang suci. Orang suci itu berkata, "Apa bedanya seseorang duduk di atas lampu dengan seseorang yang duduk di bawahnya? Walau pun lampu cenderung untuk selalu di atas, hal itu menjadi bukan atas kehendaknya. Satu-satunya tujuan ialah memberikan manfaat kepada yang lain hingga mereka mampu menikmati cahayanya. Kalau sebaliknya, di mana pun lampu berada, tinggi atau pun rendah, dia akan sekedar lampu. Dia adalah matahari abadi."

Jika ada orang-orang suci yang mencari status dan kedudukan pujian di dunia ini, mereka melakukan hal itu karena orang lain tidak mampu untuk memahami keagungan mereka. Mereka ingin memikat orang-orang awam tersebut dengan jerat dunia ini hingga mereka mampu menemukan jalan lain yang memuaskannya dan akhirnya jatuh pada jerat dunia selanjutnya. Demikian pula yang dilakukan Nabi Muhammad, Beliau menguasai Makkah dan negara bukan karena dia membutuhkannya. Melainkan untuk menerangi dan melimpahi mereka semua dengan cahaya-Nya. "Tangan ini dibiasakan untuk memberi, tidak dibiasakan untuk mengambil." Orang suci memperdaya orang lain untuk memberi, bukan untuk mengambil apa pun dari mereka."

Ketika seseorang menjerat burung kecil dengan penjerat untuk memakan atau menjualnya, itu disebut muslihat. Tapi jika seorang raja melakukan jebakan untuk menjerat seekor elang liar yang tidak berharga dan tidak mengetahui hakikat dirinya dan kemudian melatihnya untuk keperluan tentara hingga menjadi elang yang mulia, terlatih, dan halus peranginya, itu bukan muslihat. Meski jika dilihat sekilas perbuatan itu culas, tapi sebenarnya asal itu dilakukan dengan mempertimbangkan hakikat ketulusan dan kemurahan hati. Perbuatan itu seperti membangkitkan kembali orang mati, mengubah batu yang hina menjadi permata Rubi, mengubah sperma mati menjadi manusia dengan segala kehidupannya, dan sebagainya. Maka seandainya seekor elang mengetahui untuk apa dia ditangkap, dia tidak lagi membutuhkan biji-bijian yang menjadi umpan. Melainkan akan mencari jerat dengan seluruh hati dan jiwanya lalu terbang menuju tentara raja.

Orang hanya melihat pada makna tekstual dari perkataan orang suci lalu mereka berkata, "Kami telah mendengar. Pembicaraan ini berkali-kali sebelumnya. Kau telah cukup dengan perkataan seperti itu. Hati kami telah tertutup. Tetapi Tuhan telah mengutuk mereka dengan segala keingkarannya (QS.2:88). Orang kafir akan berkata, "Hati kami telah dipenuhi oleh pembicaraan seperti itu." Kemudian tuhan menjawab mereka, "Sengsaralah kalian karena hatinya dipenuhi oleh kata-kata itu. Mereka dipenuhi oleh godaan-godaan untuk membuat jahat dan bayangan yang sia-sisa. Hati mereka dipenuhi kemunafikan dan keraguan, bahkan mereka penuh kutukan." Tuhan telah mengutuk mereka dengan segala keingkarannya.

Jika mereka mampu melepaskan diri dari ocehan-ocehan semacam itu, mereka akan mampu menerima perkataan ini. Tetapi mereka tidak mampu melakukan hal itu. Tuhan telah menyumbat telinga, mata dan hati mereka. Sehingga jika mereka melihat, mereka selalu melihat warna yang salah. Mereka menganggap Yusuf sebagai serigala. Telinga mereka mendengar suara yang salah. Mereka mendengar hikmah sebagai omong kosong dan ocehan. Hati mereka telah menjadi gudang godaan, khayalan yang menyesatkan dan persepsi yang keliru. Karena telah terikat khayalan dan anggapan yang kacau. Hati mereka menjadi padat dan beku bagaikan es di musim dingin. Tuhan telah menutup hati dan pendengaran mereka; kegelapan menutupi pandangan mereka (Qs.2:7). Bagaimana mungkin hati mereka menjadi penuh? Sedang dalam seluruh ke. Apabila iblis ada, ini pasti dia."

Hidupannya atau dalam setiap masa ketika mereka membanggakan dirinya tidak pernah memahami atau menyerap sesuatu pun. Tuhan tidak memberikan mereka kendi yang penuh seperti yang diberikan kepada sebagian orang agar mereka bisa mengisinya. Dia memberikan kendi kosong kepada sebagian, dan mengapa mereka mesti berterima kasih? Orang yang menerima kendi penuhlah yang layak mengucapkan terima kasih.

Ketika Tuhan menciptakan Adam dari tanah liat dan air, "Dia mengadoni tanah liat untuk mencipta Adam selama empat uluh hari." Dia meyempurnakan bentuk Adam lalu membiarkannya selama satu periode waktu di bumi. Iblis muncul, turun dan masuk ke dalam tubuh Adam. Menelusuri dan memeriksa seluruh uratnya, dia melihat jaringan tubuh itu dipenuhi darah dan kejenakaan. Adam berkata, "Ah, alangkah bagusnya seandainya bukan Iblis yang duduk di kaki singgasana tuhan, aku akan muncul. Apabila iblis ada, ini pasti dia.

Kedamaian semoga bersama kalian!!

Jalaludin Rumi, Fihi ma FihiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang