Chapter 22

7.4K 863 25
                                    

Yoshinaga dengan ragu-ragu membukakan pintu mobil. Wajahnya agak pucat. Ia menatap sosok yang sedang berdiri membelakanginya. Sosok tersebut sedang memandangi rumah besar yang akan ditinggalkannya itu.
"Yoshinaga... Apa yang kau rasakan saat pertama kali kau meninggalkan keluargamu?"Tanya sosok itu.
"Eh?"
Sosok itu berbalik dan menatapnya.
"Aku merasa sedih Yang Mulia, namun ini sudah menjadi tugasku. Aku harus berbesar hati menerimanya"Ujar Yoshinaga sambil membungkuk.

"Aku mengerti" Sosok itu segera masuk ke mobil. Yoshinaga bergegas menutup pintu mobil kemudian duduk dikursi pengemudi.
Sepanjang perjalanan sosok itu hanya memejamkan matanya. Yoshinaga menyempatkan dirinya mengintip lewat cermin, wajahnya memerah.
"Sekarang aku lebih penasaran dengan ibunda Yang Mulia."
"Yoshinaga... Apa yang harus ku katakan begitu aku tiba di istana?" Sosok itu kembali mengajukan pertanyaan.
Yoshinaga tiba-tiba saja menginjak rem. Ia segera berbalik menatap sosok tersebut.

"Yang Mulia?! Bukankah Anda sudah memikirkannya?"
"Tentu saja. Namun aku belum mendapatkan jawabannya" Ujarnya dengan tenang
"Mungkin aku harus lebih jujur. Aku akan mengatakan pada mereka, Ayahku menyembunyikanku dikediaman lamanya. Ia membuat seolah-olah aku diculik seseorang. Agar aku bisa kembali dan mengklaim Takhtaku... Aku juga akan mengatakan.. "
"Yang Mulia, tolong hentikan... "Ujar Yoshinaga
"Beliau adalah kaisar yang baik dan sangat memperhatikan rakyat. Namun kesehatan beliau mulai memburuk. Jadi, beliau tidak lagi sering keluar dari istana seperti sebelumnya.." lanjut Yoshinaga lagi.
"Ia sudah mencapai batasannya. Yoshinaga, kembalilah menyetir"
"T-tapi Yang Mulia...
"Akan lebih baik jika aku jujur saat ini. Tidak ada gunanya terus memainkan sandiwara seperti yang dilakukan ayahku"

Yoshinaga hanya menurut. Ia kembali menjalankan mobil tersebut. Keduanya diam, bahkan sosok yang sedang menatap keluar jendela itu tak mengatakan sepatah katapun.
"Ah...sudah lama sekali. Berapa lama aku tidak merasakan hangatnya matahari pagi. Sudah berapa lama..."
Ia memejamkan matanya sembari menyembunyikan kedua tangannya di bawah lengan kimononya.
°
°
°
Tatsuya membuka matanya. Ia menoleh ke sebelah kanannya. Bantal dan selimut sudah tersusun rapi disana.
"Haru" Ujarnya pelan. Ia segera bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan menuju ke arah jendela dan sedikit menyibak gorden.
"Dia melakukannya lagi... "Gumam Tatsuya. Ia segera meraih mantel piyamanya dan membawa selimut kecil keluar dari kamar itu.

"Haru?"
"Tatsuya-san... "
Tatsuya segera menyelimuti bahu Haruki dengan selimut kecil, kemudian duduk di sampingnya. Haruki melihatnya sebentar kemudian kembali melihat ke arah kolam.
"Kazu ada ditempat yang aman. Jangan khawatir"
"Aku tahu... Aku hanya merindukannya, Tatsuya-san. Dia pasti sudah sebesar Aki dan Yuuki"
"Ingin menjemputnya?" Tanya Tatsuya
"Apa yang akan kau katakan pada Mikazuki-sama dan Tsuzuki-sama, Jika Kazusa tiba-tiba muncul dihadapan mereka?"
"Aku tidak membutuhkan pendapat mereka. Aku sudah menepati janjiku. Jika kau tidak kembali saat itu..

"Aku tidak ingin mengingat apapun lagi. Dan jangan ungkit masa lalu. Kau harus lebih khawatir dengan kondisi kesehatanmu" Ujar Haruki
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir."Tatsuya memeluk bahu Haruki sambil sesekali mencium kepalanya.
"Aku mencintaimu"Lanjut Tatsuya.
"Aku tahu."
Keduanya diam sebentar.
"Mikazuki..mengirimkan surat untuk bertemu hari ini..."Tatsuya memecah keheningan
"Ada apa lagi?"Tanya Haruki dengan wajah khawatir.

"Sepertinya Aki kembali membuat masalah di sekolah" Ujar Tatsuya pelan
Haruki juga hanya bisa menunduk.
"Anak itu..." Batin Haruki mulai gelisah.
"Tatsuya-san..apa yang akan kau lakukan? Ayahku terus memukuli Aki...Jika mungkin, aku ingin ia mengembalikan Aki padaku. Anak Nii-san juga sudah besar...mereka bisa menjadikannya kepala keluarga yang baru..."
"Kita akan mengambilnya...kali ini mari dengarkan apa kata ayahmu...jika ia menolak...aku benar-benar akan merebut kembali Aki secara paksa."Ujar Tatsuya
"Kemarilah..kita harus masuk" Ujar Tatsuya sambil menarik tangan Haruki.
°
°
°
"Yoshinaga... Berhentilah di sini"
"Namun yang Mulia..."
"Aku akan berjalan kaki menikmati pemandangan sebelum gerbang utama." Sosok yang di kagumi Yoshinaga itu turun dari mobil.
"Dan jangan ikuti aku...kau masuklah lebih dahulu" Ujarnya pelan
Gerbang sudah tak jauh dari perhentiannya. Kira-kira 300 m lagi.
Ia kembali memasukan tangannya ke dalam lengan kimononya. Beberapa mobil mulai melewatinya. Namun, arah yang di tujunya bukan gerbang istana. Ia berdiri di bawah pohon besar tempat pemberhentian mereka dan menoleh ke atas pohon.

LovelessWhere stories live. Discover now